JAKARTA, MEDIAINI.COM – Retina, jaringan saraf di bagian belakang bola mata, berperan sangat penting dalam proses melihat.
Pasalnya, retina memiliki fungsi menerima dan mengolah cahaya yang masuk ke mata kemudian meneruskannya ke otak untuk diterjemahkan. Oleh karena itu, gangguan pada retina harus ditanggapi serius karena dapat berpotensi mengganggu penglihatan secara permanen alias kebutaan.
Meski belum ada data pendukung secara nasional, kejadian gangguan fungsi pada retina di tengah masyarakat perlu menjadi kekhawatiran bersama karena menjadi ancaman kebutaan yang perlu diwaspadai.
Merujuk pada data jumlah operasi terkait gangguan retina di JEC Eye Hospitals & Clinics sepanjang 3 tahun terakhir bahkan mencatat bahwa para dokter telah melakukan hingga 10.000 tindakan.
Dari 10 ribu kasus tersebut, beberapa jenis gangguan retina yang kerap ditemukan di Indonesia, antara lain adalah Retinopathy Diabetic, Age-related Macular Degeneration (AMD) Degenerasi Makula, Ablasio Retina, dan Retinoblastoma.
JEC Vitreo-Retina Service
Memahami fungsi krusial retina dan mengakomodir kebutuhan masyarakat terhadap penanganan retina secara menyeluruh, JEC Eye Hospitals & Clinics menghadirkan JEC Vitreo-Retina Service sejak 1984 (dari awal perusahaan berdiri).
Diperkuat teknologi diagnostik hingga tindakan operasi termutakhir, JEC Vitreo-Retina Service ini bukan hanya sentra pelayanan spesialisasi retina terkemuka di Indonesia ini, bahkan menjadi yang terbesar dan terlengkap di Asia Tenggara.
Peralatan diagnostik retina yang ditawarkan JEC Vitreo-Retina Service meliputi wide-field fundus photography, swept source dan spectral domain optical coherence tomography (OCT), OCT angiografi, ultrasonografi mata, Fundus Angiography (FA), ICG, dan Retinometri.
Dengan modalitas pemeriksaan yang lengkap dan mutakhir tersebut, diagnosis kondisi retina akan menjadi lebih akurat dan dokter dapat menentukan opsi pengobatan yang tepat.
Layani Pasien BPJS
Dari segi keterjangkauan akses, layanan JEC Vitreo-Retina Service tersedia di seluruh 13 cabang JEC Eye Hospitals yang tersebar di 8 kota. Tidak tersentralisasi di DKI Jakarta, tetapi sampai Jawa Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Sulawesi Selatan.
Artinya, masyarakat di berbagai wilayah Indonesia bisa mendapatkan penanganan retina bertaraf internasional dengan lebih mudah. Bahkan, JEC melalui salah satu cabangnya, yakni RS Mata JEC-Primasana Tanjung Priok, merupakan satu-satunya rumah sakit swasta yang menangani pasien gangguan retina dengan BPJS dalam jumlah yang besar.
Dari total 10.000 tindakan selama 3 tahun terakhir, sekitar 3.500 di antaranya (atau 35%) dilakukan di RS Mata JEC-Primasana @ Tanjung Priok.
Sementara dari sisi sumber daya manusia, JEC Vitreo-Retina Service tidak bertumpu pada seorang tenaga ahli saja. Di seluruh Indonesia (13 cabang), JEC memiliki 30 dokter mata sub-spesialis retina.
Khusus di wilayah Jabodetabek, JEC diperkuat 16 dokter mata dengan spesialisasi vitreo-retina empat di antaranya sudah bergelar doktor, yaitu Dr. Elvioza, SpM(K) adalah doctor ke-empat dari kelompok Vitreo-retina Service JEC, dan tiga dokter Vitreo-retina lainnya sedang dalam penyusunan disertasi doktor).
Tak berhenti pada jumlah SDM yang memadai, JEC terus mendorong tenaga ahlinya untuk terus meningkatkan kapabilitas diri. Bukan hanya demi pencapaian secara akademis, tetapi lebih dari itu: guna meningkatkan kualitas layanan JEC kepada pasien, serta berkontribusi memberikan solusi pada dunia kesehatan mata di Tanah Air.
Paling anyar adalah penelitian DR.Dr. Elvioza, SpM(K) yang tertuang dalam disertasi: “Perbandingan Proses Penuaan Cairan Vitreus pada Pasien Ablasio Retina Regmatogen Usia Muda dengan Miopia Aksial dan Pasien Ablasio Retina Usia Lanjut Tanpa Miopia”.
Ablasio retina regmatogen atau rhegmatogenous retinal detachment/RRD merupakan kondisi lepasnya lapisan retina yang diakibatkan oleh lubang atau robekan pada retina. Kegawatdaruratan pada organ mata ini berpotensi menyebabkan kebutaan. Risikonya semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Meski demikian, penderita miopia berusia muda ternyata memiliki risiko yang lebih tinggi terserang RRD.
“Penelitian yang saya gagas ini bertujuan membandingkan proses penuaan dini pada vitreus pasien RRD berusia muda yang menderita miopia dengan pasien RRD usia lanjut tanpa miopia. Vitreus merupakan bagian berstruktur seperti jeli di dalam organ mata yang berfungsi mempertahankan bentuk mata dan menahan retina. Semoga penelitian ini memberikan informasi mengenai tatalaksana ablasio retina regmatogen yang tepat sehingga diharapkan tercapai hasil terapi yang optimal,” tutup Dr. Elvioza yang juga merupakan Ketua Vitreo-Retina Service dan Dokter Spesialis Mata Subspesialis Vitreo-Retina JEC Eye Hospitals & Clinics. (Tivan)