JAKARTA, MEDIAINI.COM – Pemerintah terus berupaya untuk memfasilitasi masyarakat yang ingin menunaikan ibadah haji dan umrah ke Arab Saudi. Teranyar, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dijadwalkan bertolak ke Arab Saudi untuk bertemu dengan Menteri Urusan Haji di negara tersebut.
Diintip dari kanal YouTube Kementerian Agama RI pada Jumat (11/3/2022), pertemuan kedua pihak ini akan membahas persiapan penyelengaraan ibadah haji tahun 2022.
Karena Indonesia merupakan negara dengan jumlah musim terbesar di dunia, Yaqut juga mengusulkan kemungkinan untuk memanfaatkan kuota dari negara lain yang tidak terserap habis agar dialihkan kepada jamaah Indonesia.
“Kami tengah mempelajari dan akan bertemu dengan Menteri Haji Saudi untuk membahas negara-negara yang tidak memanfaatkan kuota hajinya agar dapat digunakan oleh Indonesia,” papar Yaqut.
Meskipun waktunya terbilang mepet, pria yang karib disapa Gus Yaqut itu optimistis bahwa pemerintah bisa memberangkatkan banyak jemaah haji untuk tahun ini. Seperti yang diketahui, musim haji tahun 2022 berlangsung sekitar bulan Juli.
“Kami terus kejar kepastian keberangkatan jemaah haji Indonesia pada tahun ini,” katanya.
Antusiasme masyarakat Indonesia untuk melaksanakan haji juga begitu besar. Pasalnya dalam dua tahun berturut-turut, Indonesia tidak mengirimkan jemaah haji lantaran pemerintah Arab Saudi menutup pintu untuk jamaah yang berasal dari negara yang dilanda pandemi Covid-19, salah satunya Indonesia.
Tentunya, dengan tidak mengirimkan jemaah haji selama dua tahun ini berpengaruh pada masa tunggu yang kian panjang. Meski begitu, Gus Yaqut optimistis Arab Saudi akan membuka pelaksanaan haji, seiring dengan dibukanya kembali akses menuju Tanah Suci.
Di sisi lain, Gus Yaqut juga mengomentari kebijakan pemerintah Arab Saudi yang menghapus aturan tes PCR dan karantina bagi jemaah haji dan umrah. Namun untuk melihat pelaksanaan aturan baru ini, Kemenag akan mengutus jajarannya untuk menanyakan soal kepastian penyelenggaraan ibadah haji dalam waktu dekat.
“Dalam waktu dekat, tim Kementerian Agama akan ke Saudi untuk menjajakinya,” ujarnya.
Meskipun secara teknis Kementerian Agama siap memberangkatkan calon jemaah, namun Gus Yaqut meminta agar masyarakat Indonesia harus bisa menerima dan menghormati keputusan pemerintah Arab Saudi seandainya putusan yang diterima adalah pembatasan kuota. Jika benar-benar terjadi, nantinya jumlah jemaah haji Indonesia yang diberangkatkan tidak akan sama seperti pada tahun-tahun sebelum terjadinya pandemi.
“Semoga tahun ini bisa memberangkatkan jemaah haji. Kami terus lakukan lobi kepada pemerintah Saudi, agar jemaah haji tahun ini bisa diberangkatkan,” ujar Gus Yaqut.
Kaji Ulang Biaya Naik Haji 2022
Sebelumnya, saat menghadiri rapat kerja dengan Komisi VIII DPR RI beberapa waktu lalu, Menag Yaqut mengusulkan biaya perjalanan ibadah haji (Bipih) 1443 H /2022 M sebesar Rp 45.053.368. Usulan ini naik jika dibanding Bipih 1441 H/2020 M yang mencapai Rp 31 juta hingga 38 juta.
Dalam pemaparannya, Gus Yaqut menilai salah satu faktor yang menyebabkan kenaikan usulan Bipih tahun ini adalah adanya perhitungan biaya protokol kesehatan (prokes) jamaah seperti karantina dan PCR. Komponen biaya prokes jamaah haji itu meliputi tes Swab PCR di Asrama Haji sebanyak dua kali, saat keberangkatan ke Arab Saudi dan setibanya di Tanah Air. Tes Swab PCR juga dilakukan di Arab Saudi sebanyak tiga kali dengan rincian; saat tiba, karantina, dan akan pulang ke Tanah Air.
Komponen lainnya adalah akomodasi dan konsumsi selama lima hari karantina di Jeddah dan akomodasi serta konsumsi di Asrama Haji setiba dari Arab Saudi. Selain itu, kenaikan Bipih juga berkaitan dengan kenaikan biaya penerbangan dan biaya operasional di Arab Saudi maupun di Tanah Air.
Namun, usulan biaya itu bisa ditekan mengingat Arab Saudi mencabut sejumlah aturan yang selama ini menjadi syarat umrah seperti karantina dan PCR. Artinya, penetapan tarif haji 2022 akan kembali dikaji ulang dalam waktu dekat. (Tivan)