MEDIAINI.COM – Produk kerajinan lokal tumbuh subur di Pulau Dewata. Mulai dari kerajinan ukir, topeng, emas dan perak, lukisan, kain, hingga tas anyaman. Produk lokal diminati para wisatawan khususnya turis manca karena Bali memang mengunggulkan seni dan budayanya yang memang unik dan tak ada duanya.
Hal ini membuat berbagai brand yang menawarkan kerajinan lokal bermunculan. Beberapa hanya bermain di ranah lokal, beberapa langsung menyasar pasar manca. Salah satu yang menyasar pangsa pasar asing dan langsung meraih sukses adalah tas anyaman “ini-itu Canggu”. Berdiri di tahun 2018, sekarang produknya telah melesat hingga Swedia juga Amerika.
Bermula dari Jastip
Juwita Maharani Sasongko adalah sang pemilik “ini-itu Canggu” yang membesarkan produknya seorang diri. Wanita asal Solo ini dulunya berkarir di Semarang, di dunia perhotelan. Kemudian pindah ke Bali dan sempat tak memiliki mata pencaharian selama beberapa saat.
Ia pun membuka jasa titip atau jastip untuk produk sling bag rotan yang pernah melejit di tahun 2018. Tak disangka, pesenan untuk jasa titip ini membanjir.
“Kemudian saya pun berpikir, kenapa tidak menjajakan produk anyaman dengan beda model dan desain,” ujarnya ketika diwawancara Mediaini.Com.
Rani, panggilan akrab wanita ini, kemudian survei lokasi. Mendatangi para perajin tas anyaman di sekitar Canggu, di dekat wilayah tempat tinggalnya. Ia kemudian menjalin kerjasama, tak hanya dengan satu perajin saja, namun dengan banyak perajin. “Untuk desain, sebagian besar dari saya. Saya memaparkan desain yang saya inginkan, dan mereka mengeksekusi.”
Rani mengunggah produknya di akun Instagram pribadinya. Tak lama berselang ia pun membangun akun bisnis khusus untuk usahanya ini di akun @iniitucanggu.
Terus Memperkaya Ide
Untuk memperkaya ide, Rani sering membuka-buka Pinterest, Instagram, juga blog. Ia juga gemar berjalan-jalan ke kafe, resto, mal, atau staycation di hotel juga vila, sekedar untuk mencermati tren gaya hidup yang tengah hype. Dari situlah, ia bisa memperkaya ide untuk terus berinovasi menggarap desain tas-tasnya.
Dari awal Rani memang menyasar pasar dewasa, usia di atas 20 tahunan. Ia juga sengaja menyasar pasar manca, karena wisatawan dari luar negeri kebanyakan langsung jatuh cinta dengan produk kerajinan asli Bali.
Untuk pemasaran, Rani fokus berjualan secara daring agar pasarnya lebih luas, bisa dilihat oleh calon konsumen dari belahan dunia manapun. Sedangkan untuk branding, Rani rajin mengikutkan produknya di berbagai event bazar atau weekend market di area Canggu dan sekitarnya.
Brand ini memang belum memiliki gerai sendiri. Hanya saja, produknya ikut dipamerkan di beberapa booth hotel seperti di Alila Seminyak, Alila Uluwatu dan beberapa toko di daerah Sanur dan Canggu.
Baca juga : The Keranjang Bali, Surga Belanja Baru yang Wajib Dikunjungi
Tetap Aman Selama Pandemi
Persaingan tas lokal di Bali memang ketat. Terkadang, ada beberapa toko yang mencuri foto milik “ini-itu Canggu” dan dijadikan ajang promosi mereka. Menurut Rani, hal itu sudah menjadi resiko. Rani memilih tetap fokus pada usaha memperkaya desain produk dan memperluas link demi pemasaran.
Berkat link yang dibangun Ben, pasangan Rani, brand lokal ini pun terbang ke Swedia. Dan berkat link dari konsumen yang puas akan kualitas produk, “ini-itu Canggu” juga terbang ke negara-negara lain seperti Australia, New Zealand, Perancis, Inggris, Jerman, Portugal, Polandia, Amerika, Singapura, Malaysia, Korea, Rusia, juga Arab Saudi.
Usaha tanpa gerai memang bisa mencapai sukses, asal bisnis tersebut selalu dipenuhi inovasi dan digenjot dalam hal promosi daringnya.
Justru menurut Rani, berjualan online lebih aman ketika badai pandemi seperti sekarang ini datang. “Karena orang banyak yang memilih belanja online daripada offline.”
Namun meski begitu, Rani tetap berkeinginan memiliki galeri sendiri di Canggu dan Uluwatu, juga bergabung di marketplace Indonesia maupun global. “Ini untuk menyasar customer retail,” begitu pangkas Rani. (Inten Esty).



























Discussion about this post