MEDIAINI.COM – Sebelumnya, Kementerian Koperasi dan UKM menjalankan program mendorong 10 juta UMKM terhubung marketplace hingga akhir tahun ini.
Pemerintah juga telah menyiapkan sejumlah dana untuk mendukung rencana tersebut. Sebab, digitalisasi UMKM ke marketplace dianggap bisa meningkatkan pendapatan para pebisnis kecil dan menengah.
Lebih Butuh Website Dibanding Marketplace
Namun ada pandangan lain terkait pemanfaatan marketplace untuk UMKM. Laksamana Mustika, CEO sekaligus pendiri Djaring menilai penjualan melalui marketplace kurang membangun kesadaran konsumen tentang brand yang dimiliki penjual.
Menurutnya, setiap pengusaha atau penjual produk lebih membutuhkan website untuk membangun brand. Situs ini dibutuhkan untuk merepresentasikan nilai usaha. Dan ini lebih baik daripada memiliki akun di e-commerce atau sosial media.
Sebagian pebisnis online kini juga mulai menyadari bahwa strategi pemasaran melalui marketplace bukan merupakan solusi total dari bisnis mereka. Terlebih untuk prospek jangka panjang.
Misalnya, di marketplace ada kompetisi harga yang gila-gilaan. Bagi pembeli mungkin ini terlihat seperti surga dunia, namun bagi penjual perang harga sangat tidak ramah. Apalagi jika UMKM tersebut masih baru tumbuh.
Selain itu, berbisnis di marketplace juga beresiko mudah ditiru pesaing. Keterbukaan informasi di marketplace membuat siapapun yang memiliki penjualan paling tinggi akan terlihat. Kesuksesan ini bisa dengan mudah dibajak oleh pesaing, mulai dari menjual barang yang sama, bahkan menjual dengan harga yang lebih murah
Terakhir, social proof berharga tinggi. Salah satu nilai penting bagi penjual di marketplace adalah social proof dalam bentuk jumlah produk terjual, jumlah transaksi, rating, dan ulasan.
Social proof atau kesaksian ini mampu mengungkit daya saing terhadap seller lain yang harga produknya lebih murah. Ibarat di pasar, orang cenderung datang ke kios yang ramai. Hal ini akan menyulitkan bagi pelaku UMKM yang baru berkembang.
Marketplace Tetap Menguntungkan Bagi UMKM
Bagi pihak lain, kehadiran e-commerce tetap dinilai memberikan manfaat besar bagi kalangan masyarakat, utamanya bagi pelaku UMKM. Selain memberikan kemudahan transaksi jual beli, e-commerce diharapkan membantu pelaku UMKM dengan menjamin harga yang lebih murah, ketersediaan produk, akses logistik dan kemudahan akses pembiayaan.
Salah satu yang merasa terbantu dengan kehadiran marketplace adalah katering Dapoer Doro dari B2B marketplace Ralali. Priskila Lusiana, owner Dapoer Doro mengaku senang ia tak perlu lagi datang ke pasar untuk belanja. Kini, cukup dengan mengakses Ralali dari telepon genggam.
Ralali sendiri merupakan marketplace yang mendukung usaha katering Lusiana agar tumbuh berkembang dan berkelanjutan. Dengan cara menyalurkan produk dengan harga grosir dan transparan, kualitas produk terbaik, kemudahan logistik.
Salah satu tips UMKM agar bertahan di marketplace adalah jeli untuk mengantisipasi pola-pola perubahan. UMKM juga harus siap dengan lonjakan penjualan saat masuk ke marketplace, siap dengan persaingan yang semakin ketat tak hanya dengan sesama UMKM tapi juga dengan brand besar.
Sementara itu, jumlah UMKM yang terhubung dengan marketplace digital baru 13 persen atau sekitar 8 juta UMKM. Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM, Hanung Rimba Rachman, menyebut selama ini program digitalisasi UMKM tingkat kesuksesannya baru berkisar 4-10 persen.
Saat ini pihaknya sedang mengembangkan program Kakak Asuh UMKM (KAU). Baru-baru ini KAU mencatatkan kesuksesan secara digital karena berhasil mengangkat beberapa adik asuh untuk didampingi.
Pemerintah juga telah menyediakan berbagai skema pembiayaan mulai dari KUR, PNM, UMI, hingga dana bergulir melalui koperasi dengan suku bunga rendah.
Baca juga : Sebelum Terjun ke Pasar Digital, Kenali Dulu Perbedaan Antara Online Shop, E-Commerce dan Marketplace
Melihat Data Perkembangan UMKM
Survei Katadata Insight Center (KIC) terhadap pelaku UMKM di Jabodetabek pada medio Juni lalu memaparkan 29 persen UMKM telah bertransformasi ke dalam ekosistem digital untuk menghadapi pandemi.
Namun transformasi ini masih memiliki kendala. Misalnya, ada 34% konsumen yang ternyata belum mampu menggunakan internet. Kemudian ada 18,4% yang mengeluhkan buruknya infrastruktur telekomunikasi yang mereka gunakan.
Meskipun demikian, hasil ini disambut positif Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki. Menurutnya, perlu edukasi yang lebih gencar kepada pengusaha kecil mengenai tata cara berjualan secara daring.
Teten menilai, tanpa inovasi dan transformasi bisnis, UMKM akan kesulitan untuk pulih dari krisis saat ini. Apalagi di ekosistem digital, banyak perubahan yang berlangsung cepat terutama dari tren produk terbaru. Ia juga menegaskan pentingnya pelatihan agar para pelaku UMKM ini tidak gagap teknologi. (Chelsea Venda).
Baca juga : 6 Situs E-Commerce yang Dukung UMKM Makin Produktif
Discussion about this post