JAKARTA, MEDIAINI.COM – Keterbatasan tidak menjadi penghalang bagi kaum disabilitas. Ada sekian banyak cerita yang dapat dipetik dari orang – orang yang terlahir dengan memiliki keterbatasan.
Keterbatasan tersebut tidak menghentikan mereka untuk meraih mimpinya. Memiliki keterbatasan bukan berarti tidak sempurna.
Penyandang disabititas kerap kali dipandang sebelah mata dan mengatakan bahwa mereka tidak bisa apa-apa.
Dari situlah Sekolah Luar Biasa (SLB) BC YPLAB Wartawan Bandung bekerja sama dengan Pulas Katumbiri (PUKA). PUKA adalah komunitas mahasiswa yang bergerak dalam bidang kriya.
Komunitas tersebut yang memberikan bahan serta desain dan akan digarap oleh murid-murid di SLB.
Salah satu murid SLB, Heri Herdian mengaku sudah membuat 1 tas sulam dan hiasan sulaman untuk sepatu.
Pada awalnya pembuatan produk keset bisa memakan waktu hingga 1 bulan, namun berkat ketelatenannya pembuatan hanya memakan waktu 2 hari.
“Pembuatan tas sulam dapat memakan waktu hingga seminggu, sedangkan keset memakan waktu cukup dengan 1-2 hari saja” ucap Heri yang hobi menjahit.
Hanya 4 murid di SLB tersebut yang mampu membuat kerajinan seperti itu.
Murid-murid SLB hanya perlu memproduksi kerajinan tersebut dan untuk bagian pemasaran produk kerajinan tersebut dimanajemeni langsung oleh PUKA.
Kegiatan ini bertujuan untuk belajar menjadi entrepreneur sebagai penguatan ekonomi disabilitas intelektual.
Hal ini tentunya sangat bermanfaat, karena sebelumnya hanya ada input namun tidak ada output yang dihasilkan.
Selain itu juga, kegiatan ini membekali para murid SLB dengan keterampilan yang dapat juga diaplikasikan ketika sudah selesai menempuh pendidikan di SLB.
Mendidik anak memanglah bukan perkara yang mudah, tidak terkecuali anak dengan kebutuhan khusus. Pihak SLB dan PUKA dituntut memiliki kesabaran ekstra untuk mengajarkan pembuatan kerajinan.
Sensor motoriklah yang menjadi bagian terpenting agar murid mendapatkan pemahaman yang baik.
Namun kembali lagi kepada kemampuan murid sendiri, ada yang cukup cepat memahami dan ada juga yang kurang cepat memahami.
“Melatih anak dengan kebutuhan khusus dituntut memiliki ketelatenan dan kesabaran yang ekstra. Awalnya untuk membuat keset seperti ini memakan waktu yang lama sekali sekitas satu bulan lamanya. Namun, sekarang hanya dua hari saja juga ada yang jadi atau selesai.” Ucap Elly Yulia guru SLB tersebut.
Dengan adanya perhatian ekonomi untuk penyandang disabilitas merupakan kemajuan yang sangat bagus, karena dengan perhatian dalam segi ekonomi tersebut akan membuat mereka merasa diperlakukan sama seperti yang lainnya tanpa melihat keterbatasan yang ada.
Masyarakat diharapkan mampu menghargai dan tidak menganggap remeh penyandang disabilitas, karena mereka adalah istimewa. Elly berharap akan ada bantuan yang ditujukan untuk sekolah penyandang disabilitas berupa permodalan.
Dengan memberikan ruang bagi para penyandang disabilitas, kita dapat memberdayakan penyandang disabilitas dan memperbaiki kehidupannya baik dari sisi emosional hingga sisi ekonomi. (Deby Vika Amalia Putri)