MEDIAINI.COM – Hanya berdurasi 30 menit, menampilkan wajah lokal, sebuah desa di pinggiran kota, bukan ojek online atau taksi melainkan bak truk, juga logat medok yang mengingatkan kita akan Jogja.
Film Tilik jauh dari hingar bingar kaum urban. Karya garapan Ravacana Films ini viral tanpa bujet luar biasa, tanpa pemeran yang bersolek maksimal dalam kemasan fesyen serba mahal. Tilik viral lantaran menyuguhkan suasana yang dekat dengan masyarakat kebanyakan, yaitu masyarakat pinggiran.
Proses Panjang Tilik
Tilik diunggah ke Youtube pada hari kemerdekaan RI, 17 Agustus kemarin. Tak butuh waktu lama, nama Bu Tejo sekaligus pemainnya, Siti Fauziah Seakhoni, langsung booming dalam hitungan hari.
Didukung pemain teater yang sudah cukup berpengalaman seperti Siti Fauziah, Tilik kuat dalam karakter penokohan. Dialog demi dialog mengalir deras layaknya percakapan sehari-hari masyarakat Jogja. Penonton seperti tengah melongok jendela menguping tetangga sebelah tengah bergunjing dengan cibiran-cibirannya yang medok dan ikonik.
Produser Tilik, Elen Rosmeisara, mengaku bahwa film tersebut terselenggara berkat program Dana Istimewa Jogja atau Danais Jogja. Danais ini adalah bentuk dukungan Dinas Kebudayaan Jogja terhadap perkembangan film pendek lokal.
Film yang disutradarai Wahyu Agung Prasetyo ini diproduksi tahun 2018. Film kelima dari Ravacana ini menggunakan riset cukup lama di Desa Saradan, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Sedangkan proses syutingnya hanya memakan waktu empat hari saja.
Selain Siti Fauziah, Tilik juga didukung pemain lain yang sudah berpengalaman bermain teater dan ketoprak, yang kebanyakan memang berdomisili di Desa Saradan. Seperti Si Gotre misalnya, dalam keseharian ia memang berprofesi sebagai sopir truk yang sesekali bermain ketoprak.
Baca juga : Viral Bu Tejo, Bikin Bisnis Merchandise Mendadak Ramai
Film Pendek Makin Benderang
Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan DIJ, Sri Eka Kusumaning Ayu, memaparkan bahwa animo masyarakat Jogja sangat tinggi terhadap Danais. Hal ini bisa dilihat dari semakin beragamnya ide dan kreasi yang disampaikan setiap tahunnya melalui proposal pengajuan Danais. Dinas Kebudayaan DIJ sendiri terus menggenjot Danais karena selalu ada film pendek dari binaan mereka yang melejit ke kancah internasional.
Film Tilik, sebenarnya sudah pernah tayang dua kali di TVRI. Namun sayang, beberapa dialog kena sensor dan membuat seluruh kru film tak puas. Karena hal inilah, mereka pun mengunggahnya di Youtube sekaligus meminta bantuan beberapa influencer untuk bergerak mempromosikan.
Viralnya Tilik memancing beberapa rumah produksi untuk meminangnya menjadi sekuel atau film panjang. Namun Ravacana sendiri belum memberikan keputusan.
Baca juga : Geliat Sineas Tanah Air, Ini Deretan Film yang Masuk Ajang Festival Internasional
7 Film Pendek Besutan Ravacana
Jika Anda jatuh cinta dengan Tilik, tak ada salahnya mengintip pula 7 film pendek lain besutan Ravacana Films ini yang semuanya tersedia di platform Youtube.
Nilep (2015)
Nilep hanya berdurasi 9 menit saja. Berkisah tentang anak-anak yang tengah berkumpul di sebuah pos kamling. Mereka saling menyalahkan lantaran ada seseorang yang mencuri mainan. Nilep, berhasil menyabet 7 penghargaan.
Singsot (2016)
Mengisahkan seorang anak kecil yang tengah menginap di rumah kakak neneknya. Ia terobsesi dengan mitos singsot atau bersiul di malam hari. Film ini, juga sukses menyabet beberapa penghargaan.
Anak Lanang (2017)
Ini mengisahkan empat siswa SD yang pulang sekolah naik becak. Di Hari Ibu itu, mereka asyik berbincang di sepanjang perjalanan, tentu saja dengan dialog khas layaknya Tilik.
Film ini menyabet tiga penghargaan yaitu Indonesian Short Film Festival SCTV 2019, Indonesian Film Festival Australia 2019, dan Panasonic Young Filmmaker 2018.
Kodhok (2017)
Kodhok bercerita tentang dua orang manusia yang mencari kodok untuk mendapatkan nomor ajaib.
Tamasya, Mencari Senja (2018)
Sesuai judulnya, ini tentang sepasang kekasih yang bertamasya ke pantai mencari senja. Sore itu, tak dinyana-nyana ternyata menjadi hari bersejarah bagi mereka berdua.
Setengah Hari Kurang Sedikit (2019)
Mengisahkan tentang Gendhis yang tengah membersihkan rumah yang selalu ditemani oleh seorang tamu yang setiap hari datang. Gendhis banyak menerima barang dari pemberian tamu tersebut. Hingga waktunya datang, Gendhis menemukan ketiadaan.
Geladiresik (2020)
Ini adalah respon akan pandemi. Bercerita soal dua orang penyedia jasa syuting video yang terimbas pandemi. Setelah menawarkan jasanya ke banyak perusahaan, mereka akhirnya disewa untuk membuat video pilot pemakaman korban COVID-19. (Inten Esty).
Discussion about this post