JAKARTA, MEDIAINI.COM – Setelah sempat melandai, kasus Covid-19 Indonesia kembali meningkat. Kasus Covid-19 di Indonesia kembali merangkak naik. Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 melaporkan, per Rabu (15/6/2022) tercatat 1.242 penambahan kasus baru Covid-19.
Kasus baru Covid-19 kembali menembus 1.000 sejak 12 April 2022. Saat itu, kasus baru corona mencapai 1.455 kasus. Dengan demikian, total kasus Covid-19 di Indonesia saat ini mencapai 6.063.251.
Adapun perkembangan kasus Covid-19 dalam satu pekan terakhir meningkat cepat, yaitu pada 9 Juni penambahan kasus baru tercatat 556, kemudian meningkat menjadi 627 kasus pada 10 Juni.
Dua hari kemudian, kasus baru Covid-19 menurun menjadi 574 dan 551 pada 11-12 Juni. Kemudian, kasus baru kembali merangkak naik di angka 591 pada 13 Juni dan 930 kasus pada 14 Juni dan melewati 1.000 kasus tepatnya 1.242 pada 15 Juni.
Kasus Covid-19 Subvarian Delta dan Omicron
Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, puncak kasus harian Covid-19 sebagai akibat penularan subvarian BA.4 dan BA.5 diperkirakan mencapai 20.000 per hari.
Budi menjelaskan, prediksi tersebut didapat setelah melakukan analisis perbandingan dengan puncak kasus harian akibat penularan varian Delta dan varian Omicron.
“Jadi kalau kita Delta dan omicron puncaknya di 60.000 kasus sehari, kira-kira nanti ya estimasi berdasarkan data di Afrika Selatan mungkin puncaknya kita di 20.000 per hari karena kita pernah sampai 60.000 per hari paling tinggi,” ujar Budi sebagaimana dikutip dari laman YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (16/6/2022).
“Jadi kita amati di Afrika Selatan sebagai negara pertama yang BA.4 dan BA.5 masuk puncaknya itu sepertiga dari puncaknya Omicron atau Delta sebelumnya,” imbuhnya.
Hanya saja, Budi tetap mengingatkan adanya beberapa faktor lain yang bisa mempengaruhi perkiraan tersebut, termasuk dari fatality rate atau tingkat kematian akibat penularan dua subvarian baru ini.
Menurut dia, fatality rate akibat BA.5 dan BA.4 jauh lebih rendah dibandingkan kematian akibat varian Delta dan varian Omicron. Ini berarti, tingkat keganasan subvarian tersebut lebih rendah ketimbang Covid-19 varian sebelumnya.
“Mungkin 1/12 atau 1/10 dari Delta dan Omicron, jadi kita percaya bahwa nanti akan ada kenaikan kira-kira maksimalnya mungkin 20.000 per hari gitu, yakni 1 bulan sesudah diidentifikasi jadi sekitar minggu ketiga, minggu ke-4 Juli dan kemudian nanti akan turun kembali,” kata Menkes.
Perlukah Vaksin Dosis Keempat?
Imbas masuknya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, Indonesia kini kembali diterpa lonjakan kasus Covid-19. Pertanyaannya, perlukah masyarakat diberi vaksin Covid-19 dosis keempat setelah suntikan booster?
Kabid Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19 Alexander K Ginting memaparkan, vaksinasi Covid-19 memang terbukti efektif menekan kasus Covid-19 di Indonesoa. Hal ini terbukti dengan statistik Covid-19 pada 2022 yang lebih baik ketimbang 2021. Salah satu alasan penurunan tersebut diyakini berkat adanya imunitas di masyarakat dari dua dosis vaksin Covid-19.
“Sudah terbukti bahwa vaksinasi (dosis) 1 dan 2 itu bisa menurunkan kasus. Kita lihat dibandingkan 2021, 2022 relatif lebih baik. Kemudian setelah kita menyelesaikan vaksinasi kedua, ternyata juga imunitas sero positif lebih tinggi,” ujarnya secara virtual pada Kamis (16/6/2022).
Namun begitu, pihaknya tidak memikirkan pemberian vaksin Covid-19 dosis keempat dulu saat ini. Pasalnya, cakupan vaksinasi Covid-19 dosis ketiga pun masih terbatas di Indonesia.
Bahkan di wilayah luar Jawa-Bali seperti Sumatera dan Kalimantan, cakupan booster masih berada di angka 20-28 persen. Bukan disebabkan keterlambatan Dinas Kesehatan setempat, melainkan karena rendahnya antusiasme masyarakat terhadap vaksinasi booster.
“Memang kalau kita lihat sekarang, booster vaksinasi yang ketiga memang baru 5 dari 34 provinsi yang baru 30 persen. Artinya Bali lebih kurang 60 persen, kemudian DKI Jakarta hampir 50 persen, Riau sekitar 44 persen, kemudian Yogyakarta ataupun Jawa lebih kurang di atas 35 persen,” sambung Alexander.
“Ini menjadi PR kita bersama. Kita tidak berpikir dulu untuk vaksinasi ke-4, kita berpikir dulu bagaimana menyelesaikan vaksinasi ketiga. Khususnya di Jawa-Bali dan beberapa provinsi di luar Jawa-Bali,” tandasnya. (Tivan)