MEDIAINI.COM – Vaksinasi anak untuk menangkal penyebaran virus Covid-19 hingga kini masih jadi kontroversi. Meskipun vaksinasi tersebut diciptakan oleh berbagai perusahaan farmasi besar seperti Moderna, Pfizer, BioNTech berdasarkan hasil risetnya. Kontribusi riset yang dilakukan sementara tercatat dapat membantu upaya pencegahan virus yang terus berkembang. Melalui vaksinasi maka cara ini dianggap efektif menjadi jawaban membuat penangkal virus yang bermutasi dengan banyak varian.
Tercatat jika vaksinasi yang dilakukan secara global juga telah terdistribusi secara masif di banyak negara di duni. Namun, vaksinasi ini pada awalnya hanya dapat diberlakukan pada minimum usia 18 tahun bagi remaja hingga masyarakat lanjut usia saya saja.
Padahal, anak kecil pun sama-sama berpotensi untuk terpapar oleh virus Covid-19. Hal inilah yang menjadi concern dari perusahaan-perusahaan farmasi yang telah disebutkan di atas untuk terus mengembangkan vaksinasi anak.
Vaksinasi Anak di Bawah 6 Tahun, Moderna Tunggu Persetujuan FDA
Sebelumnya, telah disinggung bahwa anak-anak juga berpotensi terpapar Covid-19 dengan gejala yang sama seperti orang dewasa. Dilansir dari website National Health Service UK (layanan kesehatan Inggris), beberapa gejala utama yang dialami pada anak-anak sebetulnya sama saja dengan gejala-gejala pada umumnya. Misalnya seperti batuk-batuk lalu kehilangan indera perasa atau indera penciuman.
Lalu apa urgensi vaksinasi anak? Meskipun belum tampak adanya kasus jatuhnya korban jiwa anak-anak yang terinfeksi Covid-19, namun anak-anak yang terinfeksi ini berpotensi mentransmisikan virus tersebut pada orang-orang dewasa. Yang tentunya akan menimbulkan dampak yang membahayakan. Apalagi kasus anak-anak yang terinfeksi pada gelombang omicron terus menunjukkan trend peningkatan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Centers for Disease Control (CDC), anak-anak berusia 12-17 tahun yang belum divaksinasi berpotensi 11 kali lebih besar dilarikan ke rumah sakit daripada mereka-mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi.
Sudah sekitar dua tahun, kini perkembangan vaksinasi anak sudah tampak semakin dekat. Pasalnya, dikutip dari Good Morning America, sebuah perusahaan farmasi yakni Moderna, hanya tinggal membutuhkan otorisasi atau persetujuan dari U.S. Food and Drug Administration (FDA) untuk mendapatkan perizinan vaksinasi Covid-19 bagi anak-anak di bawah tahun dalam beberapa minggu ke depan.
Sebelumnya, vaksin untuk anak-anak sudah dikembangkan oleh Pfizer. Namun vaksin ini hanya berlaku untuk anak-anak berusia lima tahun ke atas, sedangkan anak-anak berusia empat tahun ke bawah masih belum mendapatkan akses untuk vaksinasi.
Baik vaksin Pfizer dan Moderna, dua-duanya menggunakan teknologi mRNA yang membuat pembentukan sel protein yang terlihat seperti bagian luar dairi virus tersebut. Hal ini ditujukan agar tubuh seseorang bisa “mempelajari” dan mengembangkan mekanisme untuk melindungi tubuh mereka dari potensi terinfeksi virus Covid-19 pada masa yang akan datang.
Oleh sebab itu, Moderna merilis sebuah data klinis yang menunjukkan bahwa vaksin mereka tidak memicu adanya respons imun yang terlalu “kuat” dan tidak menimbulkan resiko yang begitu signifikan bagi anak-anak berusia enam bulan hingga enam tahun. Vaksin Moderna bagi anak-anak berusia enam tahun ke bawah ini diberikan sekitar dua dosis dalam jangka waktu 28 hari.
Karena telah mengembangkan vaksin terlebih dahulu bagi anak-anak, Pfizer diharapkan memiliki informasi mengenai pemberlakuan dosis ketiga vaksinasi anak usia lima tahun ke bawah dalam bulan Maret atau April. Pfizer memutuskan untuk menunda permintaan persetujuan kepada (FDA) sebelum melakukan studi lebih lanjut melalui data-data yang mereka miliki. Namun untuk sementara ini, hanya anak-anak berusia dua belas tahun ke atas telah eligible untuk menerima dosis vaksin booster dari Pfizer. (Sekar)