JAKARTA, MEDIAINI.COM – Istilah Ghosting belakangan makin banyak dipakai. Bermula dari kisah asmara putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep yang dituduh ghosting ke mantan pacarnya Felicia Tissue. Terlepas dari fenomena hilang mendadak tanpa kabar ternyata dalam dunia bisnis online shop pun hal ini juga terjadi.
Secara makna kamus, arti ghosting adalah berbayang. Namun ghosting yang populer dikalangan remaja adalah perilaku menjauh atau tiba-tiba menghilang dari kehidupan seseorang tanpa mengirimkan kabar. Bagi orang yang melakukan ghosting, artinya menjauh dari suatu hubungan adalah jalan keluar yang cepat dan mudah. Namun, perilaku ini akan merugikan pihak sebaliknya, yakni korban ghosting.
Sebab, bagi korban ghosting, mereka akan bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi, alasan di balik sikap itu, apa yang salah dalam hubungan tersebut.
Ghosting Terjadi dalam Dunia Usaha
Jika dikaitkan dengan dunia belanja online, ghosting bisa digambarkan seperti hit and run. Jika ghosting dalam percintaan dimaksud ditinggal saat sedang sayang-sayangnya, sedangkan hit and run adalah tipikal pembeli online yang sudah sepakat di satu lapak namun belum membayar, lalu hilang, padahal seller udah menyiapkan barangnya.
Alasan muncul hit and run dalam transaksi online bermacam-macam. Pertama, pembeli menemukan produk sejenis yang diinginkan dengan penawaran harga lebih rendah. Hal ini sering terjadi karena tidak sulit mencari produk yang sejenis melalui mesin pencarian di internet.
Kedua, calon pembeli kehilangan jejak, thread atau lapak si penjual di online shop. Meski harga sudah bersahabat, seringkali customer lupa lapak dengan lapak yang menjual barang harga sesuai. Ini juga umum terjadi saat si penjual sedang offline.
Tips agar lokasi mudah diingat, sebarkan link blog atau web Anda di banyak marketplace online ternama. Alasan ketiga terjadi hit and run karena service yang tidak memuaskan. Bisa jadi produk yang tidak sesuai dengan deskripsi dan gambar. Atau bahkan terjadi kesalahpahaman. Penjual tidak menjelaskan dengan tepat tentang produknya, sehingga apa yang dipersepsikan pembeli menjadi salah. Untuk mengatasi hal tersebut penjual harus jujur.
Pakar Marketing, Yuswohady menyebutkan orang yang suka ghosting dalam bisnis bisa berasal dari kompetitor yang berpura-pura menjadi pembeli. Niat mereka biasanya ingin melakukan survei harga bahkan mengambil karya dan menjiplak.
Di luar itu, orang yang melakukan ghosting bisa juga berasal dari pembeli sesungguhnya. Mereka biasanya memiliki beberapa tempat belanja online dan ingin mencari harga terbaik sebelum memutuskan untuk membeli. “Konsumen nyari harga yang paling bagus. Bukan yang paling murah ya, tapi harga yang paling bagus, artinya secara kualitas oke tapi harganya yang terbaik. Itu namanya value,” kata Yuswohady.
Yuswohady menilai perlakuan ghosting merupakan nasib yang harus diterima oleh penjual online. Dalam hal ini penjual juga tidak bisa membedakan dari awal apakah orang tersebut serius membeli atau tidak. (Ken)






















Discussion about this post