MEDIAINI.COM – Di Palembang sedang ngetren jumputan. Peminatnya kaum milenial. Lalu apa sajakah keunikan dari jumputan Palembang ini?
Uniknya Jumputan Khas Palembang
Keunikannya ada pada warnanya berani colofrul alias ngejreng seperti hijau, kuning, dan merah. Motifnya masih bertahan dengan motif tradisional seperti kacang hijau, titik tujuh, atau sasirangan. Tak hanya itu, kain jumputan ini kini juga diaplikasikan pada kain katun, silk, kain tenun, dan kain sutra kerut.
Tiga Pelaku Usaha Jumputan yang Sukses Ditengah Pandemi
Siapa sangka bahwa kain jenis ini bisa mendatangkan banyak rezeki. Anggi Fitrilia sudah merasakannya. Pandemi COVID-19 malah membuat Anggi lebih produktif. Dia merintis bisnis jumputan.
Banyak corak unik yang diminati, termasuk masker couple yang juga menjadi tren sekarang. Anggi bekerja sama dengan sejumlah pihak mulai sistem pemasaran, pengolahan kain, hingga menjadi barang jadi.
Udin yang merupakan generasi ketiga di keluarganya juga turut meneruskan usaha orang tuanya membuat kain tradisional ini. Di awali dengan belajar secara otodidak membuat tentun dan jumputan, kini dia telah memiliki 200 karyawan. Rumah produksinya berada di kawasan sentra tenun Tuan Kentang Kertapati.
Bank Sumsel Babel (BSB) memberinya dukungan modal untuk perluasan usaha. Dengan kesuksesannya itu, dia berharap kualitas dan ciri khas produknya dapat terus bertahan. Pengusaha jumputan Palembang lainnya adalah Angel Eva Christine lewat brand Jejak Aisyah. Bahkan produknya itu sudah dipasarkan hingga luar daerah dan luar negeri seperti Amerika dan Belanda.
Kecintaannya terhadap budaya Indonesia, membuat Eva ingin mempromosikan kain jumputan supaya mendunia, tidak hanya songket Palembang saja. Untuk membantu pengrajinnya di masa pandemi, Eva memotong 2,5 persen hasil penjualan produknya.
Baca juga: 5 Akun Instagram yang Jual Jumputan Palembang
Cara Membuat Kain Jumputan Palembang yang Ramah Lingkungan
Gunakan pewarna dari kayu. Larutan dari serbuk kayu memiliki kualitas yang baik, alami dan ramah lingkungan. Lalu buat motif dengan beberapa tahapan, mulai dari mordan kain, proses pembuatan jumputan, pembuatan zat warna alam dengan tumbuhan, dan proses pewarnaan.
Lukis pola dan proses ikat-jahit supaya menghasilkan warna yang berbeda. Selanjutnya, proses pencelupan warna dapat dilakukan dengan manual, paling tidak 10 hingga 20 kali, supaya hasilnya bagus. Terakhir, pahami pola warnanya, seperti ketika ingin menggunakan tegaran, maka dapat menghasilkan warna kuning dan cokelat, jika serbuk mahoni maka dapat menghasilkan warna cokelat muda dan cream. (Gusti Bintang K.)
Discussion about this post