MEDIAINI.COM – Bulan Desember adalah waktu di mana hujan mengguyur sebagian besar wilayah Indonesia. Untuk bisnis yang sifatnya musiman, saat musim penghujan memang akan mengalami penurunan omset. Namun, hal ini tidak berlaku untuk penjual roti bakar. Camilan ini tetap diburu, tidak peduli musim kemarau atau hujan.
Roti bakar mulai muncul di Indonesia pada abad ke-20. Ini tidak jauh dari pengaruh kuliner yang dibawa Belanda. Mereka terbiasa memakan roti seperti bread toast dan roti bakar.
Jika orang Belanda mengonsumsi roti sebagai menu sarapan, hal ini tidak berlaku untuk orang Indonesia. Sebagian besar justru lebih suka mengonsumsi roti bakar ketika malam karena lebih mengenyangkan. Selain itu, penjual roti bakar juga lebih banyak yang mulai berjualan malam hari alih-alih pagi hari untuk sarapan.
Baca juga: 5 Kedai Roti Bakar Legendaris di Jakarta yang Wajib Dicoba
Memulai Bisnis Roti Bakar
Karena bukan termasuk bisnis yang tergantung musim, membuka roti bakar menjadi bisnis yang cukup menjanjikan. Pangsa pasarnya pun luas. Makanan ini cocok dijadikan camilan keluarga pada malam hari. Anak-anak muda saat hang out bareng teman, mereka kerap ”menyerbu” warung-warung roti bakar. Makanan ini juga cocok dijadikan bingkisan atau suguhan saat arisan.
Untuk memulainya, Anda tidak membutuhkan banyak modal. Untuk peralatannya Anda bisa menggunakan peralatan yang sudah ada di dapur. Selebihnya Anda tinggal menyiapkan gerobak atau etalase yang kisaran harganya adalah Rp 1 juta.
Sebagai permulaan, Anda tidak perlu menyetok bahan baku terlalu banyak. Pertama-tama, stok saja 100 pack roti bakar yang kisaran total harganya Rp 500 ribu. Selanjutnya adalah menyediakan meses, keju, susu kental manis, dan aneka selai yang totalnya sekitar Rp 500 ribu. Sediakan pula kardus dan biaya lain-lain yang totalnya Rp 500 ribu. Dengan demikian, total modal yang dibutuhkan adalah Rp 2 juta.
Jualan Roti Bakar, Omset Per Bulan Capai Rp 15 Juta
Salah seorang pelaku usaha yang sudah sukses menjalankan bisnis roti bakar adalah Santy Subroto. Perempuan yang sudah berusia 50 tahun lebih ini mampu menyajikan roti bakar dengan tampilan berbeda. Jika umumnya diisi dengan cokelat dan keju, roti bakar buatannya diisi dengan sosis, ayam teriyaki, pepper tuna, dan smoked beef mozarella.
Berbekal restu suami, Santy mulai membuka usaha di garasi rumah pada tahun 2016. Kala itu dia membutuhkan modal Rp 15-20 juta. Di tahun pertama usahanya memang tidak bisa dikatakan berjalan mulus. Namun, lambat laun dia terus berbenah. Santy mulai merambah promosi lewat ojek online dan juga Instagram. Hingga sekarang, omset dari roti bakarnya sudah mencapai Rp 15-20 juta per bulan.
Tampak remeh, tetapi ternyata mengelola bisnis ini cukup menjanjikan juga. Namun, seperti bisnis pada umumnya, roti bakar juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Modal yang cukup kecil menjadi salah satu kemudahannya. Profil konsumennya pun bisa menjangkau semua lapisan.
Bisnis ini juga cocok dilakukan oleh pemula. Pasalnya, pengolahan roti bakar terbilang cukup mudah dan sederhana. Namun, terdapat banyak variasi rasa sehingga membuat roti bakar yang enak, sekaligus disajikan dengan garnish yang menarik, tentunya akan semakin menggugah selera.
Kekurangan dari jenis bisnis ini adalah bahan bakunya yang punya jangka waktu tidak lama. Roti bisa kedaluwarsa. Anda harus menyiasatinya dengan pemilihan bahan baku dengan kualitas baik. Selain itu, pelaku usaha di bidang roti bakar pun sudah menjamur. Produk Anda harus memiliki keunikan rasa agar dilirik oleh konsumen. (Tri Puspitsari)
Discussion about this post