SEMARANG, MEDIAINI.COM – Industri fashion di Indonesia dinilai semakin tumbuh pesat. Geliat persaingan ready to wear semakin hari semakin banyak yang punya nilai jual tinggi.
Hal ini tak lain karena adanya pelaku industri fashion terutama desainer yang mempunyai kreatifitas tinggi dan tentunya berkualitas.
Dalam morning talkshow yang bertajuk ‘Penyiapan SDM Industri Fashion Melalui Pelatihan Vokasi’ Direktur Jenderal Binalattas Kemnaker RI Budi Hartawan menjelaskan jika dunia fashion mempunyai kontribusi yang cukup besar di perekonomian Indonesia dan Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang industri fashionnya sudah dikenal hingga ke mancanegara.
Hal ini lah yang membuat Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Semarang (BBPLK Semarang) mendorong para SDM agar memiliki keterampilan dan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pasar saat ini.
“BBPLK menjadi tempat bagi para SDM Indonesia untuk berlatih, salah satunya di bidang fashion. Karena fashion sangat dinamis, maka kita mencoba untuk menyesuaikan segala kurikulum sesuai dengan standar kompetensi.” Ujar Budi.
Budi juga menambahkan jika BBPLK sudah menyiapkan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan di dunia industri fashion demi mendukung para SDM.
Acara yang juga diisi oleh desainer Eko Tjandra dan Ketua Apindo Kota Semarang Dedi Mulyadi Ali ini mengharapkan jika nantinya fashion bisa menjadi salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia, bahkan di masa pandemi ini.
Budi mencontohkan jika masker-masker yang dirancang oleh para desainer Indonesia bisa menjadi peluang usaha di tengah pandemi.
Sejalan dengan penjelasan Budi Hartawan, Kepala BBPLK Semarang Edy Susanto menuturkan jika walaupun fashion berubah, BBPLK Semarang tetap menyesuaikan agar SDM yang ikut pelatihan tidak menganggur.
Apalagi di tengah pandemi ini Edi mejelaskan jika ada delapan ratus ribu pengangguran di Jawa Tengah per Februari 2020.
“Untuk menghasilkan desainer terbaik, harus dengan pelatihan yang sesuai kurikulum disini. Dan ini terbukti, 92 persen alumni BBPLK sudah bekerja atau mempunyai usaha. 8 persen sisanya tidak bisa dipastikan menganggur, namun karena hilangnya komunikasi dengan kami, jadi kami belum bisa memastikan.” Ujar Edi.
Edi juga menambahkan, jika masyarakat berminat untuk mengikuti pelatihan di BBPLK Semarang sangat mudah.
Pertama, pendaftar dalam keadaan usia produktif atau bukan dalam usia sekolah.
Dan ijazah apapun bisa ikut karena yang dinilai adalah kompetensi dari pendaftar.
Terkahir, BBPLK akan melakukan seleksi minat dan bakat guna menggali motivasi dari masing-masing individu.
“Ke depannya, BBPLK Semarang akan terus mengembangkan program-program pelatihan di bidang fashion, teknologi, dan bisnis manajemen.” Tutup Edi. (Apriliana Dwi)
Discussion about this post