JAKARTA, MEDIAINI.COM – Desainer Chitra Subyakto membagikan kisah bisnis batiknya sebagai upaya menjaga warisan budaya Indonesia. Lewat karyanya yang mengapresiasi batik Chitra Subyakto pun berupaya agar eksistensi batik tidak tergerus perkembangan zaman dan mengenalkan.
Kecintaan Chitra Subyakto terhadap kain tradisional Indonesia itu lantas membuatnya mendirikan brand tekstil yang diberi nama Sejauh Mata Memandang.
Saat pertama kali dibentuk pada tahun 2014, label ini hanya menghadirkan koleksi dari batik tulis. Kala itu, koleksi batik Sejauh Mata Memandang memiliki motif yang didesain sendiri. Boleh dibilang, bukan motif pabrikan.
Setelah motif batik terbentuk, ia lantas memberikannya kepada perajin untuk dibuat menjadi kain. Bagi Chitra, proses mencari inspirasi untuk membuat cerita yang cocok dijadikan motif batik adalah pengalaman yang tidak terlupakan.
“Menciptakan motif juga menjadi salah satu upaya yang aku lakukan demi regenerasi agar batik tetap ada,” kata Chitra dalam sebuah acara yang berlangsung di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Kamis (23/6/2022).
Chitra Subiyakto Ingin Lestarikan Batik ke Generasi Muda
View this post on Instagram
Menurutnya, salah satu ciri khas batik adalah proses pembuatannya yang menggunakan tangan (batik tulis). Sebab, bagaimana pun, batik adalah proses kreasi yang menggunakan tangan, sehingga menuntut kesabaran.
Ironisnya, di jaman yang serba cepat ini, tidak banyak generasi muda yang mau melakukan proses membatik. Padahal, kebanyakan pembatik yang ada saat ini telah memasuki usia senja.
Melalui Sejauh Mata Memandang, Chitra berharap bisa memberikan semangat kepada generasi muda untuk meneruskan kegiatan membatik. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengemas tema atau motif batik yang terinspirasi dari hal-hal kecil yang ada di sekitar masyarakat saat ini.
“Jadi pada saat mengerjakan (membatik) kain motif kami mereka bisa lebih terbuka dan senang karena motifnya berbeda dari batik klasik,” imbuhnya.
Diakui oleh Chitra, batik klasik dari Indonesia merupakan karya yang sangat indah. Ia pun termasuk orang yang mengagumi batik klasik. Namun agar tetap bisa terjaga kelestariannya hingga masa depan, menurut dia regenerasi menjadi hal yang tak kalah penting.
Inspirasi motif batik didapat dari hal-hal kecil seperti bunga, bambu, ladang rumput laut, hingga jalan melingkar Semanggi di Jakarta. Hal-hal kecil yang mengingatkan kita pada Indonesia yang kerap luput dari perhatian.
Maka dari itu, Chitra Subyakto melibatkan para perajin kain dari Sumba, Bali, dan Jawa. Motif batik yang dihasilkan Chitra memiliki ciri khusus yakni berbentuk geometris dan terkesan ‘patah-patah’.
Jika melihat sekilas, sebagian orang mungkin tidak mengira jika kain tersebut merupakan batik karena memang tidak dihadirkan dalam motif klasik. Namun corak dalam koleksi Sejauh Mata Memandang digambar menggunakan teknik batik, baik itu tulis atau cap.
Chitra Subyakto sengaja tidak menampilkan motif konvensional demi menarik perhatian anak muda. Ia ingin batik yang selama ini dipandang sebelah mata anak muda, karena dianggap kaku dan kuno, kini bisa tampil simpel dan segar.
“Supaya batik terus dikerjakan oleh generasi yang lebih muda lagi agar tetap terjaga dan tidak pernah hilang. Karena batik adalah salah satu budaya yang perlu dijaga dan tetap ada,” imbuh Chitra.
Ia pun memiliki sebuah impian. Chitra berharap agar setiap orang memiliki satu batik tulis di rumahnya agar budaya ini tidak hilang, sekaligus memperkuat jati diri bangsa.
Batik Bukan Hasil Printing
Dia lantas mengingatkan, batik adalah kain yang proses pembuatan yang menggunakan malam atau lilin. Sayangnya, beberapa orang mungkin berpikir mereka sudah memiliki busana batik. Padahal bisa jadi sebenarnya itu adalah busana printing.
“Kalau printing itu bukan batik, kalau bicara batik hanya batik tulis dan batik cap. Mungkin banyak yang belum paham kalau ada beberapa motif yang ada di kain dibuatnya bukan dengan proses batik,” kata Chitra.
Oleh karena itu, tak ada salahnya untuk mencari informasi sebelum membeli kain agar batik bisa terus dilestarikan, agar masyarakat tahu warisan budaya mereka sendiri.
Bagi seorang Chitra Subyakto, mencintai kain Indonesia adalah satu upayanya untuk merawat tradisi sekaligus merayakan keberagaman.
“Kecintaan saya terhadap kain Indonesia ibarat kebutuhan akan udara yang dihirup sehari-hari. Buat saya, kain bukanlah sekadar penutup dan pelindung tubuh namun representasi dari budaya dan cerita indah bangsa kita,” tutup adik Jay Subyakto tersebut. (Tivan)