JAKARTA, MEDIAINI.COM – Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Anwar Makarim secara resmi memperkenalkan Kurikulum Merdeka sebagai nama baru dari Kurikulum Prototipe pada Jumat (11/2).
Nadiem menuturkan, Kurikulum Merdeka akan mulai diluncurkan di sekolah-sekolah lain selain sekolah penggerak dan akan mulai diimplementasikan pada tahun ajaran 2022/2023.
Meski demikian, ia masih memberikan kelonggaran kepada sekolah untuk mengadaptasi Kurikulum Merdeka secara bertahap. Selain itu, ia juga tidak memaksa sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum pendidikan terbaru ini, melainkan bersifat opsional dan tergantung otonomi sekolah masing-masing.
Dengan demikian, Nadiem menjelaskan bahwa nantinya Kemendikbud Ristek akan memberikan tiga opsi kurikulum. Pertama, bagi sekolah yang belum siap masih bisa menggunakan Kurikulum 2013. Kedua, Kurikulum Darurat masih bisa digunakan bagi sekolah yang merasa ingin ada perubahan atau penyederhanaan kurikulum namun masih merasa belum siap menerapkan Kurikulum Merdeka.
Lalu pilihan terakhir, sekolah yang sudah siap sudah bisa menerapkan Kurikulum Merdeka secara utuh ataupun bertahap. Nadiem juga memberikan kewenangan kepada guru untuk memutuskan kurikulum yang terbaik sesuai kesiapan sekolah.
“Seperti yang kita bilang tidak perlu panik kepada guru dan kepala sekolah karena kemerdekaan dan keputusan itu ada di mereka,” sebut Nadiem, sebagaimana dikutip dari laman resmi Kemendikbud Ristek pada Sabtu (12/2).
Tak Ada Lagi Kelas IPA dan IPS
Lebih jauh lagi Nadiem menjelaskan, penerapanKurikulum Merdeka pada nantinya akan memberikan otonomi dan kemerdekaan bagi siswa dan sekolah. Sebagai contoh di jenjang pendidikan SMA, nantinya tidak akan ada lagi jurusan atau peminatan seperti IPA, IPS, atau Bahasa. Menurut penilaian Nadiem, siswa bisa bebas memlih mata pelajaran yang diminatinya di dua tahun terakhir saat SMA.
“Ini salah satu keputusan, choice atau pemilihan yang bisa diberikan kemerdekaan bagi anak-anak kita yang sudah mulai masuk dalam umur dewasa agar bisa memilih,” ucapnya.
Selain itu, menurut Nadiem, Kurikulum Merdeka juga bakal memberikan kebebasan bagi guru karena diberikan kewenangan untuk menentukan alur pembelajaran bagi para siswa.
“Jadinya guru ini bisa memilih kalau misalnya guru itu merasa dia mau lebih cepat, itu bisa. Kalau guru itu merasa dia mau pelan-pelan sedikit untuk memastikan dari ketinggalan, juga bisa,” imbuh founder Gojek tersebut.
Secara keseluruhan, Nadiem menggarisbawahi bahwa Kurikulum Merdeka pada dasarnya dirancang untuk membuat pembelajaran lebih sederhana dan fleksibel, sehingga mendorong siswa lebih aktif. Sebab, jenis-jenis aktivitas yang ada dalam kurikulum ini lebih relevan dan banyak memberikan ruang untuk tugas berbasis proyek atau project base.
“Ini adalah skill-skill yang akan dibutuhkan anak itu pada saat dia keluar. Dia harus bisa bekerja secara kelompok. Jadi, dia (siswa) harus bisa menghasilkan suatu hasil karya. Dia harus bisa berkolaborasi dan memikirkan hal-hal secara kreatif,” imbuhnya.
Tahun Ajaran Baru
Nadiem menambahkan, Kurikulum Merdeka akan mulai diluncurkan di sekolah-sekolah lain selain sekolah penggerak. Lalu, sekolah bisa mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara bertahap atau sesuai dengan kesiapan masing-masing sekolah.
“Kita memberikan fleksibilitas, Kurikulum Merdeka ini sudah kita tes di 2.500 sekolah penggerak, namanya dulu Kurikulum Prototipe,” ucapnya.
Rencananya, Kurikulum Merdeka akan mulai bisa digunakan mulai tahun ajaran 2022/2023 untuk jenjang TK, SD, SMP, hingga SMA.
Di sisi lain, Nadiem menyampaikan bahwa Kurikulum Merdeka juga dibuat untuk mengantisipasi adanya learning loss akibat pandemi Covid-19.
“Karena tujuan kita adalah recovery dari learning loss pandemi,” kata mantan bos Gojek itu.
Mulanya, Nadiem menjelaskan bahwa Kurikulum Merdeka merupakan pengembangan dari Kurikulum Darurat yang dibuat pada awal pandemi Covid-19.
Saat itu, imbuh Nadiem, Kurikulum Darurat dirancang untuk menurunkan jumlah materi pembelajaran secara drastis agar para pelajar dan pengajar itu fokus mendalami topik yang paling esensial.
Menurutnya, implementasi Kurikulum Darurat sudah berhasil sehingga dikembangkan lagi agar lebih optimal. (Tivan)





















