JAKARTA, MEDIAINI.COM – Seiring dengan meningkatknya jumlah pengguna dunia virtual Horizon Worlds, Meta menambahkan sistem batasan personal.
Pasalnya, dengan jumlah pengguna Metaverse yang semakin banyak, maka potensi adanya pelecehan antar pengguna juga kian meningkat.
Sebagaimana dikutip dari The Verge pada Minggu (6/2/2022), fitur baru ini diaktifkan secara default di platform kreasi Horizon Worlds dan layanan live event Horizon Venue.
Dengan adanya batasan personal ini, Meta menambahkan penghalang virtual yang tidak terlihat di sekitar avatar, sehingga diharapkan dapat mencegah orang lain mendekati avatar pengguna.
Sistem batasan personal ini sendiri ditambahkan pada sebuah fitur yang sudah ada. Seandainya ada pengguna yang terlalu dekat dengan avatar pengguna lainnya, maka pembatas ini akan ‘memotong’ tangan pengguna menghilang ketika mereka terlalu dekat dengan avatar lain.
Sementara untuk batasan jaraknya, saat ini Meta membatasi jarak terdekat dengan avatar lainnya sejauh empat kaki, atau setara 1,2 meter.
“Pengguna tidak bisa menonaktifkan batasan pribadi mereka, pasalnya sistem ini dimaksudkan untuk menetapkan norma standar tentang bagaimana orang saling berinteraksi di dunia virtual reality,” ujar Juru Bicara Meta Kristina Milian.
Meski demikian, pengaturan jarak antar avatar bukan sebuah aturan pakem. Artinya, radius jarak tersebut bisa saja berubah di masa depan, tergantung dengan kenyamanan pengguna.
Kronologi Pelecehan Seksual di Metaverse Horizon Worlds
Di sisi lain, adanya penambahan batasan personal ini juga didorong adanya percobaan pelecehan seksual di Horizon Worlds.
Beberapa waktu lalu, selama Metaverse Horizon Worlds masih dalam tahap beta alias percobaan, setidaknya ada satu pengguna beta yang mengeluhkan avatarnya diraba-raba oleh orang asing.
Pengguna yang mengalami pelecehan di metaverse akhirnya menggunakan fitur blokir untuk menghentikan pelaku pelecehan tersebut.
Korban pelecehan yang bernama Nina Jane Patel itu menuliskan pengalamannya dalam blog di Medium. Ia mengaku pelecehan itu terjadi langsung dalam beberapa detik setelah ia memasuki dunia metaverse Horizon Venues
“Dalam waktu 60 detik setelah bergabung, saya dilecehkan secara verbal dan seksual, oleh 3-4 avatar laki-laki, dengan suara laki-laki, pada dasarnya, tapi mereka memperkosa saya secara virtual dan mengambil foto,” kata Patel.
Sayangnya, Meta menyebut bahwa korban sebenarnya belum memanfaatkan sepenuhnya opsi yang tersedia agar bisa memberikan efek jera kepada pelaku pelecehan.
Terkait dengan kejadian tersebut, maka Meta menambahkan penghalang virtual yang tidak terlihat di sekitar avatar di mana hal ini bertujuan untuk mencegah orang lain mendekat.
Oleh karena itu, lanjut Milian, jika ada avatar lain yang mencoba berjalan atau berpindah di ruang personal milik seseorang, pergerakan mereka akan terhenti dengan adanya fitur pembatasan personal ini.
Meski demikian, Milian juga menyebut bahwa pengguna masih bisa melewati avatar lain, sehingga pengguna tidak bisa melakukan hal-hal seperti menggunakan gelembung mereka untuk memblokir pintu masuk atau menjebak orang di ruang virtual.
Fitur Pencegahan Pelecehan Seksual Pada Dunia Virtual Lainnya
Belajar dari kasus tersebut, Meta merancang gelembung ruang personal dengan menyediakan opsi standar pada ruang sosial virtual reality, seperti pada VRChat dan Rec Room.
Akibatnya, pengguna layanan-layanan VR terdahulu memiliki kemampuan untuk mengubah ukuran atau menonaktifkan gelembung ruang personal ini.
Sebagai contoh, beberapa game virtual Realitu, seperti QuiVR, yang jadi salah satu tempat terjadinya kasus pelecehan seksual, saat ini telah menerapkan gerakan khusus yang memungkinkan pengguna mendorong avatar lain menjauh dari avatar miliknya.
Sumber Gambar : ilustrasi Pixabay