BAWEN, MEDIAINI.COM – Bukan saja mendatangkan keuntungan ekonomi, pohon yang ditanam juga menjaga kelestarian lingkungan dan mengurangi pemanasan global.
TANGAN Rubiyanto cekatan mengupas kulit batang bibit jambu. Ia lalu menempelkan mata tunas dari batang pohon jambu berbeda di bekas kupasan dan membalutnya dengan selembar plastik kecil. “Beres,” kata lelaki berusia 50an tahun, warga Dusun Glodogan Desa Harjosari, Bawen itu.
Ada kepuasan tergambar di wajahnya. Tugas mempraktikkan okulasi dari Rosikun, praktisi okulasi di pusat agrowisata di Kabupaten Semarang, tuntas dalam waktu singkat. Bersama 10 warga desa tetangga, asal Kecamatan Bergas dan Bawen, Rubi adalah peserta pelatihan okulasi yang diselenggarakan Coca-Cola Europacific Partners Indonesia (CCEP Indonesia) di Coke Forest, Selasa 7 Desember 2021.
Rubi, begitu warga dusun memanggilnya, sehari-hari bekerja sebagai pencari rumput. Tapi di musim tertentu, ia berjualan buah. Lantaran akrab berwirausaha buah-buahan, sejak beberapa tahun lalu ia coba-coba menanam aneka buah di kebun milik saudaranya dan lahan-lahan tetangga. Agar pohon produktif dan menghasilkan buah berkualitas, ia belajar cara mengembangkan produk pertanian secara otodidak melalui internet. “Saya sering lihat di Youtube cara setek, sambung, dan okulasi, tapi kalau belajar langsung dari ahlinya baru sekarang ini,” katanya.
Okulasi merupakan upaya meningkatkan mutu tumbuhan dengan cara menempelkan sepotong kulit pohon bermata tunas pada irisan kulit pohon lain. Tujuannya untuk menggabungkan kualitas masing-masing tanaman sehingga mendapatkan varietas tumbuhan yang lebih baik.
Suyadi, Penyuluh Pertanian Cabang Dinas Kehutanan Wilayah III Jawa Tengah yang hadir dalam pelatihan itu, mengatakan peningkatan pengetahuan petani terhadap teknologi pertanian diharapkan mampu mendorong kesadaran menaman pohon. Sementara buah yang dihasilkan mendatangkan keuntungan ekonomi, pohon yang ditanam sekaligus mampu menjaga kelestarian lingkungan dan mengurangi dampak pemanasan global.
Coke Forest merupakan lahan seluas 9.100 meter persegi yang dikelola CCEP Indonesia di Bawen, Kabupaten Semarang. Selain menjadi wahana serapan air, fasilitas itu juga dimanfaatkan menjadi pusat pembibitan dan wahana pendidikan lingkungan. Ditumbuhi lebih dari seribu pohon, tercatat ada 134.440 bibit disemai dan didonasikan ke masyarakat sepanjang 2017-2021 dari tempat ini. Jenis bibit yang dikembangkan beragam, dari pohon jambu, nangka, durian, alpukat, sawo, hingga jenis pohon kayu. Selain itu, dengan sistem bagi hasil dengan petani penggarap, lahan ini juga menghasilkan donasi 500 kilogram beras per tahun.
Komitmen pendidikan lingkungan diwujudkan dalam berbagai kegiatan edukatif. Di antaranya Fun Learning yang melibatkan ratusan siswa SD dari sekolah-sekolah di sekitar pabrik. Melalui program itu, anak-anak diajak mencintai lingkungan sejak dini melalui kegiatan pemanfaatan botol plastik bekas sebagai media pembibitan tanaman.
“Kegiatan-kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat selalu kami rancang dengan mengombinasikan kepentingan lingkungan dan ekonomi,” kata Regional Corporate Affairs Manager-East CCEP Indonesia Armytanti Hanum Kasmito.
Misalnya saja, ia melanjutkan, Coke Forest menggelar pelatihan hidroponik pada akhir September 2021 lalu. Hidroponik adalah metode budidaya tanaman dengan memanfaatkan air sebagai media tanam. Perawatan tanaman mudah, keuntungannya pun banyak. Siklus hidup tanaman lebih pendek sehingga cepat panen dan kualitas sayuran yang dihasilkan juga lebih baik.
Kegiatan yang diikuti para nasabah bank sampah binaan CCEP Indonesia itu diharapkan mampu mendorong pemanfatan kembali botol-botol plastik bekas sebagai wadah tanam. Sehingga selain sayuran hasil panen bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari, sampah plastik tak harus berakhir di Tempat Pembuangan Akhir.
Inovasi pengurangan emisi rumah kaca juga diimplementasikan dengan mengadopsi energi bersih. Dari penggunaan lampu LED dan gas alam, hingga pemasangan atap panel surya -yang dimulai- di Pabrik Bekasi, Jawa Barat pada 2019. Panel surya seluas 72 ribu meter persegi (tercatat paling luas yang terpasang di instalasi manufaktur se-Asia Tenggara) itu mampu menghasilkan 9,6 juta kWh energi listrik dan mengurangi emisi karbon sebesar 8,9 juta kilogram per tahun.
Berbagai upaya pelestarian lingkungan terus mendapat pengakuan dari para pemangku kepentingan. Di Kabupaten Semarang, Bupati Semarang Ngesti Nugraha mengganjar CCEP Indonesia dengan penghargaan lingkungan dalam peringatan hari ulang tahun Kabupaten Semarang ke-500 pada 15 Maret 2021 lalu.
Menurut dia, perlu kerja sama antara semua elemen masyarakat dan pemangku kepentingan untuk menyukseskan pembangunan daerah. “Dengan kerja keras, cerdas, dan ikhlas sesuai dengan profesinya,” katanya dalam sambutan pada peringatan yang digelar di halaman kantor bupati, Ungaran.