JAKARTA, MEDIAINI.COM – PPnBM mobil baru jadi perbincangan hangat Perhitungan pajak mobil baru akan dirombak. Mulai 16 Oktober 2021, Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk mobil baru dihitunf berdasarkan emisi yang dihasilkan. Aturan ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2019 tentang kendaraan kena PPnBM. Beleid ini diundangkan pada 16 Oktober 2019.
Pemerintah juga sudah merevisi aturan ini dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2021 yang isinya mengubah tarif PPnBM khusus kendaraan plug-in hybrid, fuel cell, hingga murni listrik. Kedua regulasi itu mengubah aturan lama, yakni Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2013 tentang hal serupa dan juga Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2014 yang mengatur berbagai revisinya.
PPnBM Mobil Baru Beda dari Aturan Lama
Dalam aturan lama PPnBM ditentukan berdasarkan jenis mobil (sedan atau nonsedan), kapasitas mesin, dan sistem gerak. Yang paling dirugikan dari sistem tersebut adalah sedan yang PPnBM-nya 30-125 persen, sementara MPV, SUV, city car beban PPnBM-nya paling rendah 10 persen.
Di aturan baru, tarif PPnBM ditentukan berdasarkan emisi atau kapasitas mesin. Tidak ada penggolongan sedan atau nonsedan, serta mengatur tentang Low Cost Green Car (LCGC) kena PPnBM 3 persen, flexy engine, dan mobil-mobil elektrifikasi seperti hybrid, mobil listrik murni, fuel cell. Dengan demikian, nantinta
kendaraan yang emisinya rendah akan membayar PPnBM lebih rendah.
PPnBM Mobil Baru dengan Patokan Mesin
Semua jenis mobil yang kapasitas mesinnya di bawah 3.000 cc kena PPnBM sebesar 15 persen jika tingkat efisiensinya 15,5 km per liter atau emisi CO2 di bawah 150 gram per km. Apabila mobil jenis ini ternyata efisiensinya hanya sanggup di rentang 11,5-15,5 km per liter atau CO2 150-200 gram per km, maka dikenakan PPnBM 20 persen.
Jika mobil jenis ini sanggupnya 9,3-11,5 km per liter atau CO2 200-250 gram per liter, diganjar tarif PPnBM 25 persen. Lalu PPnBM 40 persen untuk di bawah 9,3 km per liter atau CO2 lebih dari 250 gram per km. Khusus buat mobil-mobil bermesin 3.000 cc – 4.000 cc dikenakan PPnBM mulai dari 40 persen hingga 70 persen. Sedangkan mobil di atas 4.000 cc disembur tarif PPnBM 95 persen.
Berdasarkan PP 74/2021, dasar pengenaan PPnBM sebesar 15 persen untuk mobil full hybrid bermesin maksimal 3.000 cc naik dari 13 1/3 persen menjadi 40 persen dari harga jual.
Aturan itu berlaku untuk mobil maksimal 3.000 cc dengan efisiensi lebih dari 23 kilometer per liter atau CO2 kurang dari 100 gram per km.
Revisi juga meliputi dasar pengenaan PPnBM sebesar 15 persen untuk mobil full hybrid maksimal 3.000 cc dari 33 1/3 persen menjadi 46 2/3 persen dari harga jual. Kriteria itu berlaku untuk mesin maksimal 3.000 cc dengan efisiensi 18,4-23 km per liter atau CO2 mulai dari 100 gram hingga 125 gram per km.
Aturan ini juga menetapkan dasar pengenaan pajak 0 persen dari harga jual mobil murni listrik dan fuel cell. Tadinya, ada tambahan syarat berupa konsumsi bahan bakar setara dengan lebih dari 28 km per liter atau tingkat emisi CO2 sampai dengan 100 gram per km.
Selanjutnya disisipkan juga pasal yang mengatur PPnBM mobil baru untuk mobil plug-in hybrid dengan efisiensi lebih dari 28 km per liter atau CO2 maksimal 100 gram per km ditetapkan dasar pengenaan PPnBM-nya adalah 33 1/3 persen dari harga jual. (Alfahri)





















