MEDIAINI.COM – Hidroponik merupakan cara bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah. Teknik budidaya tanaman ini semakin diminati dan booming sejak awal pandemi, baik di kota besar maupun di pedesaan.
Hal ini tak jauh dari kondisi normal baru yang membuat orang lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Mereka lalu mulai mencari aktivitas atau hobi baru, dan pilihannya jatuh ke tanaman hidroponik yang relatif mudah dilakukan.
Tak hanya berakhir sebagai hobi, jika ditekuni lebih dalam budidaya tanaman hidroponik bisa menjadi ladang bisnis yang menggiurkan. Hal itulah yang dicoba oleh budidaya tanaman hidroponik milik Islamic Farm.
Berawal dari Hobi
Dalam sebuah wawancara khusus dengan Mediaini.com, owner Islamic Farm, Fadholi Barbatuli, mengatakan pada mulanya ia menganggap mengurus tanaman hidroponik hanya sekadar hobi. Perkenalan pertamanya adalah ketika ia menjalani tugas liputan berita. Saat itu, ia masih berprofesi sebagai fotografer di sebuah majalah.
Ia mengaku tertarik seusai wawancara dengan salah satu pegiat hidroponik. Narasumbernya waktu itu, Ibu Berta, memberinya starter kit tanaman hidroponik. “Saya mencoba menanam starter kit tersebut di rumah, dan ternyata berhasil,” ungkapnya.
Setelah keberhasilan tanaman pertamanya itu, laki-laki asli Cirebon ini memutuskan mengikuti kelas pelatihan Hidroponik di kemang atas rekomendasi Ibu Berta. Sejak saat itu, ia mulai menekuni tanaman hidroponik sebagai hobi barunya.
Hobi Berujung Bisnis
Dua tahun sebelum pensiun, Fadholi semakin sering bermain dengan hobi barunya. “Saya mulai bikin instalasi hidroponik di balkon di rumah sepanjang 8 meter. Jadi tidak ada pagar besi, pagar besinya saya ganti dari pipa hidroponik,” ceritanya.
Kemudian, sejak tahun 2017 ketika ia pensiun, hobinya menemui jalan bisnisnya sendiri. “Saya lihat di Facebook banyak orang yang tertarik dengan instalasi hidroponik, saya lalu menawarkan jasa instalasi tersebut,” tambahnya.
Daya tarik jasa instalasinya adalah karena menawarkan garansi sampai bisa panen perdana. Fadholi memberikan jasa konsultasi mulai dari cara perawatan, pembersihan, dan lain-lain. “Jadi saya pantau mereka, misal ada yang kurang, saya carikan alatnya,” katanya.
Berkembang ke Islamic Farm
Awal mula bisnisnya mulai memiliki kebun sendiri adalah ketika kawannya memberitahu bahwa ada sebuah kebun hidroponik yang akan dijual. Ia kemudian tertarik untuk membeli beberapa alatnya. Tetapi, si pemilik kebun justru menolak. “Kalau mau beli jangan setengah-setengah, tapi semuanya,” kata Fadholi mencoba menirukan si pemilik kebun.
Modal awal memulai bisnisnya ini berkisar Rp 30 juta. Setelah pembelian alat di bulan Mei 2019, alat-alat tersebut sempat menganggur di rumah selama hampir tiga bulan. Sebab Fadholi sendiri belum memiliki kebun yang cukup luas untuk menaruh alat-alatnya.
Keberuntungan datang ketika ia berkeliling kompleks rumahnya dan menemukan tanah kosong. Ia pun membuat perjanjian dengan si pemilik tanah untuk membuat usaha hidroponik. Kebun pertamanya ini terletak di Kompleks Islamic Village, Kelapa Dua, Tangerang, Banten.
Tanahnya yang cukup luas membuat ia leluasa mengatur ulang kebunnya. Bahkan selain untuk tanaman, cukup untuk membuat saung yang lumayan besar. “Hampir tiga bulanan saya menata kebun ini hingga siap beroperasi,” tambahnya.
Lika-Liku Bisnis Tanaman Hidroponik
Bulan Desember, kebun pertamanya ini mulai menanam. “Tapi seminggu sebelum panen, awal Januari itu kita kena banjir,” ceritanya. Panen perdana yang digadang-gadangnya pun akhirnya gagal. “Padahal kita ingin buat soft opening waktu itu. Jadi bukannya syukuran pembukaan malah kita sibuk beberes.”
Tak patah arang, setelah berbenah hampir satu minggu, bisnisnya pelan-pelan mulai dibangun kembali. Hingga setelah beberapa kali panen, ia kembali menemui musibah lain. Ya, pandemi COVID-19. Adanya pandemi, mau tidak mau ikut memengaruhi bisnis hidroponiknya. Total, ada tiga karyawan yang terpaksa dirumahkan. Bisnisnya mulai tumbuh ketika dibukanya era new normal.
Baca juga : Ingin Mulai Bisnis Tanaman Hias? Selami Dulu Seluk Beluknya
Jenis Bisnis
Dari kebun hidroponiknya, ada beragam hal yang bisa dibisniskan. Hasil sayurannya, selain untuk konsumsi pribadi juga bisa dijual. “Paling banyak ke restoran, hotel, katering, lapangan golf,” katanya.
Bisnis instalasinya juga masih berjalan. Ia menawarkan beberapa variasi mulai dari untuk keperluan kebun skala besar, kebun skala rumahan, atau untuk hiasan di rumah. “Pokoknya sesuai custom aja, mau selebar dua meja, hidro garden juga bisa.”
Ia juga membuka jasa pelatihan hidroponik, misalnya ia pernah diundang oleh universitas untuk melakukan pelatihan. Kadang juga diundang ibu-ibu kompleks.
Selain menjual hasil panen dan jasa instalasi, Islamic Farm juga membuka kunjungan wisata keluarga. Setiap pengunjung yang datang, dibebaskan untuk memanen setiap sayurannya. Ia tidak mematok biaya dari wisata ini, hanya saja jika sayuran yang telah dipetik itu dibawa pulang, maka akan dihitung sebagai pembelian sayur hidroponik saja. “Ini juga bisa jadi edukasi, terutama bagi anak-anak yang tidak suka sayur.”
Pengunjung kebunnya, datang dari berbagai kota. Mulai dari Bogor, Jakarta, dan sekitar Tangerang. “Biasanya untuk ke kebun seperti ini kan harus ke puncak dulu. Nah, kalo ke sini kan lebih gampang karena masih di tengah kota.”
Ke depannya, di Islamic Farm akan dibangun semacam kedai di saung yang terletak di tengah kebun. “Mungkin nanti kami menyiapkan mayonaise, dan pengunjung bisa bikin salad sendiri dari sayuran yang sudah dipetik,”
Nantinya, Islamic Farm juga berencana untuk bekerja sama dengan sekolah-sekolah untuk bisa belajar bersama tentang hidroponik, “Cuma kan rencana itu masih terkendala karena adanya pandemi.” (Chelsea Venda)
Discussion about this post