MEDIAINI.COM – Semakin hari teknologi semakin berkembang, termasuk dalam dunia musik. Kini banyak platform musik mainstream yang semakin memudahkan orang mendengarkan musik. Terlebih, media sosial TikTok juga turut menyediakan berbagai lagu, baik yang lama maupun baru. Lalu, bagaimana nasib dari industri label rekaman di era sekarang?
Perjalanan Musica Studio’s
Salah satu label rekaman lama yang masih bertahan sampai sekarang adalah Musica. Tangan dingin Bu Acin, panggilan Indrawati, telah berhasil melahirkan musisi-musisi pencetak hits di industri musik Indonesia. Sebut saja Chrisye, Iwan Fals, Trio Libels, Kahitna, Java Jive, Base Jam, Geisha, Nidji , d’Masiv hingga Peterpan.
Musica Studio’s masih bertahan hingga hari ini karena loyal dan konsisten dengan industri musik Indonesia. Bagi Indrawati, membesarkan Musica dan membuatnya terus eksis merupakan salah satu tanda bakti ke orang tuanya. Salah satu tanda ia berterima kasih.
Perjalanan Musica terbilang tidak mudah. Saat masih bernama PT Metropolitan Studio kedua orang tua Indrawati jatuh bangun membangun label musik. Anak-anaknya, termasuk Indrawati, bahkan sampai harus dititipkan ke asrama Santo Yusuf agar mereka lebih terurus.
Generasi Kedua
Beberapa tahun kemudian, Indrawati dan anak-anak yang lain ke Jakarta. Usaha label musik orang tuanya sudah mulai terbentuk. Saat itu, Indrawati mengaku senang ketika bermain-main di studio bersama artis-artis ayahnya. Ia juga memperhatikan bagaimana ayahnya memperlakukan para artis seperti keluarganya sendiri.
Saat perusahaannya mulai berkembang, ayahnya meninggal dunia. Saat itu, perusahaan mulai agak kacau, hal ini karena ayahnya lah yang memegang kendali Musica. Kakak tertua, Seniwati Widjaja, kemudian memegang alih kendali. Sementara Indrawati menempati bagian distribusi untuk menyalurkan album-album hasil rekaman artis ke seluruh Indonesia.
Di tengah jalan Seniwati pindah ke Warner Music. Mulai saat itu Indrawati dipercaya menjadi direktur untuk menjalankan bisnis ini bersama dua saudara lainnya. Artis pertama yang diproduseri adalah Kahitna, Java Jive, Base Jam dan Bening.
Kini, Musica telah menjelma menjadi label musik yang melahirkan musisi hebat tanah air sekaligus mampu bertahan di tengah perubahan zaman. Label ini juga masih melahirkan musisi-musisi papan atas masa kini seperti Nidji, Noah, Geisha, D’masiv. Di website-nya Musica juga rutin membagikan video klip terbaru maupun obrolan menarik tentang lagu-lagu musisi mereka.
Lima Dekade Bisnis Label Musik
Digitalisasi teknologi telah mengubah aktivitas bisnis di bidang musik. Konsumen menjadi meninggalkan perangkat konvensional seperti kaset dan mengandalkan platform pemutar musik digital.
Kilas balik perjalanan industri musik nasional tak bisa melepaskan peran Lokananta di Surakarta, Jawa Tengah. Tapi, sebelum label milik pemerintah ini beroperasi pada era 1950-an, sudah ada usaha swasta yang lebih dulu berkiprah yaitu Tio Tek Hong.
1. 1940-an
Menurut dokumen Badan Ekonomi Kreatif, di tahun 1940 ada perusahaan rekaman bernama Tio Tek Hong yang bermarkas di Jakarta. Perusahaan itu juga melakukan rekaman bagi penyanyi Indonesia era perang dunia kedua. Jenis musiknya mulai dari keroncong, gambus, dan lain-lain.
2. 1950-an
Mulai muncul perusahaan rekaman swasta seperti Dimita, Remaco, juga Nirwana. Genre musik mulai beralih ke pop. Bing Slamet, Titiek Puspa, Rachmat Kartolo, Nien Lesmana, Koes Plus, dan Panbers termasuk musisi Tanah Air yang pertama-tama masuk dapur rekaman. Pada tahun ini juga label rekaman Lokananta fokus ke lagu-lagu daerah.
3. 1960-an
Label-label rekaman baru mulai hadir meramaikan musik Indonesia, seperti Hins Collection dan Akurama. Teknologi medium rekaman mulai berkembang. Piringan hitam mulai digantikan kaset.
4. 1970-an
Teknologi semakin berkembang maju. Studio Triple M dan Musica jadi yang terdepan menerapkan alat bersistem 8 sampai 16 track dalam memproduksi musik untuk film. Musik pop semakin berjaya. Sementara itu, label rekaman mulai beradaptasi dengan menghadirkan produser. Namun, hal ini justru dikeluhkan para pemusik karena dianggap menghalangi kebebasan berkreasi.
5. 1980-an
Studio rekaman Remaco bangkrut, sedangkan Musica masih berjaya. Lima tahun kemudian, Industri musik nasional dikecam karena maraknya kompilasi lagu asing tanpa izin.
Perkembangan lainnya adalah penerapan sistem pembayaran flat dan non flat. Skema flat pay artinya pembelian master termasuk semua keuntungan dimiliki produser atau pemilik master. Musisi hanya menerima honor rekaman dan mendapat bonus jika album laris. (Chelsea Venda).



























Discussion about this post