MEDIAINI.COM – Film berjudul Love for Sale yang dibintangi Gading Martin bercerita tentang seorang laki-laki bernama Richard yang kuper juga jomblo. Karena tak kunjung punya kekasih, Richard ditantang teman-temannya untuk membawa seorang pacar ke sebuah kondangan. Richard pun cari akal. Pilihan satu-satunya adalah mencari pasangan kondangan lewat jasa sewa pacar.
Kisah Richard dan pacar sewaan tersebut ternyata tidak hanya terjadi di film-film saja. Bahkan di dunia nyata, bisnis pacar sewaan justru berkembang menjadi salah satu ladang pundi-pundi yang menjanjikan. Di negara berkembang seperti Singapura, bisnis ini dibuka secara legal dan diakui.
Menjamur di Masyarakat Urban
Meski di Indonesia masih terasa aneh, namun kencan dengan pacar sewaan tampak lumrah terjadi di negara tetangga. Di tengah hiruk pikuk kehidupan urban, banyak orang yang memilih hidup sendiri, tidak siap menjalin hubungan, atau fokus mengejar karir sehingga tak ada waktu untuk bersosialisasi berburu pasangan. Alhasil, masyarakat urban banyak yang menjomblo tanpa pasangan.
Akhirnya, ketika ada momen yang mengharuskan mereka membawa pendamping, mereka berlari ke jasa persewaan pacar. Orang-orang pun menjadi tidak sayang mengeluarkan uang lebih untuk menyewa pasangan. Tidak tanggung-tanggung, tarif yang dibanderol setiap jam bisa mencapai ratusan hingga jutaan rupiah.
Bukan Bisnis Kotor
Meski bergerak di bidang jasa persewaan pacar, namun bisnis ini bukanlah bisnis kotor, tidak termasuk ke dalam ranah prostitusi. Karena di dalam bisnis ini, ada beberapa peraturan mutlak yang wajib dipatuhi. Manajemen melarang keras adanya kontak fisik antara penyewa dengan pacar sewaan. Dalam berkencan pun juga mensyaratkan dilakukan di tempat-tempat umum, bukan tempat tertutup seperti kamar hotel.
Bisnis Sewa Pacar di Negara Tetangga
Ada beberapa negara maju yang menjadi ekosistem tumbuhnya bisnis pacar sewaan. Dari hasil penelusuran tim Mediani.com, negara-negara di bawah ini sangat terbuka bahkan melegalkan bisnis pacar sewaan.
1. Singapura
Salah satu brand bisnis sewa pacar yang sudah terkenal dan banyak diminati di Singapura adalah SG VIP Escorts. Karena menyasar pasar menengah ke atas, tarif yang dibanderol bisa sampai enam hingga belasan juta rupiah setiap jamnya. Meskipun mahal, namun jumlah permintaan terus tinggi.
Yang kedua, adalah Maybe.sg. Sama seperti SG VIP Escorts, klien dari Maybe ini sudah cukup banyak. Datang dari kalangan menengah ke atas.
2. Korea
Negara ginseng ini juga terbuka pada bisnis sewa pacar. Anda yang mengidamkan bisa berkencan dengan oppa-oppa, kini bisa mewujudkan impian. Banyak perusahaan yang membuka layanan sewa pacar dengan puluhan bahkan ratusan oppa-oppa yang memiliki kelebihan masing-masing. Ada oppa Korea yang memiliki kelebihan di bidang musik, kosmetik, bahkan fesyen. Jika beruntung, Anda juga bisa berkeliling Korea bersama si pacar temporary tersebut.
3. Jepang
Ada sedikit perbedaan yang dimiliki oleh bisnis pacar sewaan ala Jepang. Di sini, pacar sewaan yang disediakan lebih menitikberatkan pada pendekatan psikologis yang dibutuhkan klien. Seperti penyewa yang merindukan sosok seorang ayah, bisa menyewa teman yang usia dan karakternya menyerupai seorang ayah.
Soal tugas dan perannya juga memiliki perbedaan spesifik. Selain menjadi teman kencan atau teman jalan, di sini tugas pacar sewaan juga bisa ikut memberikan nasihat atau saran saat klien tengah bingung memutuskan sesuatu.
4. China
Promosi jasa sewa pacar di negara ini jauh lebih gencar juga terang-terangan, layaknya pelaku bisnis yang menjajakan tempat wisata atau tempat kuliner. Promosi yang ada tidak hanya merangsek marketplace, tetapi juga masuk ke dalam situs belanja online. Salah satunya, yaitu di situs taobao.com.
Mengapa Kurang Berkembang di Indonesia
Jika di negara tetangga menjamur, lantas bagaimanakah di Indonesia sendiri? Di sini sebenarnya sudah ada beberapa akun media sosial yang menyediakan jasa sewa pacar. Salah satu penyedia jasa sewa pacar adalah @pacar_sewaan_hitz. Namun dilihat dari traffic kesehariannya, akun tersebut nampak kurang begitu aktif. Jumlah follower sangat sedikit dan unggahannya pun tak rutin setiap hari. Postingan terakhir bahkan bertanggal beberapa tahun lalu. Hal sama juga terjadi pada akun @pacarsewaan dan @jasa_partnersewaan.
Di Indonesia, bisnis ini memang belum booming. Disinyalir karena terhantam berbagai faktor terutama segi budaya. Kemudian, kemampuan finansial pun berbeda jauh dengan negara tetangga. Pengalokasian dana “hanya” untuk mendapatkan gandengan sesaat, belum menjadi gaya hidup di sini. (Ita)
Discussion about this post