MEDIAINI.COM – Makanan dan minuman merupakan sektor bisnis yang tahan akan krisis. Bisnis ini tak akan mati meski kondisi sosial dan ekonomi tengah tak stabil. Hal ini karena masyarakat selalu membutuhkan pasokan makanan dan minuman untuk terus bertahan hidup.
Karena itulah banyak orang yang berani berspekulasi masuk ke bisnis ini. Meski untuk bisa diterima pasar, suatu produk harus terus berinovasi, memiliki kekhasan yang mengikuti perkembangan jaman.
Seperti halnya di berbagai sektor bisnis lain, bisnis makanan dan minuman juga mengalami perputaran tren. Seperti di awal pandemi kemarin dimana jenis minuman yang meraja adalah ramuan empon-empon yang dipercaya bisa meningkatkan sistem imunitas. Kemudian tren bergulir menjadi es kopi susu, yang tak lama kemudian digantikan dengan minuman serba boba.
Minuman Tradisional yang Eksis Kembali
Tren terus meregenerasi sektor bisnis minuman, tak terkecuali di minuman tradisional. Salah satunya adalah minuman cendol atau sering disebut dawet. Minuman ini kini sedang eksis di pasaran.
Minuman dengan bahan baku tepung beras dan gula jawa ini secara sepintas citarasanya memang mirip dengan minuman kekinian seperti boba atau kopi susu kekinian.
Dawet atau cendol yang ada tak lagi tampil lugu berteman santan dan gula jawa saja. Cendol masa kini dipadukan dengan berbagai macam rasa lain seperti coklat, kopi, susu, pisang dan lain sebagainya. Harga segelas cendol juga bervariasi, mulai dari 10 ribu rupiah sampai 15 ribu rupiah.
Lantas seperti apakah wujud cendol masa kini? Teksturnya ternyata kenyal mirip dengan boba yang beberapa waktu lalu naik daun. Karena citarasa dan kemasannya mengikuti selera yang tengah disukai banyak orang, minuman tradisional ini tak butuh waktu lama untuk eksis kembali.
Sejarah Bisnis Es Cendol
Sebenarnya minuman cendol kekinian sudah mulai bergeliat sejak 5 tahun lalu. Salah satu yang menginisiasinya adalah Raja Cendol. Pada 2015 Raja Cendol telah mempunyai 650 gerai yang terdiri dari 645 gerai milik mitra dan 5 gerai milik sendiri. Jumlah ini kontras jika dibandingkan dengan setahun sebelumnya yang hanya memiliki 20 gerai saja.
Perkembangan yang signifikan ini dipengaruhi oleh promosi yang ia jalankan rutin untuk memperkenalkan merk Raja Cendol di media sosial.
Perkembangan Raja Cendol yang cukup luar biasa ini memicu lahirnya pemain-pemain lain. Akhirnya muncullah berbagai merek lain yang menyuguhkan sajian sama yaitu es cendol masa kini.
Modal Murah Untung Berlimpah
Minuman yang sedap dalam larutan santan ini terus mengalami inovasi. Dalam inovasi citarasa, cendol kekinian memiliki varian red velvet yang langsung diterima pasar dengan gegap gempita. Kemudian ada juga cendol dengan citarasa kacang almond, yang juga disukai banyak pembeli.
Citarasa yang terus berinovasi ini membuat es cendol bertahan di tengah serbuan minuman kekinian. Hal ini membuat banyak pemilik modal ingin turut serta mencicipi manisnya bisnis es cendol.
Untuk masuk ke dalam bisnis ini ternyata tak butuh modal yang terlalu besar. Dengan modal kurang dari Rp 7 juta saja sudah bisa membuat usaha minuman es cendol ini. Jumlah yang relatif murah jika dibandingkan bisnis makanan dan minuman ala franchise pada umumnya.
Tips Bertahan di Bisnis Minuman Kekinian
Memasuki era new normal, sektor bisnis merangkak pelan-pelan untuk bangkit. Beberapa bisnis masih terimbas dan mengalami penurunan omzet, tetapi ada pula bisnis yang malah melebarkan sayap dengan pertambahan gerai. Ini membuktikan bahwa usaha kecil masih menguntungkan, terutama di sektor minuman dan makanan.
Agar bisa terus bertahan di bisnis makanan dan minuman, Anda harus terus berinovasi dan melakukan beberapa trik jitu. Seperti misalnya memaksimalkan layanan pesan antar. Layanan ini membantu pembeli untuk mendapatkan makanan atau minuman yang diinginkan plus tetap aman jauh dari virus.
Tambahkan juga beberapa promosi seperti gratis ongkir atau promo seperti buy one get one. Promo seperti ini akan menarik perhatian konsumen, karena merasa mendapatkan produk dengan harga yang lebih murah. (Chelsea Venda).
Discussion about this post