Masa pandemi Covid 19 tak hanya mengubah gaya hidup semua orang terutama terkait kesehatan namun juga pola konsumsi media. Apalagi ketika ada himbauan untuk stay at home, work at home dan juga adanya aturan pemerintah seperti PSBB benar – benar memaksa mereka mencari solusi untuk mencari hiburan terbaik di kala berada di rumah. Televisi salah satunya, media yang berfungsi sebagai media yang edukatif, menghibur sekaligus informatif ini menjadi pilihan utama ketika masyarakat berada di rumah, baik sejak awal diberlakukan WFH hingga setelah Ramadhan ini. Menurut analisa Lembaga Nielsen sendiri, terdapat peningkatan terutama dari segi penonton tv dan juga durasi menonton tv dari periode normal di mana segmen yang menunjukan perubahan tinggi ialah segmen kelas atas. Di bulan Ramadhan sendiri pemirsa TV menunjukan angka kenaikan yang sangat drastis mencapai 4 kali lipat terutama saat sahur hingga pagi kembali (02:00 – 05:59).
Dari segi usia juga menunjukan peningkatan terutama di usia remaja antara 10- 14 tahun, apalagi sejak diberlakukannya anjuran untuk tetap di rumah, tayangan tv tertentu menjadi tontonan favorit para pemirsa misalnya seperti program serial dan berita, bahkan saat Ramadhan bertambah dengan tayangan hiburan, reliji dan edukasi.
Sementara untuk lini iklan TV, sempat ada penurunan di bulan April namun kembali menguat di bulan Mei. Adanya perubahan perilaku konsumen yang harus stay di rumah memicu pengiklan mengambil kesempatan di saat masa seperti sekarang ini. Ada sebagian yang beruntung namun ada juga sebagian yang buntung. Mereka para pengiklan yang beruntung adalah perusahaan komunikasi seperti Telkomsel dan toko online seperti Tokopedia yang melihat kebutuhan tinggi terkait pengunaan data internet dan juga belanja online, lalu ada produk Nutela yang mengambil kesempatan karena meningkatnya aktivitas sarapan pagi di rumah dan juga ada produk Indomie yang melihat adanya peningkatan akan kebutuhan stok makanan instan. Kebanyakan kategori produk yang beriklan seperti Layanan Online, Komunikasi, Perawatan Rambut, Makanan (Mi Instan), Kopi/Teh, Susu untuk Pertumbuhan dan Vitamin/Suplemen menambah budget iklannya ke Media TV dan Media Digital. Sedangkan produk Minuman (Jus) dan Iklan Pemerintah atau Politik mengalokasikan budget Iklan untuk Media Digital.
Sayangnya dalam hal kesempatan tidak semua produk bisa seberuntung produk yang disebutkan sebelumnya. Sebagian produk menjadi tidak relevan dengan adanya perubahan konsumsi selama Ramadhan karena WFH atau di rumah saja tanpa mudik atau silaturahmi seperti produk Rokok, Travel, dan fashion atau kecantikan. Menurut Hellen Katherina, Executive Directur Nielsen Media mengatakan bahwa perubahan pada masa pandemi ini mengeser perilaku pemirsa namun pemilik mereka bisa memanfaarkan pergeseran ini untuk tetap berkomunikasi dengan konsumennya, tentunya dengan menyeimbangkan tujuan merek dengan mempertahankan kreatifitas untuk mendapatkan kepercayaan konsumen dan juga untuk bersiap di masa normal yang baru di masa mendatang.
Discussion about this post