JAKARTA, MEDIAINI.COM – Untuk memaksimalkan potensi sineas lokal di Indonesia, pemerintah melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Baru dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) menggelar kompetisi film bertajuk Kompetisi Produksi Film Pendek 2022.
Kompetisi yang kerap disebut Kompro Film 2022 ini diharapkan pemerintah dapat menjadi ajang regenerasi para insan perfilman di Tanah Air, baik bagi mereka yang ada di depan ataupun di belakang layar.
“Kompro Film ini diadakan sebagai peluang untuk berekspresi dan memperkuat ekosistem perfilman nasional,” ujar Ahmad Mahendra selaku Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Kemdikbudristek dalam konferensi virtual Kompro Film 2022 yang berlangsung pada Senin (28/3/2022).
Sejak pertama kali digelar pada tahun lalu, Kompetisi Produksi Film Pendek terus menjadi upaya dari Kemdikbud untuk merevitalisasi industri dan membuka peluang bagi masyarakat Indonesia untuk berkontribusi bagi perkembangan perfilman nasional.
Jadi Fasilitator ke Pentas Internasional
Ahmad Mahendra mengatakan, hingga kini masih banyak sineas muda Indonesia yang belum punya kapasitas dalam memproduksi film dan mempertontonkan karya mereka. Padahal, sebagai negeri yang penuh budaya, ada banyak ide unik yang kerap muncul di kepala-kepala para insan kreatif lokal.
“Pemerintah akan berperan sebagai fasilitator yang mendampingi sineas agar karyanya matang dan bisa hadir di berbagai ajang festival film dalam negeri maupun internasional,” lanjutnya.
Sebagai contoh, Kemdikbud telah bermitra dengan New York Film Academy asal Amerika Serikat untuk ambil bagian dalam Kompro Film 2022, sehingga diharapkan bisa menjadi langkah pembuka bagu kemajuan industri perfilman Indonesia.
Pendaftaran Kompro 2022 sendiri dibuka pada periode 1 April hingga 10 Mei mendatang.
Restorasi Film Lawas ke Format Digital
Meski tengah mempersiapkan masa depan wajah perfilman nasional, Kemdikbudristek melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan juga tidak melupakan jasa para sineas terdahulu. Bahkan, pemerintah telah menyelesaikan proyek restorasi film-film lawas terbaik Indonesia.
Hingga kini, beberapa hasil restorasi itu telah ditayangkan di kanal YouTube Indonesiana TV. Keempat film yang direstorasi itu yakni Darah dan Doa (1950) karya Usmar Ismail; Pagar Kawat Berduri (1961) karya Asrul Sani; Bintang Ketjil (1963) karya Wim Umboh dan Misbach Jusa Biran; dan film Kereta Api Terakhir (1981) karya Mochtar Soemodimedjo.
Artinya, masyarakat Indonesia masa kini sudah bisa menikmati karya-karya fenomenal dari para legenda perfilman Tanah Air. Selain keempat film jadul tersebut, rencananya akan ada judul film lawas lagi yang akan direstorasi oleh Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemdikbudristek.
“Poin kami tahun depan, kami juga mementingkan kearsipan, setelah sebelumnya melakukan restorasi. Kami mengarahkan vitalisasinya. Tidak hanya film tapi musik. Kita digitalisasi,” kata Ahmad Mahendra.
Untuk melestarikan warisan film tersebut, Ahmad menambahkan bahwa pihaknya akan mengajukan anggaran restorasi film lawas tersebut dengan nilai mencapai Rp 2,5 miliar per film. Pada tahun 2023 nanti, pemerintah berencana merestorasi dua hingga tiga film lawas Indonesia.
“Tahun depan, restorasi lagi. Mudah-mudahan anggaran disetujui. Kami mau restorasi beberapa film. Kemarin saya tanya, satu (film) Rp 2,5 miliar. Setahun cukup 2 atau 3 (judul film) karena kondisi SDM kami cuma segitu bisanya,” lanjut Ahmad Mahendra.
Beruntung, rencana restorasi ini mendapatkan dukungan dari Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf, Hanifah Makarim, sehingga anggaran untuk membawa film lawas ke dimensi baru ini masih bisa bertambah.
“Film bisa perkenalkan daerah, budaya itu bisa diangkat dari film. Itu harus kita pertahankan. Dari sisi SDM, menurut saya mesti perlu ditingkatkan,” tutup Hanifah. (Tivan)