MEDIAINI.COM – Teknologi terus berkembang dengan pesat, menelusup ke berbagai ranah industri termasuk industri hiburan. Di industri hiburan, teknologi merangsek terus di genre film animasi. Dimana film animasi, memang tengah memiliki prospek yang sangat menjanjikan.
Yang menarik dari film animasi adalah, penonton seakan bisa ditarik ke dalam dunia fiksi yang mendebarkan dan mengasyikkan. Tentu saja, sensasi dan pengalaman yang ada terasa berbeda dibanding dengan menonton film realis pada umumnya. Misalnya dalam film Spider-Man: Into The Spider-verse yang ditayangkan pada 2018. Sensasi menonton film tersebut sangat menarik, penonton seperti berada di sebuah dunia komik.
Di Indonesia sendiri, meski industrinya terbilang baru bergerak, namun pemain di dalamnya telah beberapa kali berhasil menciptakan serial animasi yang menarik. Salah satunya adalah Sopo dan Jarwo. Film ini banyak disukai oleh anak-anak karena bukan hanya mampu memberikan hiburan, tetapi juga menyelipkan unsur-unsur pendidikan.
Prospek Industri Animasi di Indonesia
Industri animasi mulai dilirik oleh pemerintah. Pengamatan yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan telah menghasilkan satu kesimpulan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar di industri kreatif ini.
Penilaian pemerintah ini berdasarkan satu hal. Bahwa meski industri animasi baru mulai menunjukan geliatnya, tapi animator-animator Indonesia nyatanya sudah berbicara banyak di kancah internasional. Dimana animator Indonesia banyak terlibat project-project animasi terkenal seperti Sonic, Lego Movies, The Advantures of Tintin, Rabbids Invation dan masih banyak lagi.
Upaya pemerintah untuk mengembangkan potensi industri animasi bukan isapan jempol belaka. Di tahun ini Kemendag mengadakan acara Indonesia-Korea Animation Industry Cooperation Forum. Bisa dibilang, acara tersebut adalah usaha untuk mempertemukan pelaku animasi Indonesia dengan pelaku animasi Korea. Diharapkan dengan adanya acara ini akan lahir ide-ide segar dan saling berbagi pengalaman.
Total ada 16 pelaku animasi yang hadir dari Korea dan 40 lainnya dari Indonesia. Dari acara tersebut tercipta beberapa kabar yang baik. Industri animasi Indonesia mendapatkan suntikan dana segar sebesar US$ 1,5 juta dari Korea.
Kata sepakat telah muncul setelah adanya business matching dalam acara tersebut. Dalam kerja sama ini, Korea meminta pelaku animasi Indonesia untuk melakukan service work terhadap project-project tertentu. Di samping itu, kedua negara juga akan berbagi IP bersama. Selain itu, potensi bisnis kedua negara ini juga terbuka dengan lebar. Sebab, keduanya telah menandatangani kerja sama antara Asosiasi Industri Animasi Indonesia (AINAKI) dan Korea Animation Producers Association (KAPA).
Tantangan Industri Animasi Indonesia
Animasi erat kaitannya dengan perkembangan teknologi. Ini berarti akan ada biaya besar menghadang, yang digunakan untuk membuat sebuah film animasi. Besarnya biaya pembuatan film animasi membuat animator dan pelaku bisnis ragu untuk terjun ke bisnis ini.
Salah satu contoh nyata dialami oleh President Director Balpil and Bhinnekaz Holip Soekawan. Film animasi yang sedang ia garap, Balpil and Bhinnekaz, masih terkendala karena biaya. Dirinya masih menunggu investor untuk masuk dan mengembangkan serial animasi tersebut.
Jika sesuai dengan rencana awal, video pilot project akan tayang akhir tahun nanti. Atau paling telat, awal tahun 2021. Serial animasi Balpil dan Bhinnekaz akan jadi ajang perkenalan dunia animasi Indonesia ke kancah internasional.
Peluang Bisnis Animasi
Ada dua pilihan ketika ingin terjun ke bisnis animasi. Yang pertama, adalah membangun studio animasi dan fokus kepada produksi film. Atau kedua, membangun sekolah animasi. Dimana membangun sekolah ini justru membutuhkan biaya yang jauh lebih murah dan juga mudah.
Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan pembuatan studio animasi. Sebab, akan ada banyak alat dan koneksi banyak orang yang ahli di bidangnya. Membangun bisnis di lini ini tentu saja akan lebih berat. Terlebih jika tidak memiliki latar belakang dan koneksi dengan para animator.
Salah satu sekolah animasi yang ada di Indonesia adalah Enspire School of Digital Art atau ESDA. Saat ini sudah ada 20 sekolah Esda. Satu milik pusat dan dua adalah cabang, sedangkan sisanya berupa franchise. Menurut Andre Surya, pendiri ESDA, ada banyak studio animasi luar negeri yang mulai melirik SDM Indonesia. Namun diakuinya, jumlah SDM di sini belum terlalu banyak.
Dengan mengadakan sekolah, SDM tersebut bisa terpenuhi. ESDA bahkan berani memberi jaminan bagi siswa bahwa nantinya akan mendapat pekerjaan sebagai animator. Sebab, Industri ini memang sedang membutuhkan banyak talenta baru.
Bagi yang ingin bergabung ke franchise, Esda membandrol lisensinya di harga Rp25 juta. Namun, jika dihitung keseluruhan mulai dari membangun sekolah, membeli alat, hingga bisa beroperasional dibutuhkan biaya kurang lebih Rp100 juta.
Tips Terjun ke Bisnis Animasi
Menurut penelusuran Mediaini.com, ada beberapa tips yang bisa digunakan jika pelaku bisnis ingin terjun ke lini animasi ini. Pertama, jatuh cintalah terlebih dahulu ke animasi. Sebab, jika sudah mencintai sesuatu, orang akan lebih menikmati dalam proses membangun bisnis. Di samping itu, berbagai rintangan dan masalah akan dihadapinya dengan tegar dan pantang menyerah.
Kedua, jangan memulai dengan hutang. Selalu gunakan modal dari diri sendiri. Sebab, hutang itu bersifat terikat. Nantinya, bukan tidak mungkin, alih-alih memikirkan konsep animasi yang matang, pelaku bisnis malah sibuk memusingkan mengembalikan hutangnya.
Ketiga, berjuang terus di usaha marketing. Ketika marketing berjalan dengan baik, maka akan ada banyak klien yang bekerja sama. Dengan demikian project jadi semakin banyak dan pundi-pundi uang pun terkumpul.
Keempat, yang tak kalah penting adalah manajemen. Memiliki manajemen yang baik akan membantu perusahaan tetap sehat. Sebab semuanya sudah ada takaran dan alurnya, jadi tak ada anggota tim yang bisa berjalan sesukanya.(Chelsea Venda)
Baca juga : Rans Entertainment Serius Garap Animasi Si AA
Discussion about this post