MEDIAINI.COM – Tahukah anda bahwa ternyata brand deterjen Surf dan Rinso berasal dari satu perusahaan yang sama yaitu sama- sama milik Unilever? Atau So klin dan Daia yang merupakan produk milik Wings?masing- masing produk di atas memiliki brand atau merek yang berbeda tapi berada di bawah naungan perusahaan yang sama. Kira- kira mengapa ya kedua perusahaan itu (Wings dan Unilever) menjual lebih dari satu produk yang sama jenisnya tapi dengan nama brand yang berbeda? Dan apa yang mendasari keputusan tersebut? Sebagai pembuka, apa yang dilakukan oleh Unilever dan Wings di atas dalam dunia bisnis biasa dikenal dengan nama multi brand strategy. Apa itu multi brand strategy? Berikut penjelasan lengkapnya khusus untuk anda.
Definisi Multi Brand Strategy

Multi brand strategy atau strategi banyak merek merupakan strategi branding yang dilakukan oleh perusahaan besar atau yang sudah lama mapan. Perusahaan tersebut menggunakan lebih dari satu brand atau merek produk untuk menjual beberapa produk dari kategori yang sama persis. Sederhananya, strategi pada multi brand strategy ini adalah strategi yang dilakukan perusahaan untuk memperluas jangkauan wilayah bisnisnya dengan menambah lini produk baru dibawah naugan bisnis itu namun dengan nama brand yang berbeda.
Tujuan dan Manfaat Penerapan Multi Brand Strategy

Mengapa perusahaan-perusahaan raksasa memilih melakukan strategi ini? Setidaknya ada dua alasan yang mendasari dilakukannya multi brand strategy pada sebuah perusahaan. Alasan pertama adalah perusahaan tidak ingin mengganggu kinerja dari merek yang sudah ada. Dengan adanya brand baru pada produk tersebut, perusahaan tetap bisa menyelamatkan brand yang telah lama ada bila suatu hari brand yang baru tidak bisa berjalan dengan sebagaimana mestinya.
Alasan kedua tentu saja untuk bisa menjangkau segmentasi pasar yang lebih luas lagi. Adanya nama brand yang baru, perusahaan bisa memperluas target pasarnya di atas atau dibawah segmentasi pasar yang telah ditetapkan pada brand sebelumnya namun tetap berada dalam kategori produk yang sama. Dengan demikian, perusahaan dapat menjangkau konsumen dari kategori produk yang sama namun berasal dari segmentasi pasar yang berbeda. Bentuk multi brand strategy ini biasanya dilakukan oleh sebuah perusahaan dengan mendirikan anak perusahaan baru yang khusus untuk menangani brand brand baru tersebut. Atau bisa juga dilakukan dengan membeli dan mengakuisisi perusahaan yang telah ada kemudian disesuaikan dengan visi misi perusahaannya.
Contohnya bisa dilihat dari maskapai penerbangan Indonesia PT. Garuda Indonesia. Armada miliki PT. Garuda Indonesia dikenal sebagai salah satu armada dengan kualitas baik di Indonesia. Target pasarnya pun menjangkau menengah hingga ke atas. Dalam rangka perluasan bisnisnya, PT. Garuda Indonesia kemudian mendirikan maskapai penerbangan Citylink. Harga yang ditawarkan Citylink lebih terjangkau dibanding Garuda Indonesia, oleh karenanya, target pasar yang sebelumnya tidak masuk kategori Garuda Indonesia kini bisa didapatkan melalui Citylink.
Meski terlihat menjanjikan, namun agar manfaat dari multi brand strategy bisa benar-benar dirasakan dan mendatangkan untung yang besar maka proses pengembangannya perlu dilakukan dengan baik dan benar. Di samping itu, dibutuhkan juga proses perencanaan dan perhitungan yang matang sebelum memulainya.
Resiko Penerapan Multi Brand Strategy

Walau terlihat sangat menguntungkan, sejatinya penerapan strategi branding yang satu ini juga cukup beresiko bila tidak dilakukan dengan perhitungan dan analisis yang akurat. Pada dasarnya, multi brand strategy bisa dikatakan sebagai langkah perusahaan dalam memperluas lini bisnisnya dengan mendirikan perusahaan baru. strategi multi branding ini merupakan langkah ekspansi bisnis suatu perusahaan yang sudah menguasai pasar dalam kurun waktu tertentu dan menginginkan keuntungan lebih besar dengan mencoba segmentasi pasar yang berbeda.
Oleh karenanya, tentu akan dibutuhkan dana yang tidak sedikit dalam prosesnya. Di samping itu, multi brand strategy lebih sesuai untuk diterapkan pada perusahaan-perusahaan besar yang produknya telah lama dikenal oleh masyarakat. Seperti misalnya yang terjadi pada perusahaan Unilever di atas. Sebelum meluncurkan deterjen Surf, produk Rinso lebih dulu telah menghiasi pasar puluhan tahun sebelumnya. Bahkan Rinso telah memiliki pelanggan setia dan mencapai brand equity. Dengan kuatnya produk deterjen Rinso di pasar, membuat Rinso akan tetap aman andaikata pada akhirnya pelucuran deterjen Surf mengalami kegagalan.
Lebih jauh lagi, perencanaan multi brand strategy yang tidak dilakukan melalui riset dan perhitungan yang tepat bisa saja justru berimbas pada terjadinya perebutan konsumen. Alih- alih bisa memperluas jangkauan konsumen dari berbagai kalangan, resiko yang mungkin muncul adalah kedua brand tersebut ternyata memiliki target konsumen yang sama, sehingga tujuan utama dari multi brand strategy yakni menjangkau konsumen dari berbagai kalangan tidak dapat terwujud. (FD)