JAKARTA, MEDIAINI.COM – Pekan Raya Jakarta (PRJ) atau yang kini telah berganti nama menjadi Jakarta Fair masih berlangsung di Arena Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat. Hajatan tahunan untuk memperingati ulang tahun DKI Jakarta itu dibuka pada 9 Juni – 17 Juli 2022.
Selain diikuti oleh sejumlah UMKM dan beberapa perusahaan nasional, Jakarta Fair 2022 juga menyiapkan panggung hiburan yang diisi oleh musisi-musisi kenamaan.
Cek Jadwal Jakarta Fair Tanggal 19 Juni 2022
View this post on Instagram
Adapun untuk jadwal konser Jakarta Fair 2022 hari ini, Minggu (19/6/2022), situs resmi www.jakartafair.co.id mengumumkan bahwa akan ada dua nama yang manggung, yaitu band Revival dan musisi reggae Tony Q Rastafara.
Rencananya, Revival akan tampil pada pukul 20.00 WIB di panggung utama. Sekadar informasi, Revival telah merilis single yang ke-lima pada 2020. Band asal Tulungagung, Jawa Timur, ini merilis single bertajuk “Legion”, menyusul karya-karya sebelumnya, yaitu Ferocio dan The Martyr pada 2020.
Setelah band cadas itu turun panggung, acara dilanjutkan oleh penampilan Tony Q Rastafara pada jam 21.00 WIB hingga 22.00 WIB, tepat saat jam tutup Jakarta Fair 2022.
Untuk diketahui, Tony Q Rastafara merupakan musisi reggae yang memiliki nama asli Tony Waluyo Sukmoasih. Ia termasuk pionir musik reggae yang mempopulerkan musik khas Jamaika tersebut di Indonesia sejak tahun 1989. Boleh dibilany, Tony Q Rastafara telah menjadi ikon musik reggae Indonesia.
Agar dapat bisa menonton konser Jakarta Fair 2022, pengunjung wajib membeli tiket masuk PRJ 2022 yang disertai bundling konser. Sekadar informasi, harga tiket masuk bundling konser Jakarta Fair 2022 hari ini adalah Rp 100 ribu.
Namun jika pengunjung hanya ingin menikmati pameran Jakarta Fair 2022 tanpa melihat konser musik di Jakarta Fair 2022, harga tiket masuk hari ini hanya Rp 50 ribu per orang.
Sejarah Jakarta Fair
Berdasarkan informasi yang dikutip dari situs Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi sudinpusarjakut.jakarta.go.id, Pekan Raya Jakarta (PRJ) pertama kali digelar di Monumen Nasional (Monas) 5 Juni hingga 20 Juli 1968 dan dibuka oleh Presiden Soeharto dengan melepas merpati pos.
Sedangkan nama awal PRJ yakni Djakarta Fair atau disebut DF. Namun, seiring waktu ejaan lama itu berubah menjadi Jakarta Fair yang kemudian lebih popular dengan sebutan Pekan Raya Jakarta.
Pameran terbesar yang digelar tahunan ini merupakan gagasan Syamsudin Mangan yang lebih dikenal dengan nama Haji Mangan pada saat itu menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin).
Kemudian usulan itu disampaikan kepada Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin atau yang lebih dikenal oleh Bang Ali pada tahun 1967. Gagasan Haji Mangan itu kemudian disambut dengan baik oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta yang juga ingin membuat event besar dan terpusat dengan waktu yang tidak sebentar.
Pameran itu bertujuan untuk menyatukan berbagai pasar malam sesuai keinginan Pemerintah DKI. Karena, saat itu pasar malam di Jakarta masih menyebar. Seperti pasar malam yang ada di wilayah Gambir yang tiap tahun berlangsung di bekas
Lapangan Ikada yang saat ini menjadi kawasan Monas, juga merupakan inspirasi dari pameran yang diklaim sebagai “Pameran Terbesar” se-Indonesia itu.
Haji Mangan terinspirasi dari berbagai event pameran internasional yang sering diikutinya sebagai seorang konglomerat di bidang tekstil di kala itu serta Pasar Malam Gambir yang dari dulunya sudah ramai dikunjungi.
Ide ini pun disambut baik Pemerintah DKI dengan membuat gebrakan dengan langsung membentuk panitia sementara yang dipercayakan kepada Kamar Dagang dan Industri (Kadin) yang ketunya dijabat oleh Haji Mangan.
Bahkan, panggung terbuka di area PRJ biar lebih sah dan resmi, Pemerintah DKI mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 1968 yang antara lain menetapkan bahwa PRJ akan menjadi agenda tetap tahunan dan diselenggarakan menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) Jakarta yang dirayakan setiap tanggal 22 Juni.
Pada Jakarta Fair berikutnya atau tahun 1969, Presiden AS pada waktu itu Richard Nixon datang ke lokasi pameran terbesar itu. Tidak hanya itu, PRH 1969 atau DF 69 “memecahkan” rekor penyelenggaran PRJ terlama karena memakan waktu penyelenggaraan 71 hari.
Padahal, pada umumnya acara ini digelar hanya 30 atau 35 hari. Kemudian, penyelenggaraan PRJ atau Jakarta Fair mengalami perkembangan pengunjung atau pesertanya. Berawal dari sekadar pasar malam, acara ini berubah menjadi ajang pameran modern yang menunjukkan berbagai produk.
Karena antusiasme yang meningkat tiap tahunnya, area yang dipakai juga bertambah. Dari yang hanya berawal tujuh hektar di kawasan Monas, pada tahun 1992 dipindah ke kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat yang menempati area seluas 44 haktare hingga saat ini.
Bahkan pada tahun 2011, Jakarta Fair dapat menghadirkan 2.600 perusahaan dengan 1.300 stand. Kemudian pada tahun 2019, Jakarta Fair mencatat rekor transaksi hingga Rp 7,5 triliun dan dibanjiri oleh 6,8 juta pengunjung.
Tak jauh berbeda seperti tahun-tahun sebelumnya, Jakarta Fair memamerkan sejumlah produk unggulan dalam negeri hasil produksi industri kecil, UKM, dan koperasi akan dipamerkan dalam event pameran terbesar di Asia Tenggara ini.
Ada produk furniture, interior, building material, otomotif, handycraft, garment, sport and health, telekomunikasi, banking, stationary, komputer dan elektronik, dan property. Kemudian, kosmetik, food dan drink, handphone, mainan anak-anak, sepatu, branded fashion, leather, branded product, multi-product, jasa dan produk BUMN, produk kreatif, dan berbagai produk unggulan lainnya. (Tivan)