JAKARTA, MEDIAINI.COM – Pelita Air sebagai menjadi maskapai baru yang akan memeriahkan industri aviasi Indonesia. Bahkan maskapai penerbangan baru ini juga akan melayani penerbangan berjadwal reguler segera beroperasional.
Kabar terbaru, Corporate Secretary Pelita Air Umar Ibnu Hasan mengatakan bahwa pihak maskapai tengah melajukan sejumlah persiapan, mulai dari pengurusan izin, persiapan armada, dan juga pelatihan sumber daya manusia yang akan melayani para penumpang.
Meski begitu, Umar mengatakan bahwa pihaknya telah memiliki gambaran terkait rute penerbangan maskapai ini akan memprioritaskan kota-kota besar, destinasi wisata, dan kota tujuan bisnis seperti Surabaya dan Bali.
“Rencana rutenya sementara ini fokus ke kota-kota besar destinasi wisata dan bisnis, seperti Makassar, Bali, ataupun Surabaya. Saat ini masih dalam proses persiapan dan perizinan,” terang Umar sebagaimana dikutip dari detikcom pada Selasa (19/4/2022).
Namun karena masih melakukan perizinan, Umar masih belum bisa memastikan kapan maskapai ini akan beroperasi. Seandainya izin operasional sudah keluar, pihaknya tidak akan mengulur waktu dan segera membuka penerbangan berjadwal.
“Penerbangan perdana komersial berjadwal akan dimulai pada kesempatan pertama setelah seluruh proses sertifikasi di Departemen Perhubungan RI telah selesai,” sambung Umar.
Oleh karena itu, ia masih belum bisa mengumumkan kisaran tarif penerbangan Pelita Air.
Pelita Air Datangkan Pesawat Baru
Sebagai bagian dari persiapan perusahaan, Pelita Air mendaratkan dua pesawat baru jenis Airbus A320 pada 11 April Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Nantinya, pesawat itu akan digunakan untuk bisnis penerbangan berjadwal reguler.
Pesawat yang didatangkan dari Montpellier itu sudah memiliki livery atau motif khas maskapai ini dinamakan Ribbon. Sebab, bentuknya menyerupai pita yang menyelimuti ekor dan sebagian badan pesawat dengan tiga warna yaitu merah, biru dan hijau yang dapat dimaknai sebagai keberagaman dan kebebasan berekspresi. Tiga warna pada livery tersebut juga merupakan warna identitas Pertamina sebagai perusahaan induk dari Pelita Air.
Meski baru memiliki dua pesawat, maskapai ini optimis bahwa maskapai bisa eksis di kelas penerbangan reguler. Pada kesempatan yang sama, Umar juga mengatakan bahwa Pelita Air belum berpikir menambah pesawat dalam waktu dekat.
“Sementara, kami fokus memaksimalkan 2 pesawat itu terlebih dulu. Untuk rencana penambahan, jumlahnya akan menyesuaikan dengan kebutuhan dan kajian bisnisnya ke depan,” beber Umar.
Rencananya sendiri Pelita Air bakal masuk ke pasar penerbangan berjadwal reguler sebagai maskapai di kelas medium service. Maskapai ini bakal memiliki basis utama di Bandara Soekarno-Hatta.
Secara terpisah, Pelaksana Tugas Harian (PTH) Direktur Utama PT Pelita Air Service, Muhammad S. Fauzani, mengatakan kedatangan pesawat Airbus A320 Pelita Air merupakan momen bersejarah sekaligus milestone baru bagi perusahaan yang sebelumnya fokus pada layanan penerbangan charter.
Kedatangan dua pesawat ini juga menunjukkan kesiapan Pelita Air yang tengah mengembangkan layanan penerbangannya ke layanan penerbangan komersial berjadwal.
“Saat ini Pelita Air masih dalam proses sertifikasi pesawat Airbus 320 yang terus berjalan dalam rangka membuka penerbangan berjadwal dan kami harapkan dapat beroperasi dalam waktu dekat,” ujar Fauzani dalam keterangan resminya.
Bongkar Pasang Jajaran Manajemen di Pelita Air
Selain persiapan perizinan dan armada, Pelita Air juga turut membenahi sumber daya manusia di internal perusahaan. Tak hanya menyiapkan posisi fungsional yang berkenaan langsung dengan pelanggan, perusahaan juga melakukan bongkar pasang di jajaran manajemen, bahkan di tingkat direksi.
Sebagai informasi, Pelita Air juga baru saja melakukan perombakan besar di jajaran manajemennya. Maskapai mengangkat Dendy Kurniawan, mantan petinggi AirAsia Indonesia ke dalam jajarannya.
Nantinya, Dendy akan didapuk sebagai Direktur Utama Pelita Jaya, menggantikan Albert Burhan yang diberhentikan perusahaan karena terjerat kasus korupsi, beberapa waktu lalu.
Sedangkan di sisi Dewan Komisaris, pergantian dilakukan pada posisi Komisaris Utama. Rachmat Kaimuddin masuk untuk menggantikan posisi yang ditinggalkan Michael Umbas.
Dari kacamata bisnis, Rachmat Kaimuddin bukan nama baru. Ia merupakan mantan CEO Bukalapak yang saat ini merapat ke Kemenko Kemaritiman dan Investasi karena dipercaya menjadi penasehat di bidang teknologi bagi Menko Luhut Binsar Pandjaitan. (Tivan)