MEDIAINI.COM –Bencana perang yang dialami Ukraina dengan terjadinya invasi besar-besaran Rusia ke negara tersebut telah membuat banyak kerugian dari berbagai sektor seperti, ekonomi, politik, dan sosial. Dan hal ini juga berpengaruh terhadap berbagai negara di belahan dunia, salah satu contohnya yaitu kelangkaan produk Indomie yang disebabkan oleh invasi Rusia tersebut.
Di berbagai tempat di Indonesia, Indomie ini adalah merek mi instan yang terkenal dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia, baik dari rasanya yang enak maupun juga harganya yang murah dan bisa ditemukan di mana-mana. Namun demikian, untuk saat ini tampaknya Indomie akan sangat sulit dijangkau oleh masyarakat Indonesia.
Ketakutan Para Pemilik Bisnis Makanan Akan Stok Indomie yang Menipis, dan Juga Kenaikan Harga yang Tinggi
Sudah banyak pemilik restoran dan pemilik supermarket kecewa dengan hal ini. Hal ini akan berdampak pada usaha bisnis mereka yang kurangnya peminat disebabkan Indomie akan mengalami kelangkaan pada supermarket dan tempat usaha makan lainnya.
Pada umumnya, Indomie memproduksi sekitar 19 miliar bungkus mi instan yang banyak disukai dalam berbagai rasa, dan memasoknya untuk dijual ke lebih dari 100 negara.
Tapi sekarang, invasi Rusia ke negara tetangga Ukraina telah menyebabkan kekurangan besar pada bahan baku pembuatan yang disebabkan adanya zona pertempuran pada negara Ukraina dan Rusia. Kemudian, fakta bahwa negara yang diperangi adalah salah satu pemasok gandum terbesar di dunia. Pada 2019, diperkirakan sekitar seperempat ekspor gandum dunia berasal dari Rusia dan Ukraina.
Dengan Indonesia sebagai salah satu pembeli gandum terbesar di Ukraina (hampir tiga juta ton gandum dan meslin diekspor ke negara Asia Tenggara itu pada 2020), tidak heran jika Indomie yang terbuat dari bahan baku utama seperti tepung terigu, belakangan ini stok dan ketersediaannya cukup langka.
Bahkan, jika stok dapat ditemukan, tingkat harga mi instan ini telah melonjak tinggi. Dikutip dari Al Jazeera, beberapa penduduk Indonesia di kota Medan telah mengklaim bahwa paket Indomie 40 bungkus (sekardus) sekarang berharga setara dengan US$7,15 atau sekitar Rp102.623, naik dari harga sebelumnya yang hanya mencapai US$6,80 atau sekitar Rp97.600, harga normal pada beberapa minggu yang lalu.
Bagi para pecinta mi instan pada umumnya, perkembangan ini tentunya cukup membuat mereka prihatin karena hal ini tidak hanya berlaku untuk merek Indomie, tetapi juga untuk seluruh merek dan industri mi instan lainnya secara keseluruhan. Lalu, sangat disayangkan jika mi instan harus melambung naik harganya, mengingat banyaknya manfaat mi instan ini, seperti solusi makanan instan yang murah dan mempunyai rasa yang lezat bagi orang-orang kebanyakan yang menyukai Indomie ini.
Jika pertempuran antara Rusia dan Ukraina tetap berlanjut, kita pasti melihat akan ada banyak kenaikan harga pada semua makanan, baik yang olahan maupun bahan pangan akan terus melonjak naik. Seolah-olah harga kenaikan makanan tersebut seperti membeli bensin untuk mobil yang harganya hampir sama jika nantinya harga makanan mengalami kenaikan yang drastis.
Hal ini diperparah dengan alotnya negosiasi Rusia dengan Ukraina untuk melakukan gencatan senjata dan mencapai perdamaian. Untuk kedepannya, bisa jadi dunia akan mengalami krisis pada hal tertentu, seperti contoh berkurangnya gandum yang menjadi bahan pokok penting untuk seluruh dunia, terutama Indonesia sebagai produsen Indomie dan pemasok Indomie ke seluruh dunia. (Hanif)
Sumber Gambar : ilustrasi Pexels