JAKARTA, MEDIAINI.COM – Usaha Mikro Kecil Menengah atau UMKM menjadi kunci Indonesia untuk mewujudkan pemulihan ekonomi yang lebih cepat dan inklusif, khususnya melalui pemanfaatan digitalisasi.
Saat ini, bisa dilihat bahwa inisiatif pemerintah maupun perusahaan teknologi digital telah mampu menjawab berbagai kebutuhan UMKM dalam memanfaatkan digitalisasi di berbagai aspek mulai dari logistik, pembayaran digital, hingga pembiayaan.
Kini, untuk masuk ke tahap berikutnya, inisiatif-inisiatif tersebut perlu dirangkai menjadi suatu kesatuan, sehingga menghasilkan solusi kolaboratif yang mampu mendukung UMKM untuk maju.
Dalam Kuliah Umum dengan tema Menuju Presidensi G20 Indonesia 2022, Menteri Koordinator Perekonomian Republik Indonesia Airlangga Hartarto menekankan pentingnya digitalisasi UMKM dalam rangka mendukung transformasi ekonomi berbasis digital sebagai salah satu agenda utama Presidensi G20 Indonesia.
Ia mengatakan, pada tahun 2022 ini, pemerintah telah menganggarkan Rp 455,62 triliun dalam Program Penanganan Covid dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) untuk tahun 2022. Anggaran tersebut terdiri dari klaster kesehatan sebesar Rp 122,5 triliun, perlindungan masyarakat sebesar Rp 154,8 triliun dan klaster penguatan pemulihan ekonomi nasional sebesar Rp 178,3 triliun.
“Untuk penguatan digital, pemerintah mengalokasikan Rp 13 triliun dari PEN 2022 untuk mempercepat pembangunan infrastruktur digital, termasuk di sejumlah destinasi prioritas. Harapannya, semakin banyak UMKM di berbagai wilayah prioritas dapat masuk ke dalam ekosistem digital dan menjadi pondasi yang penting untuk pemulihan ekonomi nasional,” kata Airlangga secara virtual pada Selasa (8/3/2022).
Transformasi UMKM
Pada kesempatan yang sama, Ketua Indonesia Fintech Society (IFSoc) Mirza Adityaswara mengupas pentingnya kolaborasi sebagai kunci terbentuknya ekosistem ekonomi berkelanjutan serta pemerataan kesejahteraan, sedangkan digitalisasi menjadi syarat mutlak transformasi UMKM. Hal ini didukung dengan data OJK yang menemukan bahwa semakin banyak pelaku UMKM yang memanfaatkan platform securities crowdfunding (SCF) untuk mencari modal, mencapai Rp 406,5 miliar.
“Untuk itu, pendekatan kolaboratif perlu dikedepankan, sehingga kontribusi ekosistem digital dapat dioptimalkan sebagai motor tercapainya inklusi keuangan serta pemanfaatan teknologi yang berkelanjutan bagi UMKM. Transformasi digital tidak hanya membawa lebih banyak UMKM ke dalam ekosistem digital, tetapi juga membuka akses keuangan lebih luas,” kata Mirza.
Sementara itu, pendiri CORE Indonesia Hendri Saparini menyebutkan bahwa digitalisasi telah menyelamatkan Indonesia selama pandemi serta membuat peluang untuk tumbuh lebih inklusif.
Menurutnya, di tengah terbatasnya mobilitas masyarakat selama pandemi Covid-19, konsumsi rumah tangga tetap menjadi salah satu penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2021 konsumsi rumah tangga hanya bisa bertumbuh sebesar 2,02 persen, masih di bawah capaian sebelum pandemi yakni sebesar 5 persen.
“Digitalisasi membantu UMKM untuk terus bergerak di tengah pemulihan ekonomi nasional. Masyarakat dapat dengan mudah berbelanja di UMKM berkat adanya platform digital. Pemerintah Indonesia perlu terus mendorong investasi skala kecil menengah sebagai upaya menciptakan lapangan pekerjaan. Hal ini bisa dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat hingga UMKM dapat terus bergerak dan naik kelas,” tutur Hendri.
Saat menyoroti dampak perkembangan ekonomi digital dari sisi kompetensi sumber daya manusia, Guru Besar FEB Universitas Gadjah Mada Agus Sartono menjelaskan bahwa era digital menumbuhkan dan memeratakan ekonomi Jawa dan non-Jawa.
“Saat ini kita dapat melihat bagaimana seorang Ibu Rumah Tangga tetap bisa mendapat penghasilan walau hanya di rumah berkat platform digital. Untuk itu, sumber daya manusia (SDM) menjadi sangat krusial agar masyarakat dan UKM Indonesia mendapatkan manfaat maksimal dari hadirnya berbagai perusahaan teknologi. Kurikulum UGM terus beradaptasi agar dapat mencetak SDM-SDM untuk menjadi pelaku di era digital,” pungkasnya. (Tivan)