JAKARTA, MEDIAINI.COM – Sesuai dengan perkiraan, puncak penyebaran Covid-19 varian Omicron di Indonesia sudah terjadi di sejumlah wilayah di Tanah Air. Hal ini disampaikan oleh Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin.
“Untuk kasus (Omicron) memang masih lebih tinggi daripada puncak (varian) Delta yang 56 ribu. Tapi kami melihat di beberapa provinsi sudah melewati fase puncak Omicron,” ujar Menkes dalam konferensi pers virtual yang ditayangkan kanal YouTube Sekretariat Kabinet RI pada Senin (21/2/2022).
Untuk pemetaannya, Menkes menjabarkan bahwa setidaknya ada 13 provinsi di Indonesia yang jumlah kasus Omicron-nya lebih tinggi daripada fase puncak virus corona varian Delta pada tahun lalu yang menembus angka 56 ribu kasus per hari.
Ke-13 provinsi yang dimaksud adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Papua, Sulawesi Utara, Lampung, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera Selatan. Meski begitu, kabar baik datang dari lima provinsi yang menurut data Kemenkes RI telah melewati fase puncak Omicron.
“Dan lima provinsi diantaranya telah melewati fase puncak karena jumlah kasusnya mulai menurun, yaitu di DKI Jakarta, Bali, Banten, Maluku, dan NTB. Sedangkan untuk provinsi lainnya sedang menuju atau mengalami puncak (Omicron),” imbuh Menkes.
Menkes Ungkap Penyebaran Omicron Meluas ke Luar Jawa dan Bali
Di sisi lain, Kemenkes juga melihat adanya pemetaan baru terkait penyebaran Covid-19 varian Omicron di Indonesia. Jika sebelumnya terkonsentrasi di wilayah Jawa dan Bali, jenis virus corona terbaru itu mulai meluas ke luar Jawa dan Bali.
“Kami sudah melihat proporsinya. Di Jawa dan Bali sudah menurun, sehingga akan berpindah. Di luar Jawa dan Bali naik. Di Jawa – Bali, tadinya 97 persen dan 3 persen di luar (Jawa – Bali), kini menjadi 72 persen berbanding 28 persen, sehingga akan terjadi pergeseran (penyebaran Omicron) ke wilayah luar Jawa dan Bali,” sebut Budi.
Sedangkan dari sisi perawatan, lanjut Budi, Kemenkes sudah melalukan perbandingan dengan negara-negara lain. Biasanya puncak yang wafat atau meninggal itu terjadi pada 15-20 setelah puncak kasus.
“Kami mengamati, yang meninggal dunia itu karena belum divaksin, vaksin baru sekali, punya komorbid, dan lansia. Jadi sekali lagi, kami mengimbau masyarakat untuk segera melakukan vaksin minimal dua kali,” imbuhnya.
Untuk lansia dan punya komorbid, Kemenkes sudah berkoordinasi dengan rumah sakit daerah agar memberikan ‘karpet merah’ bagi golongan ini agar mereka segera mendapatkan perawatan intensif.
Lalu untuk vaksinasi, masih sedikit provinsi yang mencapai 70 persen untuk dua dosis. Berita baiknya, jumlah vaksinasi di Indonesia sudah mencapai 189 juta. Itu artinya lebih dari 70 persen populasi di Indonesia sudah divaksin dosis pertama.
“Kami juga mendorong agar masyarakat yang belum vaksin dosis kedua untuk segera melengkapinya. Saran kami, jangan pilih pilih jenis vaksin,” Budi mengimbau.
Anggaran Tenaga Kesehatan Naik
Karena jumlah kasus Omicron melebihi varian Delta, pemerintah juga menaikkan anggaran untuk sektor kesehatan, termasuk subsisi untuk pasien Covid-19 di rumah sakit, hingga dana insentif untuk para tenaga kesehatan (nakes).
“Laporan keuangan rumah sakit, untuk 2021 sudah bayar Rp 62,68 triliun. Ini akan sangat membantu cash flow rumah sakit – rumah sakit dalam menangani pasien,” ujar Budi.
Meski begitu, pemerintah masih memiliki tanggungan tagihan senilai Rp 25 triliun yang rencananya akan dilunasi pada tahun ini.
“Masih ada tagihan Rp 25 triliun lagi, tapi kita sudah bekerjasama dengan Kementerian Keuangan untuk segera dibayarkan. Ini tertunda karena pergantian tahun, terlanjur sudah tutup buku,” kata Menkes.
Terkait upah nakes, pemerintah juga berupaya untuk segera mencairkan dana, karena itu merupakan hak yang harus mereka dapat.
“Sudah ada anggaran sekitar 12 triliun untuk insentif nakes, naik 2 triliun dari tahun lalu. Anggarannya sedang dalam tahap finalisasi,” tutup Menkes Budi Gunadi Sadikin. (Tivan)