JAKARTA, MEDIAINI.COM – Tarif KRL Commuter Line per 1 April 2022 nanti diusulkan naik oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Harga semula tarif senilai Rp 3.000 menjadi Rp 5.000.
Kasubdit Penataan dan Pengembangan Jaringan Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Ditjen Perkeretaapian Kemenhub, Arif Anwar menjelaskan, usulan terkait harga tarif KRL naik dilatarbelakangi oleh hasil kajian kemampuan membayar (ability to payment) dan kesediaan pengguna untuk membayar (willingness to pay) kereta api perkotaan.
“Ini dari hasil survei tadi dan masih ada tahap diskusi juga. Kami akan usulkan penyesuaian tarif kurang lebih Rp 2.000 pada 25 kilometer pertama. Jadi kalau yang semula sebesar Rp 3.000 untuk 25 kilometeri, ini jadi Rp 5.000,” kata Arif dalam konferensi pers virtual yang digelar Rabu (12/1/2022).
Seperti yang Arif sampaukan, kenaikan tarif didasarkan pada kemampuan membayar warga Jabodetabek. Dari hasil survei Kemenhub yang dilakukan di lingkup Jabodetabek, rata-rata kemampuan membayar masyarakat untuk biaya penggunaan KRL sebesar Rp 8.486. Sementara kesediaan membayar masyarakat pada moda KRL sebesar Rp 4.625.
Sedangkan total responden pada survei tersebut melibatkan sebanyak 6.841 orang, yang berasal dari semua rute perjalanan KRL Commuter Line, seperti Bogor, Bekasi, Serpong, hingga Tangerang.
Rinciannya, responden pria sebesar 51 persen atau 3.577 orang dan wanita sebesar 49 persen atau 3.364 orang. Sementara untuk komposisi responden, terdiri dari pekerja sebesar 53 persen, produktif lain (sektor informal) 23 persen, pengguna untuk wisata dan rekreasi 8 persen, dan sebesar 18 persen untuk keperluan lain.
Naik Secara Progresif Per 10 km
Di sisi lain, kenaikan tarif KRL menjadi Rp 5.000 yang dimaksud bukanlah hasil akhir, melainkan diproses secara progresif dengan ketentuan naik Rp 2.000 untuk perjalanan 25 kilometer pertama. Sementara untuk 10 kilometer selanjutnya tetap dikenakan tambahan tarif sebesar Rp 1.000.
Sebagai gambaran, perjalanan awal dengan KRL untuk 25 km pertama Rp 5.000, tapi jika jaraknya sampai 35 km maka jadi Rp 6.000, jika sampai 45 km jadi Rp 7.000, dan seterusnya.
Tarif KRL Commuter Line Bakal Naik, Ini Respons YLKI
Menanggapi rencana kenaikan tarif KRL Commuter Line pada 1 April 2022 nanti, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan bahwa jika tarif KRL naik dari Rp 3.000 menjadi Rp 5.000, maka pemerintah harus melakukan antisipasi pengendalian perpindahan moda transportasi yang kemungkinan dilakukan masyarakat.
Namun, YLKI juga memprediksi sebagian warga masih akan memilih naik KRL meskipun tarifnya naik.
“Jadi memang harus ada aspek pengendalian sebenarnya, pengendalian sepeda motor, pengendalian roda empat, dan lain sebagainya. Di satu sisi kita sudah menyediakan transportasi publik yang aman dan nyaman, tapi di sisi lain juga harus ada upaya pengendalian,” ujarnya dalam diskusi virtual, Rabu (12/1).
Tulus menyebut, ada beberapa pilihan moda transportasi dari KRL yang mungkin akan dipilih masyarakat. Paling tinggi, katanya, YLKI mencatat terjadi pada moda transportasi kendaraan bermotor. Setelahnya di susul oleh bus, angkutan online motor, hingga penggunaan mobil pribadi.
Kendati demikian, dia memastikan 95,5 persen masyarakat akan tetap menggunakan layanan KRL, lantaran tidak ada lagi moda transportasi lain yang memiliki harga lebih murah selain moda transportasi kereta api.
“Namun apakah mereka akan tetap menggunakan kereta Commuter, jawabannya adalah 95,5 persen akan tetap menggunakan moda transportasi kereta api meskipun tarif dinaikkan. Saat ini moda transportasi kereta api masih dianggap sebagai moda transportasi yang paling murah oleh responden pada survei yang dilakukan YLKI,” pungkasnya. (Tivan)