SEMARANG, MEDIAINI.COM – Empat mahasiswa UDINUS Semarang melaksanakan tugas akhir dengan menggelar pertunjukan pentas seni tari. Menggabungkan 3 ide sekaligus yaitu tarian jawa, theater, dan story telling. Pertunjukan ini diberi judul PAWESTRI yang mana diambil dari bahasa sansekerta mempunyai arti perempuan yang memiliki karakter yang berintegritas tinggi.
Pertunjukan ini sendiri diselenggarakan di gedung teater Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang pada Jumat (7/1/2022) lalu. Terciptanya pertunjukan ini berawal dari empat mahasiswa yaitu Elis, Bashita, Jazir dan Retno yang berwacana ingin membuat TA dengan modal mengikuti volunteer disebuah TA kakak tingkatnya.
“Yuk, kita bikin TA lalu beredar informasi dan kesamaan konsep yang kita miliki yaitu mengangkat emansipasi wanita dimana banyak sekali isu-isu yang harus diangkat tapi kok rasanya kurang kalo hanya sekedar kampanye, lalu kita memiliki ide bagaimana kalo kampanye ini kita kemas dalam bentuk pertunjukan. Tetapi, kalo hanya sekedar pertunjukan tari itukan monoton orang pasti sering melihat, kemudian kita menyatukan 3 ide konsep dari Jazir dan Bashita yang sama-sama memiliki background koreografer penari jawa dan juga theater, kemudian Retno mempunyai basic di storytelling lalu kita menyatukan gagasan dan terciptanya PAWESTRI.” Ucap Elis selaku ketua pertunjukan PAWESTRI
Menyatukan 3 Konsep Penari Jawa, Theater, dan Story Telling
Pertunjukan dibuka dengan story telling seorang anak perempuan bernama Gayatri yang ingin bercita-cita menjadi seorang pilot namun, orang tua membatasi keinginan dari anaknya. Dilanjutkan dengan tari jawa dengan koreografi yang menggambarkan dan mengekspresikan dari emansipasi wanita.
Pada sesi tanya jawab Jazir selaku menjelaskan “kenapa harus wanita? Karena kita dilahirkan oleh wanita, kita berasal dari wanita maka dari itu perlu tau bagaimana perjalanan fase dari seorang wanita, baik mulai dari anak, remaja, dewasa sampai menutup mata.”
Ketika ditanya oleh tim mediaini terkait persiapannya, bahwa sebelumnya Elis belum pernah menjadi show director tetapi akhirnya pada pertunjukan ini belajar bagaimana membuat sebuah acara dari awal sampai akhir.
“Saya sangat senang sekali, karena ini perjuangan berbulan-bulan dan akhirnya terbayarkan pada awal bulan Januari ini, sebenernya saya tidak menyangka karena yang pertama saya sebelumnya tidak pernah menjadi show director dan ini pertama kalinya saya melaksanakan dan mengeksekusi langsung bagaimana menyatukan banyak pikiran melakukan persiapan lighting, sound dan talent yang benar-benar sangat ribet sekali, saya berbangga sama diri sendiri karena akhirnya saya bisa.” Ungkap Elis
Pertunjukan ini tak ada artinya jika tidak diapresiasi oleh penonton, antusias penonton pada pertunjukan PAWESTRI ini terlihat setelah acara selesai penonton berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah. Walaupun ketua penyelenggara membatasi penonton.
“Karena ini masih dalam keadaan pandemi, jadi kita membatasi buat penonton, yang awalnya bisa 300 orang, namun kita dapat memaksimalkan hanya 140 orang saja.” Tambah Elis.
“Harapannya kedepan untuk prodi ilmu komunikasi bahwa ilmu komunikasi bukan hanya sekedar public speaking, public relations, kameramen, broadcasting tetapi kita bisa melatih apa yang kita minati semisal show director bahkan yang mempunyai bakat story telling atau menari, ilkom itu sangat luas. Yang terakhir Jangan takut untuk melanjutkan karya.” Tutup Elis (Nashih)