UNGARAN, MEDIAINI.COM – Keterampilan itu diwarisi Rusmiati (47 tahun) dari ibunya. Mengolah irisan ketela rambat alias ubi yang banyak ditemui di pekarangan dan kebun sekitar rumah dengan campuran gula Jawa untuk menjadi grubi. “Dulu saya belajar dari ibu,” kata perempuan warga Desa Nyamat, Tengaran Kabupaten Semarang itu, dua pekan lalu.
Grubi adalah kudapan tradisional bercita rasa legit. Selain di pasar tradisional, penganan ini lazim ditemui di pusat oleh-oleh. Banyak pelancong menjadikannya buah tangan.
18 tahun lalu, setelah menikah dengan Joko Purwono (kini 51 tahun), pasangan suami-istri itu memulai usaha kecil-kecilan. Mereka memproduksi grubi. Toh belasan tahun sudah, pemasaran grubi buatan Rusmiati terbatas di warung dan toko sekitar kampung. “Yang beli ya orang-orang sini-sini saja, kalau masuk pusat oleh-oleh atau toko modern itu kok sulit,” katanya.
Selain terkendala proses perizinan dan jaminan kualitas produk, ia melanjutkan, butuh tambahan tenaga untuk meluaskan pemasaran. Sementara kini, sebagai industri rumahan dengan kapasitas produksi 200 bungkus per dua hari, ia dan suaminya sudah kewalahan memenuhi permintaan pembeli. “Hasilnya ya pas-pasan, tapi saya bersyukur,” katanya.
Bekerja sama dengan Serabut Nusa, Coca-Cola Europacific Partners Indonesia menyelenggarakan program “UMKM Berdaya” di penghujung tahun 2021 ini. Kegiatan yang berlangsung selama 2 bulan, November-Desember, itu ditujukan untuk membantu pelaku industri rumahan seperti Rusmiati berkembang. Setelah menjalani kurasi produk, pendampingan diberikan dalam bentuk permodalan, peningkatan manajemen produksi, dan dukungan pemasaran.
“Setelah bertemu (program ini) omzet meningkat. Terlebih lagi seluruh grubi yang dipesan langsung dibeli cash, tidak menunggu dagangan terjual lebih dulu. Uangnya bisa saya putar lagi untuk produksi,” tutur ibu tiga anak ini dengan wajah berbinar.
Serabut Nusa merupakan perusahaan rintisan yang berpusat di Kabupaten Semarang. Digawangi sekelompok anak muda, mereka memfokuskan diri pada platform pengembangan bisnis UMKM dan menyediakan ruang pemasaran produk, baik secara offline maupun online.
Founder Serabut Nusa Dimas Herdy Utomo mengatakan e-commerce memberi kesempatan memperluas pemasaran. Sayangnya, platform digital ini hanya sedikit memberi ruang bagi pelaku usaha kecil bermodal cekak. “Yang bisa ke sana ya yang punya akses teknologi dan terpapar informasi, tapi kalau tak punya (akses e-commerce) ya tak dikenal pelanggan meski produknya bagus,” katanya.
Selain mendampingi pengembangan usaha, ia melanjutkan, UMKM Berdaya sekaligus membantu penjualan produk-produk yang dihasilkan pelaku usaha kecil dan menengah tersebut. “Kami sekaligus membantu pemasaran produk mereka. Biar produsen fokus ke produksi, kami bantu jualannya,” katanya.
Dosen Fisip Universitas Diponegoro Semarang Lintang Ratri Rahmiaji mengatakan dunia digital menjadi keniscayaan bagi pengembangan produk dan pemasaran. Mengutip sebuah penelitian, rata-rata orang kini menghabiskan waktu 8 jam 52 menit untuk berinternet. Lagi pula, pengguna e-commerce di Indonesia tercatat yang tertinggi di dunia, mencapai 88,1 persen. “Ini artinya peluang potensial. Kalau ini tak kita ambil, kita akan terlewat,” katanya dalam satu webinar bertema Pemberdayaan UMKM Lokal, Sabtu 18 Desember 2021 lalu.
Menurut dia, dunia digital sekaligus membuat pelaku usaha menjadi lebih kompetitif dan memunculkan ide-ide kreatif sehingga mampu mendongkrak pendapatan dari penjualan. Tak heran, mayoritas UMKM kini beralih atau setidaknya mulai merambah e-commerce di masa pandemi.