SOLO, MEDIAINI.COM – Festival Payung Indonesia ke-8 di Taman Balekambang, Solo telah usai, namun gaung di media sosial masih terus berlanjut. Sejumlah warga Kota Semarang pun masih memperbincangkan acara itu, karena ada satu komunitas ikut meramaikan acara itu sekaligus mengharumkan Kota Semarang, yakni Komunitas Diajeng Semarang (KDS).
Mereka membawakan Tari Payung Semarangan di Festival Payung Indonesia. Lewat tarian itu, menurut Founder KDS Maya Dewi, komunitas tersebut ingin memperkenalkan kearifan lokal Kota Semarang di panggung pertunjukkan berskala nasional, yakni batik Semarangan.
‘’Kami tampil di Festival Payung Indonesia di Solo pada pada Jumat 3 Desember lalu. Ada 16 penari yang tampil. Untuk persiapan, kami latihan selama dua minggu di Balai Kota Semarang,’’ kata Maya Dewi, kemarin.
Dia menjelaskan, Tari Payung Semarangan merupakan tarian berkonsep ‘’fashion dance’’ yang mengangkat kearifan lokal Kota Semarang. Tarian tersebut murni ciptaan Komunitas Diajeng Semarang yang diterjemahkan secara koreografis oleh Ayu Wardani jebolan ISI Surakarta.
Saat pentas, penari mengenakan kostum jarik Semarangan dan kebaya encim beraneka warna. ‘’Ini menunjukkan bahwa betapa kayanya khasanah busana adat nusantara yang dimiliki oleh kaum perempuan Semarang,’’ kata Maya Dewi.
Dalam tarian tersebut, KDS mengkombinasikan payung tradisi, batik Semarangan, dan kebaya encim sebagai atribut dan kostum yang sarat akan nilai budaya. Batik Semarangan yang merupakan hasil akulturasi budaya Jawa, Tionghoa, dan Belanda, serta kebaya pesisiran itulah yang akhirnya menjadi ruh dari semua gerakan yang ada dalam Tari Payung Semarangan.
Komunitas Diajeng Semarang tidak hanya sekali ini terlibat dalam kegiatan-kegiatan kesenian dan ikut peduli dalam pengembangan kebudayaan. Mereka kerap mengisi serta menggelar acara di Kota Lama Semarang, seperti acara lomba lari berjarik, flashmob, fashion show, dan tutorial berjarik.
Mereka juga pernah menggelar gowes bareng dari kawasan Kota Lama menuju Taman Maerokoco, dengan mengenakan jarik dan kebaya. Di luar kota lumpia, KDS juga pernah menggelar trip budaya di luar negeri, yakni ‘’Singapore Berjarik’’.
Di negara itu, mereka memperkenalkan batik Semarangan produksi UMKM, memberi tutorial mengenakan jarik untuk orang-orang di Singapura, dan juga menggelar fashion show kebaya.
‘’Lewat pentas tarian dan kegiatan-kegiatan yang kami lakukan, kami berharap khalayak dunia menjadi tahu bahwa Semarang memiliki potensi budaya yang patut dibanggakan,’’ tandas Maya Dewi.