JAKARTA, MEDIAINI.COM – Masalah Google Street View yang diprotes warga Tangerang akhirnya berhasil diselesaikan. Google Indonesia meminta maaf dan menghapus foto tersebut. Sekadar informasi, masalah muncul ketika Google Street View menampilkan kawasan pemukiman pribadi di kawasan Kabupaten Tangerang pada aplikasi peta digital milik mereka, Google Maps. Karena dinilai melanggar privasi, warga setempat merasa keberatan dan menyampaikannya melalui media sosial.
Detailnya, seorang warga Kabupaten Tangerang bernama Khairul Anam merasa tidak nyaman dan terganggu akibat kegiatan pemetaan Google Street View di kawasan perumahannya. Selain tidak memiliki izin operasi, aktivitas tersebut juga dinilai melanggar hak privasi warga di komplek perumahan. Selanjutnya, unek-unek yang Khairul rasakan ditumpahkan melalui utasan media sosial Twitter. Endingnya sudah bisa ditebak, keluhan Khairul menjadi viral di dunia maya. Bahkan tak sedikit warganet yang mengomentari keluhan yang disampaikan Khairul tersebut.
Tak ingin masalah ini berlarut-larut, Communication Manager Google Indonesia Feliciana Wienathan langsung menyampaikan permintaan maaf mewakili perusahaan. Menurutnya, SOP pengambilan gambar pada Google Street View hanya sebatas properti publik saja. “Jelas terjadi sebuah kesalahpahaman dan kami mohon maaf sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan yang dialami warga setempat. Segera setelah kami mengetahui masalah ini, kami menghapus gambar yang dimaksud. Perlu saya klarifikasi, (gambar street view yang diprotes) sudah tidak ada di Street View ya,” ujar Feliciana, sebagaimana dikutip dari Kompas pada Jumat (29/10).
Tak ingin mengulangi kesalahan serupa di masa mendatang, Feliciana menegaskan bahwa pihaknya akan meninjau ulang prosedur pemetaan Google Street View.
Sejarah Google Street View di Indonesia
Google Street View pertama kali diperkenalkan pada tahun 2007. Peta virtual ini merupakan bagian dari Google Maps yang merepresentasikan tampilan virtual lingkungan yang terdata di Google Maps dan dibangun dari jutaan gambar panorama.
Konten Street View berasal dari dua sumber, yaitu Google dan kontributor. Melalui upaya kolektif, raksasa teknologi asal Amerika Serikat itu menawarkan orang-orang untuk bisa menjelajahi dunia secara virtual.
Untuk membedakan sumber penyedia gambar panorama, setiap gambar ditandai dengan nama atribusi atau ikon. Khusus untuk pencitraan yang diambil oleh kontributor eksternal dan dipublikasikan ke Google Maps, maka gambar itu merupakan hak milik kontributor tersebut (atau penerus yang mereka tentukan).
Meski secara global sudah ada sejak tahun 2007, namun Google Street View baru bisa diakses para pengguna Google Maps di Indonesia pada bulan Agustus 2014. Di awal kehadirannya di tanah air, peta tiga dimensi ini hanya menampilkan empat area saja, yaitu kota Jakarta, Bogor, Surabaya, dan Denpasar. Namun dibalik layar, Google telah menjalankan proses pemetaan di keempat kota besar itu sejak November 2012. Artinya, mesin pencarian terpopuler di internet memerlukan waktu dua tahun untuk mendokumentasikan pemandangan tiga dimensi di keempat wilayah tersebut.
Seiring berlajannya waktu, Google Street View saat ini sudah memetakan gambar tiga dimensi di seluruh wilayah Indonesia.
Proses Pemetaan Google Street View
Selama proses pengumpulan gambar, kamera Google Street View biasanya terpasang di atas mobil, troli, sepeda, di atas perahu, bahkan dipegang sendiri oleh kontributornya, tergantung kesulitan medan saat mendokumentasikan gambar.
Setelah perekaman gambar rampung, tim internal Google melakukan proses penyatuan gambar dengan komputer hingga akhirnya menghasilkan foto panorama yang dapat dilihat 360 derajat oleh mata pengguna Google Maps. Sebagai bentuk perlindungan privasi, Google akan menyamarkan pelat nomor kendaraan dan wajah orang-orang yang tidak sengaka terekam saat proses pengumpulan gambar. (Tivan)