JAKARTA, MEDIAINI.COM – Pemakaian tes GeNose dipakai sejak 5 Februari 2021 sebagai syarat perjalanan untuk para penumpang Kereta Api (KA) jarak jauh. Selain itu per tanggal 1 April 2021, GeNose juga diterapkan pada bandar udara. Meskipun tidak dapat menggantikan pemeriksaan antigen atau swab PCR, GeNose menjadi pelengkap. Namun, ternyata ada usulan untuk menghapus GeNose sebagai salah satu syarat perjalanan untuk pengecekan virus Covid-19.
Dilansir dari Detik jika YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) ikut mengusulkan dihapuskannya tes GeNose sebagai syarat perjalanan. Ketua YLKI, Tulus Abadi mengatakan bahwa ada beberapa alasan yang menjadi pertimbangan. Yaitu permasalahan mengenai akurasi. Dijelaskan bahwa akurasi yang rendah dapat menghasilkan hasil negative yang ‘palsu’.
Ini Respons Para Pakar
Sejak GeNose direncanakan sebagai persyaratan perjalanan Januari lalu, epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan jika penggunaan alat harus dalam proporsi yang tepat. Dikutip dari wawancaranya dengan Kompas, Dicky mengungkapkan alat yang masih dalam tahap uji tidak bisa serta merta langsung dijadikan sebagai alat untuk program penting pengecekan virus Covid-19.
Menurut Dicky teknologi seperti GeNose dikembangkan lama di sejumlah negara sebagai pendeteksi penyakit kanker dan diabetes. Namun, tidak ada satupun negara yang menggunakan untuk pengendalian pandemi Covid-19. Maka sejak awal Dicky menyarankan untuk tidak terburu-buru menggunakan.
Selain itu, ahli biologi molekuler Ahmad Utomo juga menyarankan agar pemerintah juga menggunakan alat deteksi yang sudah baku dan diakui secara internasional. Menurutnya, tes standar baku harus dilakukan karena ada bukti validasi sementara GeNose merupakan screening buka untuk diagnosis. Maka bila digunakan sebagai syarat verifikasi perjalan membuat fungsi GeNose tidak akan sesuai manfaatnya.
Ditambahkan lagi oleh Ahmad Utomo saat mengamati cara kerja tes GeNose yang disebut tak mendeteksi komponen virus. Terutama dalam tubuh pasien yang diperiksa layakanya seperti yang dilakukan pada pemeriksaan penggunaan alat tes Swab Antigen atau PCR. Pakar ini pun meminta pemerintah untuk menghentikan sementara penggunaan alat tes Covid-19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM), GeNoSe. (Red)
Discussion about this post