JAKARTA, MEDIAINI.COM – Di era pandemi banyak dari perusahaan melakukan akselerasi transformasi digital.
Proses ini bisa berkembang pesat kerana kemunculan perusahaan-perusahaan baru berbasis teknologi. Mereka seperti menyediakan wadah riset dan pengembangan untuk akselerasi transformasi digital.
Namun munculnya covid-19 bukan hanya ditandai dengan akselerasi transformasi digital, tapi juga kecepatan industri farmasi dalam mencoba menemukan obat dan vaksin untuk menghadapi covid-19.
Proses penggunaan vaksin yang biasanya butuh waktu panjang, bisa dipercepat. Begitu juga dengan proses pengobatan penanganan korban covid-19, secara umum bisa berlangsung lebih cepat, sekalipun pada masa awal pandemi seperti kebingungan menemukan obatnya.
Meskipun demikian, harus diakui bahwa berbeda dengan proses akselerasi transformasi digital, di industry farmasi belum banyak yang memiliki kemampuan riset dan pengembangan yang bagus.
Selain memang ada keterbatasan sumber daya manusia juga, butuh dana yang besar. Tentu ini mesti dicarikan jalan keluarnya.
Oleh sebab itu, dalam Lecture Of The Year 2021, yang merupakan penutupan acara Jakarta Marketing Week 2021, sengaja diundang dokter Boenjamin Setiawan, founder Kalbe Farma Group.
Ini bukan sekedar perusahaan farmasi pemilik banyak merek popular, dan dikenal sebagai sebuah perusahaan dengan kapitalisasi besar bukan hanya di Indonesia tapi juga di ASEAN tapi juga dikenal sebagai perusahaan yang aktif dalam melakukan kegiatan riset dan pengembangan.
Tidak hanya sekedar untuk penyempurnaan produk-produk farmasi di Kalbe Farma Group, tapi juga riset untuk menemukan obat dan pengobatan berbagai penyakit baru.
Founder and Chairman MarkPlus Inc Hermawan Kartajaya yang sejak awal masa pandemi covid-19 aktif mengkampanyekan konsep CIEL yaitu creativity, innovation, entrepreneurship and leadership berkata, “dokter Boen ini contoh terbaik untuk CIEL, karena telah melakukan dalam proses yang panjang dan bisa menikmati hasilnya.”
Harus diakui, sebelum covid-19, riset dan pengembangan di industri farmasi kurang banyak dilakukan, sekalipun Indonesia itu sebetulnya banyak memiliki orang-orang yang ahli. Dan bukan hanya memiliki banyak ahli, tapi kalo dipaksa segera menemukan obat dan pengobatan, seperti obat dan pengobatan untuk yang terkena covid-19, bisa melakukannya.
Dokter Boen dalam Lecture Of The Year bercerita mengapa beliau membangun industri farmasi.
Awalnya beliau itu pengin menjadi peneliti. Kalau bisa menjadi peneliti di tempat terbaik di dunia supaya nanti hasil penelitiannya bisa digunakan di seluruh dunia.
Tapi karena Indonesia di pertengahan tahun 60-an itu masih kurang tenaga ahli, dokter Boen yang saat itu ada di Universitas Berkeley Amerika Serikat, dipanggil pulang oleh senior beliau di Universitas Indonesia.
Sepulangnya dari Amerika, beliau pengin melanjutkan penelitian. Ternyata tidak mudah untuk melakukan di Indonesia.
“Untunglah ada pak Wim Kalona yang membantu dana untuk penelitian. Pengalaman mendapat dana penelitian dari pak Wim Kalona itu mendorong saya membangun perusahaan farmasi, agar saya bisa terus melakukan penelitian di bidang farmasi,” kata dokter Boen.
Ini bukan hanya menjadi perusahaan farmasi yang sukses, tapi juga perusahaan yang konsisten menyediakan dana penelitian di bidang farmasi.
Tentu seiring dengan membesarnya bisnis Kalbe Farma, alokasi untuk penelitian juga terus membesar. Meski harus diakui, jumlahnya masih jauh lebih kecil dibandingkan perusahaan farmasi global.
Di Lecture Of The Year, dokter Boen mengajak semua komponen triple helix untuk terus memperbesar dana penelitian sesuai dengan porsi masing-masing, agar industri farmasi Indonesia bisa bersaing dengan industri farmasi negara lain.
Ajakan dokter Boen tersebut tepat, karena Kalbe Farma sudah merasakan manfaat dengan mengalokasikan dana riset sebesar 2% dari penjualan bagi pengembangan usaha Kalbe Farma. Rektor UNAIR, professor Muhammad Nasih yang hadir di acara Lecture Of The Year 2021 selain menyambut baik ajakan dokter Boen, juga mengajak semua komponen triple helix untuk menyelaraskan visi bagi kemajuan industri farmasi Indonesia. (Wahyu Septiadi Hutomo/AD)
Discussion about this post