JAKARTA, MEDIAINI.COM – Perusahaan konstruksi milik BUMN, PT Waskita Karya (Persero) Tbk utang dalam jumlah yang besar. Dikabarkan Waskita Karya menanggung rugi Rp 7 triliun hingga terlilit utang besar mencapai Rp 90 triliun. Tidak hanya itu, anak perusahaannya, malah digugat pailit oleh vendor gara-gara tidak mampu membayar utang.
Kondisi ini dibeberkan sendiri oleh Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono dalam webinar bertajuk Mengukur Infrastruktur yang digelar Kementerian BUMN, Kamis (7/4) lalu.
Dari data yang diperoleh, emiten berkode WSKT di bursa saham ini mengantongi pendapatan sebesar Rp 16,19 triliun di sepanjang 2020. Jumlah tersebut turun 48,42 persen dari realisasi di 2019 yang capai Rp 31,39 triliun. Penurunan pendapatan turut menekan bottom line WSKT. Kondisi keuangan pun tengah berdarah-darah.
Terdampak Pandemi, Kerugian Sepanjang 2020
Apalagi jumlah beban pokok lebih besar dari pendapatan yang dibukukan yaitu mencapai Rp 18,17 triliun. Sepanjang 2020, Waskita Karya mengalami kerugian bersih sebesar Rp 7,38 triliun. Padahal di tahun sebelumnya, anggota indeks Kompas100 ini, masih membukukan laba bersih sebesar Rp 938,14 miliar.
Beban terus menekan kinerja keuangan lantaran adanya kenaikan beban umum dan administrasi dari Rp 1,32 triliun menjadi Rp 1,66 triliun. Kemudian beban lain-lain WSKT juga tercatat naik signifikan dari Rp 197,8 miliar menjadi Rp 1,38 triliun.
Per akhir 2020, Waskita Karya tercatat memiliki jumlah liabilitas sebesar Rp 89,01 triliun. Liabilitas tersebut didominasi oleh liabilitas jangka pendek yaitu mencapai Rp 48,24 triliun. Sementara itu jumlah ekuitas WSKT tercatat sebesar Rp 16,58 triliun.
Destiawan menjelaskan ada tiga faktor utama yang membuat Waskita Karya mencatat utang perusahaan mencapai Rp 90 triliun dan bunga utang Rp 4,7 triliun. Salah satunya yakni tertundanya penjualan jalan tol.
Pandemi Covid-19 memperparah derita Waskita. Sebanyak 5 ruas tol tidak laku tahun lalu. Sebab, para investor yang sudah kepincut membeli, menunda rencananya karena hantaman Corona yang sampai sekarang belum selesai.
Optimis Lunasi Utang dengan Divestasi
Meski demikian, Destiawan Soewardjono yakin bisa segera melunasi utang Waskita Raya dan kembali untung. Ia optimistis divestasi terhadap sejumlah ruas tolnya dapat terlaksana sehingga mampu mengurangi beban utang BUMN karya tersebut.
Desti lalu memamerkan proyek-proyek yang dikerjakan sejak 2014 hingga 2020. Atau sejak Presiden Jokowi berkuasa. Catatannya, dalam 6 tahun ini, Waskita sudah membangun 421 kilometer konstruksi jalan tol non komersil, 41,3 kilometer rel kereta api, dan 23,4 kilometer LRT. Waskita juga kebagian 12 proyek bandara, 3 pelabuhan, 905 kilometer infrastruktur EPC (transmisi), dan 22 infrastruktur
Tahun ini Waskita Karya merencanakan ada 9 ruas tol yang disiapkan untuk divestasi. Satu ruas tol sudah deal dan sudah dieksekusi oleh Waskita Karya. Kemudian satu ruas lainnya dalam proses, sedangkan tiga ruas tol dilakukan divestasi dengan pola share swap.
Dia mengatakan upaya divestasi ini akan membantu mempercepat, dan kalau itu terjadi maka upaya tersebut bisa mengurangi beban hutang Waskita Karya. Dalam paparannya, ia juga memaparkan strategi divestasi tahun ini di mana Waskita Karya melakukan proses penawaran terbuka untuk menarik minat investor lama dan baru.
Kemudian memberikan izin investor baru mengambil sebagian dari pembangunan jalan tol dengan imbalan hak pengusahaan dengan pembatasan waktu. Strategi berikutnya adalah kesepakatan pertukaran saham non tunai dengan pemegang saham Waskita Tol Road yang ada. Terakhir menerbitkan instrumen ekuitas seperti reksa dana penyertaan terbatas ekuitas danareksa (RDPT) sebagai alternatif bagi investor.(ken)
Desti masih punya harapan. Ruas tol yang belum laku itu akan diakuisisi Indonesia Investment Authority (INA). Hitungannya, divestasi sembilan ruas tol tersebut dapat melepas utang sekitar Rp 20 triliun dari buku perseroan.(Ken)
Sumber Gambar : ilustrasi Pexels
Discussion about this post