JAKARTA, MEDIAINI.COM – Penyebaran vaksinasi Covid-19 mendatang akan melandai, tidak secepat sebelumnya. Alasannya, stok vaksin di Indonesia mulai menyusut karena telah terjadi embargo di beberapa negara produsen vaksin.
Di Eropa dan beberapa negara Asia seperti India, Filipina, Papua Nugini, serta beberapa negara di di Amerika Selatan seperti Brazil, terjadi lonjakan ketiga dari kasus aktif COVID-19. Akibatnya negara yang memproduksi vaksin di lokasi tersebut mengarahkan agar produksi vaksin nya tidak boleh diekspor, hanya boleh dipakai di negara masing-masing.
Kebutuhan Vaksin Covid-19 Masih Kurang
Hal itu telah mempengaruhi ratusan negara di dunia termasuk Indonesia. Sehingga jumlah vaksin yang tadinya tersedia untuk bulan Maret dan April masing-masing 15 juta dosis atau total 30 juta dosis hanya bisa dapat 20 juta dosis.
Berdasarkan data dari Satgas Penanganan Covid-19, sampai kemarin terdapat 12,7 juta orang yang mendapatkan vaksin dosis pertama. Sementara target vaksinasi di Indonesia sebanyak 181,5 juta untuk mencapai ketahanan komunal atau herd immunity.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan vaksinasi yang tersedia di Tanah Air pada Semester I 2021 baru 24 persen dari total kebutuhan vaksin nasional. Karena itu, ia mengatakan vaksin akan diberikan berdasarkan skala prioritas. Karena stock vaksin terbatas, masyarakat lanjut usia (lansia) tetap menjadi prioritas untuk menerima vaksin Covid-19. Sementara, orang lansia dinilai yang memiliki risiko terbesar bila terpapar Covid-19.
Budi Gunadi menjelaskan, kemungkinan besar lansia yang terpapar Covid-19 menjadi parah. Meski dari seluruh kasus positif hanya ada 10% lansia, tetapi lansia mendominasi sebesar 50% pasien Covid-19 meninggal.
Tidak hanya lansia, pemerintah juga akan memperioritaskan tenaga pengajar atau guru bila terdapat sisa vaksin. Hal itu dilakukan untuk mencapai target pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka pada Juli mendatang.
Budi menyampaikan, Indonesia memiliki 20 juta dosis vaksin untuk kebutuhan Maret dan April. Padahal sebelumnya ditargetkan terdapat 30 juta dosis vaksin untuk periode tersebut. “Makanya laju vaksinasinya agak kita atur kembali, sehingga kenaikannya tidak secepat sebelumnya, karena memang vaksinnya yang berkurang jumlahnya,” kata Budi Gunadi saat konferensi pers virtual, Senin (5/4)
Di tengah keterbatasan stock vaksin tersebut, pemerintah tentunya harus mengatur laju pelaksanaan vaksinasi agar tidak terjadi kekosongan stok vaksin.
Meski demikian, Budi Gunadi mengatakan pemerintah saat ini tengah bernegosiasi dengan produsen dan negara-negara produsen vaksin Covid-19 agar suplai di Mei dapat kembali normal. Budi mengatakan pemerintah terus mendorong melakukan vaksinasi dengan kecepatan dan peningkatan seperti sebelumnya.(Ken)
Sumber Gambar : ilustrasi Pixabay
Discussion about this post