JAKARTA, MEDIAINI.COM – Nama Paidi, petani modern asal Desa Kepel, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun viral karena kisahnya. Ya, berawal dari pemulung Paidi pun sukses menjadi miliarder setelah membudidayakan porang. Siapa sangka, pria berusia 38 tahun mampu mengubah nasib berkat umbi-umbian yang kini jadi inspirasi banyak petani.
Seiring waktu kerja keras Paidi terlihat, padahal awalnya menjajal porang hanya lewat dari internet. Tanpa menyerah, Paidi berhasil mengembangkan tanaman porang. Petani modern ini menceritakan, pernah berjualan di pasar namun bangkrut. Paidi tertarik dengan porang saat bertemu dengan seorang teman yang mengenalkan kegunaan tanaman porang. “Kemudian saya mencari referensi di internet. Dan setelah tahu kegunaan porang di internet, saya memutuskan bahwa saya harus menekuni bisnis ini,” kata Paidi.
Mengenal Porang dan Potensinya
Porang adalah tanaman penghasil umbi yang biasa tumbuh di hutan. Biasanya porang tumbuh liar di bawah naungan pohon lain. Itu yang membuat porang lama untuk bisa dipanen. Bisa dua hingga tiga tahun. Paidi petani modern ini kemudian belajar mencari cara membudidayakan porang agar bisa dipanen lebih cepat. Setelah melakukan banyak percobaan, ternyata porang bisa dibudidayakan di persawahan.
Dengan pola tanam baru yang dipelajari dari internet, Paidi berhasil memanen 70 ton porang dalam satu hektare lahan. Awalnya satu hektare lahan hanya menghasilkan sembilan ton umbi porang. Petani modern ini juga memilih menanam menggunakan umbi porang, bukan biji ‘katak’ yang menempel di daun.
Dari pengalamannya, Paidi mengatakan lahan satu hektare bisa ditanami 40 ribu bibit porang. Petani membutuhkan modal sekitar Rp 100 juta untuk membeli bibit dan biaya pemupukan hingga perawatan. Modal tersebut dinilai cukup hingga waktunya panen dua tahun kemudian. Menurutnya, dengan modal Rp 100 juta, petani bisa mendapat omzet Rp 800 juta. Atau keuntungan Rp 700 juta dalam kurun waktu dua tahun.
Rangkul Petani dan Edukasi Budidaya Tanaman Porang
Mantan pemulung yang sudah memberangkatkan 15 petani di kampungnya umrah mengatakan, bibit yang disediakan Rp 5 ribu per polibag. Bagi siapa pun yang ingin bergabung atau sekadar konsultasi tidak dipungut biaya alias gratis.
Paidi juga terbuka untuk siapapun bergabung atau sekedar konsultasi mengenai budidaya tanaman porong. “Kalau untuk modal tentu tergantung dari berapa kisaran luas yang ditanam. Kalau bergabung berinvestasi dengan kami tentu kita sudah punya rinciannya. Kalau tanam satu hektare itu bisa MoU dengan PT Paidi Indo porang,” terang Paidi.
Tanaman porang, diketahui memiliki kegunaan 80 persen untuk makanan dan 20 persen untuk kosmetik. Mengetahui itu, Paidi menyimpulkan bahwa porang memiliki nilai ekspor. Dari situlah Paidi termotivasi untuk bekerja keras mencari porang yang kapa itu masih langka dan tumbuh liar di hutan.
Pilih Ekspor Porang dan Raup Untung Besar
Paidi menambahkan, awalnya ia mencari umbi porang di hutan dan selama dua bulan mendapat dua ton. Ia menjualnya dengan harga Rp 3 juta. Namun dalam tiga tahun terakhir, nasib Paidi berubah total. Ia sekarang menjadi seorang miliarder setelah mengembangkan porang.
Porang yang ditanam Paidi bahkan dikirim hingga ke luar negeri. Kini Paidi sudah menjadi pengepul porang dan mendirikan sebuah perusahaan yakni PT Paidi Indo Porang, yang memiliki 66 karyawan.
Disamping itu, Paidi juga memiliki lahan porang sendiri seluas 10 hektare di kampungnya. Kesuksesan Paidi menanam porang hingga menjadi seorang miliarder menarik minat banyak orang. Paidi lewat perusahaannya PT Paidi Indo Porang siap memberikan bibit kepada para petani. Namun para petani harus menjual hasil panen kepada perusahaannya.(Ken)
Sumber Gambar : website resmi paidiporang.com dan akun Instagram @paidi_porang
Discussion about this post