UNGARAN, MEDIAINI.COM – Pemerintah Kabupaten Semarang berencana membangun tempat pengolahan sampah terpadu di tiap kecamatan untuk mengendalikan timbulan sampah di TPA Blondo Bawen.
“Ini menjadi bagian dari program 2021-2024 di bidang infrastruktur,” kata Kabid Peningkatan Kapasitas Lingkungan DLH Semarang Budi Rahardjo dalam webinar bertema pengelolaan sampah plastik yang diselenggarakan Coca-Cola Amatil Indonesia, Sabtu 27 Maret 2021.
Sebelum berakhir di TPA, kata dia, sampah semestinya dipilah untuk digunakan kembali dan didaur ulang melalui bank sampah dan TPS 3R (reduce, reuse, recycle).
DLH mencatat saat ini terdapat 160 bank sampah unit, 1 bank sampah induk, dan 5 unit TPS 3R di Semarang. Daftarnya bisa diakses melalui silopah.semarangkab.go.id. “Dengan pendekatan semacam ini, TPA hanya untuk residu,” katanya.
Menurut dia, perubahan paradigma pengelolaan sampah semacam itu harus diawali dengan kesadaran bersama antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. Seperti inisiatif yang dilakukan Yayasan Bintari dan CCAI dalam menginisiasi pendirian bank sampah di Randugunting Kecamatan Bergas. “Kami berharap inisiatif semacam ini bisa diikuti oleh industri lain,” katanya.
Manajer Komunikasi dan Kerjasama Publik Bintari Amalia Wulansari mengatakan kolaborasi itu berlangsung sejak setahun terakhir dan menghasilkan 3 bank sampah.
Dengan 79 nasabah, ketiga bank sampah tersebut telah mengumpulkan 2 ton sampah dan rata-rata omzet Rp500 ribu per bulan.
“Keprihatinan atas terus menumpuknya sampah di TPA Blondo yang mula-mula menggerakkan kami untuk kolaborasi ini,” kata dia.
Menurut dia, dengan penduduk sebesar 1,17 juta jiwa, jumlah sampah di Kabupaten Semarang mencapai 520 ton per hari.
Dari jumlah itu, hanya 170 ton per hari yang mampu ditampung TPA seluas 5 hektare tersebut. “Sisanya ini bocor kemana-mana,” kata perempuan yang aktif menjadi pendamping bank sampah di Randugunting itu.
Sementara itu, pemateri webinar dari kalangan jurnalis, anggota The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) Noni Arnee mendorong wartawan menghasilkan liputan kritis dan mendalam tentang lingkungan. “Para jurnalis punya andil dalam mendorong perubahan,” katanya.
Menurut dia, sebuah laporan jurnalistik yang kritis akan memberikan dampak kesadaran masyarakat. Untuk itu, jurnalis harus memiliki keterampilan mengemas informasi penting dan edukatif menjadi berita yang menarik.
“Selain bicara tentang sebuah masalah, laporan yang kritis juga menyuguhkan solusi,” kata perempuan jurnalis lepas BBC News Indonesia itu.
Webinar itu diikuti jurnalis dari sejumlah kota di Jawa Tengah. Selain Kabupaten Semarang, juga Kota Semarang, Solo, dan Magelang. Pasca webinar, para jurnalis tersebut berkesempatan mengikuti kompetisi penulisan jurnalistik tentang inisiatif kolaborasi pengelolaan sampah di masyarakat.
“Kami berharap karya-karya yang mereka hasilkan menjadi inspirasi literasi lingkungan di masyarakat,” kata Regional Corporate Affairs Manager – East PACS CCAI Armytanti Hanum Kasmito.
Discussion about this post