JAKARTA, MEDIAINI.COM – Susi Pudjiastuti makin dikenal masyarakat setelah menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) periode 2014-2019. Namun di periode kedua pemerintahan Jokowi, Susi Pujiastuti tak lagi dipilih sebagai menteri namun gebrakannya selama menjabat Mentri KKP membuat publik mengenal sosoknya yang dikenal berani, tegas, dan peduli terhadap rakyat kecil.
Susi mengeluarkan kebijakannya menenggelamkan kapal-kapal pencuri ikan di laut Indonesia. Dedikasinya sangat tinggi, apalagi dalam menjaga biota laut Indonesia. Maka, tak heran jika wanita kelahiran 15 Januari 1965 ini menjadi panutan banyak orang.
Sebelum melepas jabatannya sebagai menteri kabinet, Susi Pujiastuti sempat melaporkan harta kekayaannya di Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara ( LHKPN) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 5 November 2019. Dalam laporannya, total kekayaan yang dimiliki Susi Pujiastuti sebesar Rp 78 miliar atau tepatnya Rp 78.188.942.118. Aset terbesarnya berasal dari properti berupa tanah dan bangunan yang distaksir mencapai Rp 70.578.056.600.
Susi tercatat memiliki 78 bidang tanah dan bangunan yang seluruhnya berada di kampung halamannya di Kabupaten Ciamis. Sementara 1 bidang tanah yang berlokasi di Kota Jakarta Selatan seluas 184 meter persegi. Hampir seluruh tanah yang dimilikinya merupakan hasil sendiri.
Susi juga mencantumkan beberapa bidang tanah hasil warisan di Ciamis. Untuk alat transportasi dan mesin, Susi melaporkan memiliki 6 unit mobil dan 8 unit motor. Mobil termahal yang dimiliki Susi yakni sedan Mercedez Benz E300 tahun 2005 seharga Rp 270 juta.
Aset lain dalam laporan akhir jabatan, Susi memiliki harta tak bergerak lain sebesar Rp 895.000.000, surat berharga sebesar Rp 1.760.000.000, serta kas dan setara kas sebesar Rp 4.439.569.518.
Selain itu Susi Pujiastuti juga diketahui memiliki bisnis besar. Apa saja? Sebelum masuk kabinet, nama Susi Pujiastuti familiar dengan dunia perikanan dan maskapai penerbangan. Susi adalah pemilik Susi Air, perusahaan maskapai penerbangan yang banyak melayani rute-rute terpencil dengan pesawat kebanyakan armada Cessna Grand Caravan.
Bisnis perikanan
Seputus sekolah, Susi Pujiastuti menjual perhiasan milik pribadi dan mengumpulkan modal sebesar Rp750.000 untuk memulai bisnisnya sebagai pengepul ikan di Pangandaran pada 1983 silam. Susi mengungkap, memilih bisnis perikanan tersebut karena memang sumber daya tersebut tersedia di lingkungan tempat tinggalnya. Kala itu ia memulai bisnis kecil-kecilan dalam bentuk apapum dengan tujuan agar mandiri.
“Jadi gol saya adalah mandiri. Saya tidak mau diatur sama orang, saya juga tidak mau ibu bapak saya kasih tahu setiap hari kamu harus begini, kamu harus begitu. Karena tidak mau diatur oleh orang tua ya saya bekerja mencari uang sendiri karena saya pikir kunci to be independent atau untuk mandiri adalah uang,” kata Susi Pujiastuti.
Ia menjelaskan bahwa meski uang adalah hal utama untuk bisa mandiri, namun itu tidak berarti harus memiliki uang dalam jumlah banyak.
Susi Air
Setelah menjalani jatuh-bangun di bisnis perikanan, Susi mengatakan dirinya mulai bermimpi memiliki pesawat terbang sendiri. Menurut Susi, pada awal bisnis pesawatnya dimulai, Tsunami Aceh terjadi. Ia pun menggunakan pesawatnya untuk membantu warga.
Namun, atas saran dari Kuntoro Mangkusubroto, akhirnya ia mulai membuka bisnis penerbangan di wilayah tertentu. Susi mengatakan, berdirinya Susi Air tidak lepas dari sikap tidak mudah menyerah yang dimilikinya. Oleh karenanya, ia pun mengajak orang-orang untuk juga tidak mundur ketika menghadapi masalah. “Akhirnya Susi Air jadi nama baru dan usaha baru yang tadinya saya pikir perikanan sudah hancur, tidak ada jalan lagi. Tapi ya ternyata kalau kita mau berusaha, Tuhan kasih kita jalan. dan akhirnya Susi Air jadi maskapai penerbangan commuter,” terang Susi Pujiastiti.
Bukan seperti pesawat komersil pada umumnya, Susi Air terbang dengan 26 based di seluruh Indonesia melayani secondary city ke commuter area. Kemudian ada di beberapa tempat dari secondary city ke primary city. Primary city adalah provinsi atau ibu kota kabupaten yang sudah besar.
Total rata-rata penerbangan setiap hari sekitar 150, melayani remote-remote area. 85 persen penerbangan tidak ada substitute. Jadi kalau Susi Air tidak terbang ya tidak ada penerbangan lainnya.(Ken)
Discussion about this post