JAKARTA, MEDIAINI.COM – Program vaksinasi Covid-19 sudah dimulai di Indonesia sejak 13 Januari 2021. Ada beberapa tahap vaksinasi yang akan diterapkan pemerintah. Pada tahapan pertama, pemerintah memakai vaksin COVID-19 buatan Sinovac, CoronaVac asal Cina, untuk disuntikkan ke kelompok prioritas.
Selain Sinovac, pemerintah juga mengamankan jutaan dosis vaksin Covid-19 dari para pengembang lain, salah satunya AstraZeneca. Vaksin ‘ramah lansia’ ini didapatkan Indonesia dari skema kerjasama multilateral Global Alliance for Vaccine and Immunization (GAVI) Covax Facility.
Terima Jutaan Dosis Vaksin Lainnya
GAVI Covax Facility merupakan kerjasama pengembangan vaksin antara World Health Organization (WHO) dan Global Alliance for Vaccine and Immunization (GAVI). Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam dialog dengan pemimpin redaksi media massa nasional pada Rabu (17/2) lalu mengungkapkan akan datang jutaan dosis vaksin Covid-19 produksi AstraZeneca di tanah air. “Dan mungkin akhir Februari atau awal Maret akan keluar lagi dari AstraZeneca, itu 4,6 (juta dosis),” ujar Jokowi dikutip dari laman resmi Sekretariat Kabinet, Minggu (21/2).
Meski sudah pasti menerima jutaan dosis vaksin, Jokowi mengatakan belum bisa memastikan siapa penerima vaksin Covid-19 AstraZeneca. Dikatakan Jokowi, peruntukan vaksin AstraZeneca dari WHO itu masih didiskusikan internal Kementerian Kesehatan.
Menurut keterangan, Jokowi juga belum bisa memastikan distribusi pembagian AstraZeneca untuk provinsi tertentu atau mana saja. Semua masih dalam perumusan karena ternyata kedua vaksin memang memiliki perbedaan. Salah satu yang disebutkan Jokow soal rentang waktu suntikan pertama dan kedua yang berbeda. Jika Sinovac hanya berselang dua minggu, sedangkan AstraZeneca bisa memakan waktu satu hingga dua bulan untuk suntikan kedua.
Mengenal Perbedaan Kedua Vaksin
Adanya vaksin AstraZeneca ini akan banyak membantu kemampuan anggaran negara untuk bisa memenuhi kebutuhan program vaksinasi, karena pengadaan vaksin melalui skema GAVI sifatnya gratis untuk pemerataan akses negara miskin dan berkembang mendapatkan vaksin Covid-19.
Vaksin dari GAVI akan melengkapi kebutuhan program vaksinasi Covid-19 untuk 181 juta penduduk Indonesia yang dianggap memenuhi syarat mengikuti program ini. Vaksin AstraZeneca nantinya harus mendapatkan Emergency Use of Authorization (EUA) dari Badan POM sebelum dapat digunakan di Indonesia.
Berdasarkan penelusuran, ada beberapa perbedaan vaksin Covid-19, antara AstraZeneca dengan Sinovac, yaitu :
1. Usia penerima
- Sinovac : Dalam uji klinis, vaksin Sinovac diberikan pada relawan berusia 19 tahun hingga 56 tahun. Pendekatan kelompok prioritas penerima vaksin Covid-19 di Indonesia memilih usia 18-59 tahun sebagai penerima vaksin Corona periode pertama.
- AstraZeneca : Vaksin asal WHO yang diberikan cuma-cuma ini dapat digunakan untuk usia 60 tahun keatas. Dalam publikasi data interim di laman The Lancet, pemberian pada kelompok lansia menunjukkan respons kekebalan setelah diberikan dosis kedua vaksin. Efikasi
2. Efikasi
- Sinovac : Hasil uji klinis di Bandung, Jawa Barat, tim peneliti mendapatkan efikasi sebesar 65,3 persen. Penghitungan efficacy rate dari uji klinis di Bandung dengan subjek 1.600 orang, dengan analisis interim sesuai dengan penghitungan statistik kita menargetkan 25 kasus terinfeksi.
- AstraZeneca : Dari situs penelitian ilmiah Lancet, dilaporkan efikasi dari Astrazeneca mencapai 70 persen. Angka ini didapatkan dari analisis interim hasil uji klinis tahap tiga di Brasil dan Inggris.
Angka efikasi tersebut didapat dari penggabungan data kelompok orang yang divaksinasi dengan dosis tepat, dan dosis yang keliru. Jika hanya menggunakan data kelompok dosis yang tepat, ditemukan efikasi sebesar 64 persen. Meski lebih rendah, vaksin Astrazeneca telah mencapai standar efikasi minimal vaksin COVID-19 yaitu 50 persen. Vaksin Astrazeneca juga tidak perlu disimpan dalam suhu -80 derajat seperti vaksin Sinovac.
3. Efek samping
- Sinovac : Masih dari hasil uji klinis di Bandung menyatakan, vaksin CoronaVac aman dengan kejadian efek samping yang ditimbulkan ringan hingga sedang, yaitu efek samping lokal berupa nyeri, iritasi, pembengkakan, serta efek samping sistemik berupa nyeri otot, fatigue, dan demam. Frekuensi efek samping dengan derajat berat sakit kepala, gangguan di kulit, atau diare yang dilaporkan hanya sekitar 0,1 -1 persen.
- AstraZeneca : Pada uji klinis, relawan melaporkan beberapa efek samping atau reaksi pasca suntikan, di antaranya nyeri di bagian lengan, sakit kepala, kelelahan, malaise, demam, hingga mual.
Mayoritas reaksi ringan sampai sedang dan biasanya sembuh dalam beberapa hari setelah vaksinasi. Jika dibandingkan dengan dosis pertama, reaksi yang dilaporkan setelah dosis kedua lebih ringan dan lebih jarang dilaporkan.(Ken)
Sumber Gambar : ilustrasi Pixabay
Discussion about this post