JAKARTA, MEDIAINI.COM – Sampai sekarang belum ada yang bisa memastikan kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Sudah hampir satu tahun melanda Indonesia, dampak yang dirasakan pun amat besar. Selain sektor kesehatan, faktor ekonomi di negara terkena pandemi Covid-19 juga dibuat berantakan termasuk Indonesia. Selama pandemi, dampak yang dirasakan cukup parah, seperti angka kemiskinan yang terus bertambah.
Badan Pusat Statistik (BPS) belum lama ini membeberkan jumlah penduduk miskin meningkat pada periode September 2020, akibat pandemi Covid-19. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan jumlah penduduk miskin di Tanah Air per September 2020 adalah 27,55 juta jiwa. Jumlah ini setara dengan 10,19% dari total populasi.
Tingkat kemiskinan pada Maret 2020 adalah 9,78%, tertinggi sejak Maret 2018. Sementara pada September 2019, tingkat kemiskinan adalah 9,22%. Di Indonesia, profil kemiskinan dirilis dua kali dalam setahun yaitu pada Maret dan September.”Pandemi Covid-19 membawa dampak yang luar biasa buruknya. Pandemi menghantam seluruh lapisan masyarakat, tetapi dampak untuk lapisan bawah lebih berat. Tujuh dari 10 responden mengaku pendapatannya menurun,” ungkap Suhariyanto pada Senin (15/2).
Kemiskinan Makin Bertambah
Suhariyanto menyebut beberapa faktor penyebab angka kemiskinan Indonesia bertambah tinggi. Pertama, pandemi Covid-19 yang masih berkelanjutan berdampak pada perubahan perilaku dan aktivitas ekonomi penduduk. Ekonomi Indonesia pada kuartal III terkontraksi 3,49 persen secara year on year, sementara pengeluaran konsumsi rumah tangga turun 4,04 persen year on year.
Faktor lainnya ialah kenaikan harga eceran beberapa komoditas pokok seperti daging sapi yang naik 1,51 persen, susu kental manis 1,07 persen, minyak goreng 2,67 persen, tepung terigu 2,76 persen dan ikan kembung 1,07 persen. Kendati, terdapat beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga seperti beras sebesar 0,49 persen, daging ayam ras 3,52 persen, gula pasir 6,54 persen, cabai rawit 32,37 persen dan telur ayam ras 6,12 persen.
Terakhir, tingkat pengangguran yang disebabkan pandemi Covid-19 turut meningkat. “Tingkat Pengangguran Terbuka pada Agustus naik, pandemi Covid-19 ini membawa dampak yang luar biasa, banyak penduduk yang mengalami pengurangan jam kerja dan itu mempengaruhi penghasilan. Pendapatan masyarakat mengalami penurunan,” terang Suhariyanto.
Memperbanyak Bansos
Sementara itu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengklaim kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengurangi angka kemiskinan di saat pandemi Covid-19 sudah tepat. Di mana, saat itu angka kemiskinan masih berada di level satu digit yakni 9,78 persen. “Seandainya pemerintah tidak melakukan langkah-langkah itu prediksi kemiskinan bisa melonjak 10,2 persen,” kata Sri Mulyani belum lama ini.
Sri Mulyani menambahkan, selama masa pandemi, pemerintah secara konsisten telah menyalurkan bantuan sosial (bansos) dalam bentuk bantuan langsung tunai. Bantuan itu diberikan di pedesaan yang dikonversikan melalui dana desa. “Itu cukup efektif untuk menahan kenaikan kemiskinan di pedesaan,” kata dia.
Sementara untuk menekan angka kemiskinan di perkotaan, pemerintah juga melakukan beragam upaya mulai dari Kartu Prakerja, bantuan langsung tunai untuk masyarakat Jabodetabek, dan pemberian bantuan produktif untuk UMKM. “Ini semuanya ditujukan untuk mengurangi tekanan yang luar biasa hebat terutama di perkotaan atau di daerah perkotaan dan terutama di kota-kota besar di Jawa maupun di luar Jawa,” jelas Sri Milyani.(Ken)
Sumber Gambar : ilustrasi Pixabay
Discussion about this post