MEDIAINI.COM – Sebutan kota budaya melekat erat di Yogyakarta. Kota ini memang tumbuh dengan budaya luhur yang masih dijaga dengan baik hingga saat ini.
Jogja sebagai kota budaya juga bisa dilihat dari sektor pariwisatanya. Kota ini menawarkan wisata budaya dengan jumlah yang tak sedikit. Salah satunya adalah Museum Ullen Sentalu. Museum ini merekam budaya dari masa lalu, kini, hingga masa mendatang.
Museum ini jadi saksi bisu perjalanan budaya hingga kemudian menjadi identitas yang dikenal seperti sekarang. Di dalam museum ini pengunjung dapat melihat warisan budaya benda maupun cerita.
Daya Pikat Ullen Sentalu
View this post on Instagram
Museum kerap kali dipandang sebagai sebuah bangunan yang membosankan. Benda-benda di dalamnya hanya benda kuno yang tak lebih dari sekadar objek foto. Namun, pandangan seperti itu langsung terkikis ketika kita memasuki pintu gerbang Ullen Sentalu.
Museum ini menyajikan pengalaman baru dalam berwisata ke museum. Terletak di Kaliurang, lokasi Ullen Sentalu tak terlalu jauh dari pusat kota Jogja. Dengan menempuh 25 kilometer dari pusat kota, pengunjung akan sampai di Museum Ullen Sentalu.
Sesampainya di Museum Ullen Sentalu, pengunjung akan disajikan dengan suasana hutan lereng Gunung Merapi yang membisu. Terlebih, koleksi-koleksi benda di museum ini tak memiliki label keterangan apapun.
Pengunjung diajak untuk merenungi sekaligus menerka makna dan sejarah setiap benda-benda tersebut. Namun, bagi yang penasaran, pihak museum telah menyediakan guide yang akan bercerita tentang sejarah dan makna seperti apa dari setiap benda koleksi di sana.
Ullen Sentalu sendiri merupakan kependekan dari Ulating Blencong Sejatine Tataraning Lumaku. Nama tersebut memiliki arti, nyala lampu blencong adalah petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan. Sebuah filosofi yang diambil dari lampu minyak di pertunjukan wayang kulit.
Larangan Mengambil Foto
View this post on Instagram
Kebisuan benda-benda koleksi dari museum ini semakin terasa, ketika ada sebuah larangan yang tak boleh dilanggar oleh pengunjung museum. Yaitu pengunjung museum tak diperbolehkan untuk mengambil foto di hampir semua sudut museum.
Larangan ini semakin mempertebal alasan mistis yang selalu menyelimuti benda-benda masa lalu di sini. Namun, jika dilihat dari sudut lain, larangan foto ini dimaksudkan agar setiap pengunjung bisa merasakan langsung experience saat mengunjungi museum Ullen Sentalu. Sebab melihat lewat foto tentu berbeda dengan merasakan pengalaman nyata berkunjung ke Ullen Sentalu.
Di museum ini pengunjung dapat mempelajari tentang sejarah peradaban Mataram. Mulai dari lukisan, foto, perbedaan batik Solo dan batik Jogja, hingga peninggalan-peninggalan arca. Di sana juga terdapat ruangan yang cukup menarik, yang bernama Ruang Syair untuk Tineke.
Di ruangan ini terdapat surat cinta dan puisi sebagai upaya untuk menghibur Putri Tineke yang saat itu sedang mengalami patah hati. Putri Tineke adalah nama Belanda dari putri Sunan Surakarta Pakubuwono XI.
Meski dilarang foto di museum, namun pihak museum telah menyediakan spot foto khusus yakni di replika relief Candi Borobudur yang miring. Konon, replika tersebut memiliki makna penurunan minat generasi muda terhadap seni dan budaya Jawa.
Di akhir kunjungan, pengunjung akan mendapatkan Wedang Ratu Mas. Minuman awet muda yang berisi aneka rempah-rempah dari alam.
Aturan Khusus Saat Era Adaptasi Kebiasaan Baru
View this post on Instagram
Dilansir dari website resmi Museum Ullen Sentalu, museum ini buka dari hari Selasa hingga Minggu, adapun di hari Senin tutup. Pengunjung diperbolehkan datang dari pukul 08.30 hingga 16.00 WIB. Saat ini Ullen Sentalu hanya memperbolehkan pengunjung dengan usia dewasa saja yang bisa berkunjung.
Sedangkan untuk anak-anak dibawah usia 12 tahun dan orang tua di atas usia 65 lima tahun belum dapat berkunjung ke museum. Tiket masuk untuk dewasa dibanderol dengan harga Rp50 ribu. Selama wisata di museum pengunjung wajib menerapkan 3M, yaitu mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Ada juga aturan lain yaitu tidak boleh menyentuh benda museum, memfoto, dan membawa makanan. Untuk menambahkan pengalaman yang lebih seru, pihak museum telah menyediakan audio khusus yang akan menemani perjalanan mengelilingi museum. Kemudian pembelian tiket juga sudah bisa dilakukan secara online. (Chelsea Venda)
Baca juga : Mengintip Kesuksesan Desa Wisata di Yogyakarta, Wisata Ndeso yang Penuh Pesona
Discussion about this post