MEDIAINI.COM – Essential oil atau minyak atsiri pada awalnya lebih banyak digunakan untuk keperluan ruang-ruang publik, seperti hotel dan spa. Essential oil terbuat dari minyak alami hasil ekstrak tanaman tertentu. Fungsi Essential oil lokal adalah untuk memberi wewangian aromaterapi.
Bagi sebagian orang, wewangian di dalam ruangan menjadi hal yang penting. Konon, dengan menambah wewangian di dalam ruangan, mood akan membaik dalam waktu relatif singkat.
Si Essential Oil Lokal
View this post on Instagram
Tren wewangian aroma terapi membuat banyak brand baru berdiri. Kabar baiknya, pasar essential oil tak hanya dibanjiri barang impor saja. Di kota Solo misalnya, di kawasan Plumbon, Tawangmangu berdiri brand lokal bernama Rumah Atsiri.
Dalam sebuah wawancara khusus dengan Mediaini.com, marketing Rumah Atsiri, Paramita Sari Indah, mengatakan bahwa Rumah Atsiri sudah berdiri sejak tahun 2018 lalu. Di sini, pengunjung tak hanya bisa membeli produk essential oil saja. Namun juga mempelajari segala hal tentang tanaman atsiri.
Jika ditarik mundur, Rumah Atsiri rupanya punya sejarah panjang dalam dunia essential oil di Indonesia. “Dulunya ini adalah pabrik Citronella atau pabrik sereh wangi yang berdiri sejak 1963 dan termasuk yang terbesar di Asia saat itu. Pabrik ini dikelola di bawah pemerintahan Soekarno yang bekerja sama dengan pemerintah Bulgaria,” katanya.
Tetapi ada banyak dinamika yang terjadi setelah perubahan kekuasaan. Lambat laun eksistensi pabrik sereh wangi ini menurun, sempat berganti kepemilikan namun pada akhirnya pabrik ini terbengkalai. “Lalu mulai digarap lagi oleh PT Rumah Atsiri Indonesia di tahun 2015. Kami restorasi, dan di Juni 2018 kita mulai buka untuk publik,” tambahnya.
Keunikan dan Pergeseran Tren Minyak Atsiri
View this post on Instagram
Mitha, panggilan akrab marketing Rumah Atsiri, mengatakan ada beberapa tanaman atsiri yang sempat menjadi primadona. Mulai dari sereh, kayu putih, gaharu, cengkeh, akar wangi, pala dan masih banyak lagi.
Banyaknya jenis minyak atsiri yang tumbuh di Indonesia, sejalan dengan banyak manfaat yang terkandung di dalamnya. Salah satu manfaat yang paling popular adalah untuk relaksasi, mengatasi gangguan tidur, juga meredakan gangguan pernapasan.
Hal ini kemudian membuat gaung essential oil semakin keras. Konsumsi essential oil yang tadinya hanya untuk kalangan kelas eksklusif kini merambah ke konsumsi rumahan, “Ada perubahan life style di masyarakat, maraknya kampanye back to nature juga turut membuat tren ini terjadi.”
Wisata dan Edukasi Minyak Atsiri
View this post on Instagram
Destinasi wisata Rumah Atsiri menawarkan konsep berwisata sekaligus menimba edukasi. Pengunjung tak hanya bisa membeli produk essential oil, tetapi juga dapat mempelajari seluk-beluk minyak atsiri.
Misalnya di zona aromatic garden. Di sana ada lebih dari 100 jenis varian tanaman atsiri yang dibudidayakan. Pengunjung akan diajak untuk melihat dan merasakan secara langsung, baik itu rasa maupun aroma.
Di Rumah Atsiri, sistem masuk menggunakan voucher seharga Rp50 ribu. Nominal di voucher tidak hilang, fungsinya sebagai alat transaksi di dalam Rumah Atsiri. “Seperti misalnya untuk masuk taman koleksi sekitar Rp20 ribu, nanti tinggal dipotong dari saldo voucher tersebut.”
Mitha menjelaskan, bagi yang menyukai dunia sejarah, pengunjung bisa menuju ke zona museum atsiri. Data-data di museum pun cukup lengkap, mulai dari sejarah awal minyak atsiri hingga kemudian masuk ke Indonesia. Termasuk di dalamnya, sejarah bangunan ini.
Tak hanya sebagai penonton saja, pengunjung pun bisa mengikuti kelas atau workshop. “Kelas ini diakomodir oleh Rumah Atsiri Laboratorium, kegiatannya berupa membuat parfum, pomade, dan face mask bagi orang dewasa. Sedangkan untuk kelas anak-anak ada pembuatan aromatic slime dan masih banyak lagi.”
Jika sudah puas mengunjungi berbagai zona di Rumah Atsiri, pengunjung bisa mendatangi restoran yang juga bertema minyak atsiri. Menunya seperti hot lemongrass, hot peppermint, hingga chicken lemon rosemary, “Kita juga memiliki ruangan meeting, gathering dan MICE yang berkapasitas 200 orang. Kemudian laboratorium, penyulingan, hingga perpustakaan,” papar Mitha.
Semua zona wisata tersebut, bisa dikunjungi secara mandiri maupun dengan mengikuti paket tur yang telah disediakan. Sebagai bekal oleh-oleh wisata, Rumah Atsiri juga telah menyediakan aromatic shop dan merchandise sebagai tempat berbelanja aneka produk olahan atsiri. “Di sini ada sekitar 27 varian essential oil, harganya mulai dari Rp40 ribu untuk varian cajuput sampai Rp360 ribu untuk varian vetiver.”
Kembangkan Wellness Tourism
View this post on Instagram
Selama dua tahun berdiri, Rumah Atsiri telah mengalami perkembangan yang signifikan. Dari yang hanya dikenal di kalangan warga sekitar Solo saja, kini pengunjungnya datang dari berbagai penjuru daerah. Hal ini kata Mitha, tak lepas dari konsep wisata dan edukasi yang selama ini dijalankan. Konsep ini membuat pengunjung memiliki pengalaman lebih dari sekadar kegiatan berlibur.
Baru-baru ini Rumah Atsiri mendapat predikat sebagai salah satu destinasi wellness tourism. Predikat tersebut diberikan oleh Kemenparekraf dan Kemenkes RI. “Rumah Atsiri dianggap layak untuk mewakili wisata wellness tourism di wilayah Solo.”
Jam operasional dari Rumah Atsiri mulai dari pukul 10 pagi hingga 5 sore. Di tengah era adaptasi kebiasaan baru, pihaknya telah mempersiapkan banyak hal. Mulai dari menyusun SOP baru, melakukan simulasi, hingga kemudian Rumah Atsiri diberikan izin untuk buka kembali pada 13 Juni 2020 lalu.
Setelah dibuka, protokol kesehatan selalu diterapkan secara terus menerus. Pengunjung akan dicek suhu, disemprot hand sanitizer, penyediaan tempat cuci tangan hingga mewajibkan tamu untuk terus memakai masker. “Area resto, tempat duduknya kita beri jarak, kegiatan tur juga dikurangi 50 persen pesertanya,” pungkasnya. (Chelsea Venda)
Baca juga : Wisata Edukasi Solo Ramai Dikunjungi, Peluang untuk Melirik Ide Bisnis Edukasi Lainnya
Discussion about this post