MEDIAINI.COM – Hidup adalah perjalanan. Ketika pagi berganti pagi kembali, semua tak pernah lagi sama. Dari sana manusia belajar, tumbuh, terjatuh, kemudian belajar kembali. Makna hidup seperti ini, yang kemudian mengantarkan Ibu Organik hingga di masa sekarang.
Awal Mula Bisnis Ibu Organik
Meski sayuran organik baru booming beberapa waktu lalu, Ibu Organik sudah menyusun batu-bata bisnisnya jauh sebelum banyak orang melirik sayur organik. Dalam sebuah wawancara khusus dengan Mediaini.com, owner Ibu Organik, Intan Dian Heryani, mengatakan Ibu Organik mulai dibangun sejak tahun 2017.
Sebelumnya, Intan adalah penyintas GERD. Ia divonis mengidap gangguan pencernaan yang kemudian membuat tubuhnya kesulitan mencerna nutrisi. Penyakit tersebut kemudian merembet ke gangguan hormonal dan PCOS. ”Dokter mendiagnosa sulit hamil, karena telur di rahim itu kecil-kecil,” ujarnya.
Bermula dari itu, Intan tergugah hatinya untuk hijrah ke hidup yang lebih sehat. Ia tak memilih mengkonsumsi tambahan hormon tertentu, ia lebih memilih cara lain yakni mengkonsumsi sayuran organik.
Intan pun mulai berkutat dengan dunia organik, ia sempat mendatangi dari hulu ke hilir, dari pedagang hingga petani. Hasilnya? Tak semua yang mengaku organik benar-benar organik. “Ada yang bilang organik, tapi ternyata masih pakai pestisida sedikit. Bagi yang sensitif, sedikit itu juga berpengaruh,” papar Intan detil.
Pencariannya tersebut, kemudian mendorongnya untuk terjun ke dunia organik lebih dalam. Ia mulai menjalin kerja sama dengan beberapa petani di lereng gunung Merbabu untuk fokus mengolah sayur organik.
Perjalanan tersebut, menjadi dasar bagi filosofi Ibu Organik dalam mengarungi dunia bisnisnya. Intan menerjemahkan filosofi tersebut dalam sebuah tagline bernama #PerjalananHidupSehat.
Sementara itu, nama brand Ibu Organik juga memiliki filosofi tersendiri. Menurutnya, sosok ibu merupakan ujung tombak dalam mengubah isi piring.
Perkembangan Bisnis Ibu Organik
View this post on Instagram
Ibu Organik saat ini menjual berbagai produk organik untuk konsumsi rumah tangga, mulai dari sayur, beras, dan buah-buahan. Selain produk segar, di Ibu Organik juga ada produk olahan seperti saus tomat, rempah-rempah dan salad. Harga yang ditawarkan cukup terjangkau, mulai dari Rp 10 ribu saja.
Intan mengaku, pandemi membawa berkah tersendiri. Menurutnya, sebelum pandemi orang masih menganggap sayur organik sebagai produk biasa-biasa saja. Namun saat pandemi, persepsi orang mulai berubah, “Konsumsi sayur organik semacam jadi kebutuhan baru.”
Di April sampai Mei adalah puncak bagi lonjakan tersebut. Kenaikan penjualan sayur organik sampai 100 persen dari hari biasa. “Paling jauh ke Jakarta dan Surabaya, tapi untuk produk kering seperti rempah sudah sampai NTB.”
Strategi Promosi Ibu Organik
View this post on Instagram
“Sharing dahulu, jual-jual kemudian,” kata Intan ketika ditanya bagaimana promosi pemasaran bisnisnya. Ya, Intan rutin mengunggah value dari Perjalanan Hidup sehat sebagai materi promosinya. Beberapa kali, ia juga memanfaatkan fitur iklan di Instagram untuk memperluas materi edukasinya
Toko fisiknya bisa ditemui di daerah Klipang. Produknya juga dijual di Pasar Sehat Semarang. Namun, sampai saat ini penjualan terbesar masih di sektor daring.
Intan bercerita, pembeli produknya banyak yang mulai loyal dan akhirnya menjadi langganan tetapnya. Menurutnya, antara ia dan pembeli sudah seperti saudara.
Hal ini membuat pola bisnis yang ia terapkan menjadi unik. ia pernah tak bisa memenuhi permintaan dari pelanggan, tetapi kemudian saling memaklumi. “Ada yang minta buah bit 5 kilo, tapi kita punya 2 kilo, akhirnya si pembeli ini nunggu sampai panen lagi, dan dia mau,” ujar Intan.
Workshop dan Komunitas
Perempuan asli Jawa Barat yang kini menetap di Kota Semarang ini juga mengajak ibu-ibu untuk berdaya diri. Ia beberapa kali mengadakan workshop khusus, intinya tentang agar olahan rumah menjadi lebih bervariasi namun tetap sehat. “Kita pernah bikin workshop bikin tempe, cara mengolahnya biar sehat tapi enak.”
Ia juga mendirikan Komunitas Perjalanan Hidup Sehat. Komunitas ini sering digunakan sebagai tempat berkumpul para penyintas untuk berbagi resep makanan sehat.
Fair Trade Jadi Strategi Bisnis Ibu Organik
View this post on Instagram
Saat ditanya berapa modal awal mendirikan Ibu Organik, Intan menjawab modal awal sangat minim. Sebab, pada awalnya ia memakai sistem pre-order. “Dari situ kemudian mulai modal berputar, mulai ada lebih, kita bikin sertifikasi bagi petani, ada dana lebih lagi, buat sewa toko. Begitu terus,” ungkapnya.
Dalam menjalani bisnisnya, Ia benar-benar menjunjung tinggi konsep fair trade. Mulai dari hulu ke hilir sebisa mungkin semuanya saling mendapat bagian yang terbaik.” Pun di tingkat terbawah, petani masih jadi tuan di tanahnya sendiri.”
Sistem ini membuat sirkulasi bisnis organik berjalan secara berkesinambungan. Petani tak perlu lagi datang ke tengkulak, karena distribusinya bisa langsung mereka lakukan, “Saya juga sampai menghitung harga bersama petani, biar bisa dapet harga terbaiknya.”
Konsep seperti ini menjadikan bisnisnya tumbuh ke arah yang baik. Omzet per bulan yang Ibu Organik raih bisa mencapai Rp30 – 40 juta.
Kiat Membangun Bisnis Sayur Organik
Intan mengaku tak pernah memasang target setiap kali panen, sebab produk tanaman tak selalu bisa diprediksikan. Ia juga membuka diri bagi siapa saja jika ingin menelusuri sayur organik miliknya. Jadi pembeli bisa tahu, bagaimana proses tanaman dari masih di tanah hingga hingga menjadi produk panen.
Hal ini membuatnya berani dalam bereksplorasi, sebab Intan tak fokus kepada hasil saja. Misalnya ketika ia mendapati panen tomat berlimpah, ia lalu berpikir untuk membuat saus tomat. “Nah saus tomatnya jadi apa lagi, tercetuslah buat dressing salad. Tidak nyambung mungkin, tapi itulah yang terjadi. Ternyata, responnya baik karena dianggap beda dari salad pada umumnya,” tutupnya. (Chelsea Venda)
Baca juga : Bisnis Sayur Online, Trik Jitu agar Untung Segunung
Discussion about this post