MEDIAINI.COM – Siapa yang tak mengenal Jember Festival Carnival atau JFC. JFC merupakan karnaval fesyen dan budaya yang digelar rutin setiap tahun. Ajang ini menjadi kebanggaan kota Jember karena gelarannya yang spektakuler dan unik. Karnaval ini juga telah diakui dunia sebagai salah satu yang terbaik.
Perjalanan JFC
Meski demikian, perjuangan awal membuat karnaval berkelas dunia ini melewati jalan yang berliku. Dynand Fariz, penggagas JFC mengatakan bahwa karnaval ini dimulai di sekitar tahun 2002-2003. Ide awalnya adalah membuat pertemuan keluarga saat Lebaran menjadi sesuatu yang berbeda dan unik.
Momen tersebut dipakai Dynand Fariz untuk membuat kompetisi antar saudara dalam bentuk parade. Berjalan keliling kampung, dengan aneka kostum. Sontak, tak sedikit yang menganggapnya sebagai keluarga narsis dan gila.
Namun, di sisi lain ada pula yang mendukung. Setelah kurang lebih ada 40 personil dan beberapa komunitas bergabung, Fariz pun bertekad melebarkan parade miliknya ke ranah nasional bahkan internasional.
Penolakan silih berganti berdatangan ketika ia mencoba mengurus perizinan dan legalitas karnaval. Hingga kemudian, ia berhasil menemui orang nomor satu di Jember pada waktu itu, Bupati Syamsul Hadi.
Kesempatan ini dimanfaatkan Fariz untuk menceritakan konsep karnaval miliknya. Tak dinyana, Bupati setuju dengan idenya. Fariz pun mulai mempersiapkan Jember Festival Carnival. Tangan dinginnya telah membuat JFC menjadi karnaval yang memiliki daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Namun sayang, ketika JFC makin mendunia, ia justru terhenti. Dynan Fariz menghembuskan napas terakhirnya pada 17 April 2019. Ia dimakamkan di TPU Garahan Kecamatan Silo. Hingga kini, cita-cita tingginya terhadap JFC masih dijaga penuh oleh seluruh warga Jember.
Daya Tarik dan Prestasi JFC
Gelaran JFC telah menjelma dari karnaval keluarga menjadi karnaval berkelas dunia. Daya pikatnya disebut-sebut layak masuk tiga besar Calender of Event. Pasalnya, di tiap gelarannya JFC selalu menghadirkan tema-tema yang berbeda. Hingga suguhan atraksi dan kostum pun tak pernah sama setiap tahunnya. Selalu memiliki warna baru dengan gemerlap yang mengundang tatapan mata.
Saat Indonesia menggelar Asian Games, JFC mengusung tema khusus yakni ASIALIGHT. Tema ini menampilkan 10 defile yang mewakili berbagai negara di benua Asia dengan ragam budaya dan sejarah yang mengagumkan.
Seluruh rangkaian acara dari JFC selalu layak diikuti. Mulai dari opening, karnaval khusus anak-anak, hingga Wonderful Archipelago Carnival Indonesia (WACI) yang tak boleh ketinggalan. Selama penyelenggaraan JFC, karnaval ini telah memenangkan 13 penghargaan internasional, salah satu yang cukup bergengsi adalah Carnaval De Victoria 2016 di Seychelles, Afrika.
Salah satu yang diuntungkan dengan gelaran JFC tentu saja adalah kalangan fotografi. Para pecinta lensa kamera dijamin akan dimanjakan visualnya ketika mengikuti rangkaian acara JFC. Terlebih, kostum-kostum dalam JFC adalah kostum berkelas yang sudah berkali-kali diapresiasi dunia.
Kostum dari daerah Bali misalnya, kostum ini mendapatkan penghargaan Best National Costume Mister International 2010 di Indonesia. Lalu ada kostum dari Toraja Karembu yang diapresiasi di Korea Selatan sebagai Best National Costume Man Hunt International 2011.
Kemudian, kostum dari lampung juga mampu berbicara banyak di Tokyo dan Las Vegas. Desainnya dipilih sebagai Best National Costume Miss International 2014 dan Best National Costume Miss Grand International 2016.
Sederet prestasi tersebut tentu saja langsung mendongkrak sektor pariwisata di Jember. Menteri Pariwisata pada waktu itu, Arief Yahya, langsung menobatkan Jember sebagai Kota Karnaval Tanah Air.
Gelaran Tiga Tahun Terakhir yang Spektakuler
Gelaran JFC ke-16 pada tahun 2017 silam, berlangsung dari tanggal 9-13 Agustus. Tema besar dari karnaval tahun tersebut adalah baju nasional. Dimana ada 10 kelompok yang tampil dan berjalan di catwalk sepanjang 3,6 kilometer dengan baju nasional yang dikemas secara beda.
Total, ada sekitar 2.000 peserta yang membawakan tema baju nasional dari Sriwijaya Empire, Bali, King of Papua, Mystical Toraja, Siger Crown Lampung, Borneo, Chronicle of Borobudur, Mythical Toraja, Wonderful of Betawi dan Unity in Diversity.
Tahun selanjutnya, pada 2018 yang bertepatan dengan event Asian Games, JFC mengusung tema khusus yang tak kalah menarik, yaitu ASIALIGHT. Gelaran JFC ke-17 ini turut mengobarkan bara semangat Asian Games 2018.
Kostum-kostum terbaik dari JFC juga ditampilkan di opening Asian Games 2018 di GBK. Selain itu, di JFC juga digelar International Exhibition. Pameran tersebut menyajikan berbagai benda pusaka seperti Kujang, Pedang Garuda, hingga Pedang Naga yang konon berkaitan dengan negeri Atlantis.
Sedangkan di tahun 2019, tema yang diusung JFC adalah Tribal Grandeur. Tema tersebut fokus kepada keagungan suku-suku bangsa. Saat itu, JFC diikuti 6.000 peserta.
Beberapa suku bangsa yang ditampilkan di JFC 2019 adalah Aztec dari Meksiko, Mongol dari Mongolia, Zulu dari Afrika Selatan, Viking dari Norwegia, dan Polynesia. Sementara suku di Indonesia diwakili oleh Minahasa dari Sulawesi Utara dan Hudoq dari Kalimantan Timur.
Ditunda Hingga Tahun Depan
Sedianya, JFC akan digelar pada 6 Agustus 2020. Namun terpaksa ditunda karena wabah Corona yang masih masif penyebarannya..
Rencananya di tahun 2020 ini, JFC akan mengusung tema Virtue Fantasy yang akan menampilkan defile unik seperti unicorn, flamingo dan tokoh-tokoh fantasi lainnya, yang selama ini lekat di kehidupan anak-anak.
Persiapan sudah dimatangkan jauh-jauh hari. Maklum, untuk menjalankan event berkelas internasional membutuhkan persiapan yang panjang. CEO JFC, Suyanto, menyebut setidaknya persiapan karnaval membutuhkan waktu 6 bulan. Lamanya waktu persiapan tersebut digunakan untuk rekrutmen peserta, pelatihan, pembuatan kostum, dan penjurian untuk menemukan hasil yang terbaik. Selain itu berbagai rangkain promosi juga digelar selama 6 bulan tersebut.
Pandemi membuat gelaran tahun ini tertunda. Rencananya, JFC akan digelar kembali pada tahun depan, antara bulan Juli atau Agustus tahun 2021. Penundaan ini diprediksi akan berdampak pada sektor pariwisata di Jember. Efek domino ini akan sangat terasa pada kunjungan wisatawan dan perhotelan. (Chelsea Venda)
Baca juga : Edamame Jember, Pamornya Makin Mendunia
Discussion about this post