MEDIAINI.COM – Setiap pengusaha pasti menginginkan agar bisnisnya bisa diwariskan sampai ke anak cucu. Namun persoalan mempertahankan bisnis keluarga bukanlah persoalan yang mudah. Perkara ini melahirkan anekdot menarik yang berkembang di kalangan pebisnis keluarga yakni “Generasi pertama membangun, generasi kedua menikmati, dan generasi ketiga menghancurkan.”
Anekdot tersebut berkembang karena ada anggapan bisnis keluarga yang diwariskan ke tiap generasi akan turun keberhasilannya dari waktu ke waktu. Bisnis keluarga ketika beralih ke generasi kedua akan turun 30 persen, lalu peralihan generasi kedua ke generasi ketiga menjadi 15 persen, begitu seterusnya hingga generasi keempat hanya kebagian 5 persen faktor keberhasilan. Tentu, ini adalah keresahan yang dialami setiap pengusaha.
Jenis-Jenis Bisnis Keluarga
Bisnis keluarga merupakan salah satu bentuk bisnis yang melibatkan sebagian anggota keluarga di dalam kepemilikannya maupun operasionalnya. Secara umum, terdapat 3 bentuk bisnis keluarga yang biasa dilakukan. Pertama, Family Owned Business (FOB) yaitu ketika keluarga menjadi shareholder, sedangkan pengelola perusahaan dikelola oleh profesional yang direkrut dari luar.
Kedua, Family Business (FB) yakni ketika keluarga memiliki peran ganda sebagai shareholder dan pengelola kegiatan operasional sekaligus. Yang ketiga, Business Family (BF) yaitu pemilik perusahaan hanya menekankan pada hubungan kekerabatan saja.
Cerita dari Pelaku Bisnis Keluarga
Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Irwan Hidayat, menyebut bahwa mengelola bisnis keluarga jauh lebih sulit daripada mengelola bisnis biasa. Salah satu faktor penentu kesuksesan bisnis keluarga adalah tradisi didikan para orang tua kepada anak-anaknya untuk hidup akur.
Selain itu, ketika mengambil keputusan tidak serta merta mengikuti apa yang diinginkan oleh saudara yang tertua, tetapi diambil dengan cara musyawarah. Menurutnya, beda pendapat sudah menjadi hal yang wajar di dalam keluarga. Namun tradisi keluarga untuk saling mengalah yang diajarkan neneknya, membuat masing-masing mengetahui porsinya dalam mengambil keputusan.
Keinginan untuk meneruskan bisnis keluarga bisa berkembang dari cita-cita dari keluarga besarnya. Hal tersebut dialami Direktur Keuangan Tani Unggul, Stevani Salim. Ia mengaku ingin melanjutkan cita-cita keluarganya untuk memperbesar perusahaannya dan menyejahterakan petani-petani Indonesia.
Cerita lain datang dari Sinar Mas. Meskipun pemiliknya, Eka Tjipta Widjaja, telah tiada pada awal tahun 2019 lalu namun kejayaan bisnisnya masih terus berlangsung. Keluarganya mengantongi kekayaan sebesar US$9,6 miliar atau setara 135,1 triliun rupiah.
Sinar Mas sampai saat ini masih menjadi salah satu grup bisnis terbesar di Indonesia. Bisnis ini bergerak di berbagai sektor seperti pulp dan kertas, agribisnis dan makanan, keuangan, developer dan real estate, telekomunikasi, energi dan infrastruktur, serta kesehatan dan pendidikan.
Cara Mempertahankan hingga Lebih dari 3 Generasi
Menurut penelitian terbaru dari Pearl Initiative, melakukan tata kelola yang baik mampu menyelesaikan hambatan yang potensial dalam mencapai kesuksesan. Beberapa di antaranya yang bisa dilakukan seperti membuat komitmen untuk menerapkan tata kelola yang baik.
Lalu menyediakan kebijakan yang spesifik untuk menyalurkan aspirasi keluarga. Selain itu, kebijakan juga harus diambil mengikuti perkembangan zaman dan bersifat fleksibel.
Sementara itu, salah satu masalah terbesar dari bisnis keluarga biasanya terletak di berhentinya inovasi. Menurut Ricky Tan, pebisnis generasi ketiga dari bisnis keluarga Tri Agung Nusantara (TAN Group), menyebut bahwa penting bagi perusahaan untuk selalu mendengarkan keinginan pasar dan kemudian mewujudkannya. Menurutnya perusahaan yang baik harus selalu berinovasi bukan stagnan. (Chelsea Venda).
Discussion about this post