MEDIAINI.COM – Sejak dimulainya era new normal, perilaku berbelanja masyarakat turut bergeser ke arah pembayaran non tunai dengan menggunakan kartu atau aplikasi mobile. Menurut survei dari Visa, enam dari sepuluh responden di Indonesia mulai membentuk kebiasaan non tunai.
Survei tersebut juga mengungkap sebanyak 56 persen penggunaan belanja online bagi masyarakat Indonesia akan terus meningkat. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan persentase responden global yang hanya 35 persen dimana Asia Pasifik sebanyak 47 persen.
Intensitas pembayaran non tunai di masa depan juga konsisten di seluruh dunia. Konsumen memilih untuk tetap menggunakan pembayaran elektronik daripada uang tunai ketika aktivitas sehari-hari kembali berlanjut.
Pengaruh E-Commerce
Meningkatnya tren e-commerce di Indonesia telah mengubah gaya hidup masyarakat, termasuk sistem pembayarannya. Hal ini juga turut memperbesar peluang layanan keuangan berbasis teknologi atau fintech membesarkan jangkauan usaha dan pasarnya.
Berdasarkan survei yang dilakukan Katadata Insight Center (KIC) terhadap 20 ribu responden di 34 provinsi selama periode 27 Agustus-9 September 2018, ditemukan 76,08% responden menggunakan pembayaran non-tunai untuk belanja online. Sementara itu, pembayaran melalui metode transfer di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) masih mendominasi sebanyak 31%. Pembayaran terpopuler kedua disusul mobile banking sebesar 19,1%, sedangkan internet banking hanya 13,3% dan 11,03% responden menggunakan pembayaran melalui virtual account. Terakhir, untuk digital payment atau fintech hanya sebesar 1,66% saja.
Cashless Society
Jika dilihat dari data tersebut, sistem pembayaran menggunakan perbankan masih mendominasi dibanding dengan fintech. Tingginya jumlah pengguna pembayaran non tunai menunjukan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan e-commerce meningkat. Selain itu, juga mencerminkan perilaku konsumen yang mengedepankan kepraktisan dan kecepatan dalam melakukan transaksi.
Cashless society atau kalangan masyarakat yang melakukan transaksi keuangan tanpa menggunakan uang tunai memang sedang berkembang. Mereka lebih suka menggunakan kartu kredit, kartu debit, maupun dompet digital sebagai pembayarannya.
Namun tak dipungkiri, masih terdapat beberapa masyarakat yang ragu menggunakan transaksi non tunai karena mengkhawatirkan keamanannya.
Baca juga : Serba Serbi Layanan Paypal, Manfaat dan Cara Membuatnya
Plus Minus Non Tunai
Berikut adalah keuntungan dan kerugian menggunakan pembayaran non tunai :
- Transaksi lebih cepat
Dengan semakin maraknya mesin edc yang sejalan dengan pembayaran tunai, akan mengurangi antrian karena proses transaksi bisa berjalan dengan cepat. Sebuah restoran di Amerika mengatakan bahwa mereka melihat adanya kenaikan transaksi sebesar 15% dengan adanya metode pembayaran non tunai.
- Perkuat keamanan
Semua transaksi yang dilakukan non tunai akan tercatat secara digital. Hal ini membuat pengguna relatif lebih aman ketimbang pembayaran menggunakan metode tunai.
- Tidak makan tempat
Pengguna hanya membutuhkan satu slot kartu untuk bisa ditaruh di dalam dompet. Pembayaran non tunai memang menawarkan kepraktisan, apalagi jika sudah terkoneksi dengan gawai, maka segala pembayaran cukup dilakukan dari gawai. Dompet tertinggal pun tidak menjadi masalah.
- Mudah memancing hutang
Umumnya pembayaran non tunai menawarkan program hutang yang menggiurkan. Saking praktisnya, pengguna bisa tidak sadar menggunakan pembayaran sampai batas limit, sehingga tagihan di bulan depan membengkak.
- Belum bisa dipakai semua tempat
Akses menggunakan pembayaran non tunai di Indonesia masih cukup terbatas. Jika akan berbelanja di toko-toko kecil biasanya mereka tidak menerima pembayaran non tunai.
Plus Minus Tunai
Pembayaran tunai lebih mudah karena tak membutuhkan teknologi, namun memiliki banyak kekurangan. Ini adalah plus minusnya :
- Lebih mudah
Uang tunai lebih mudah digunakan karena penggunaanya tidak membutuhkan teknologi. Hal ini juga menjadikan uang tunai tidak akan mengalami gangguan jaringan atau sistem yang menjadikan transaksi sulit dilakukan.
- Kecil kemungkinan hutang
Dengan menggunakan uang tunai akan mengurangi potensi hutang atau bon. Transaksi yang dilakukan pun tidak terpotong biaya tambahan.
- Risiko kriminalitas
Karena uang tunai harus disimpan di dalam dompet, maka risiko keamanan menjadi faktor yang bisa saja terjadi. Risiko jambret atau kecopetan bisa saja terjadi dimanapun.
- Gangguan hilang
Karena bentuknya fisik, uang tunai kadang ditaruh di sembarang tempat. Hal ini menyebabkan uang tunai kotor, tidak higienis, sering hilang atau terlipat.
- Tidak praktis
Membawa uang tunai dalam jumlah besar tentu saja tidak praktis karena membutuhkan tempat yang besar. Apalagi jika menerima uang pecahan recehan, dompet akan terasa berat dan berantakan. (Chelsea Venda).
Discussion about this post